Semua bos memang punya kewajiban untuk memimpin anak buahnya, dengan segala cara yang dia kuasai dan dia sukai. Mau tidak mau dia harus memimpin. Bahkan dalam ajaran agama[ku], semua orang adalah bos.
“Setiap dari kamu adalah pemimpin dan setiap kamu akan dimintai pertanggung jawabannya atas apa yang dipimpinnya”( Bukhori ;893).
"Sebaik-baiknya pemimpin adalah yang mencintai Rakyatnya dan dicintai Rakyatnya, dan seburuk buruknya pemimpin adalah yang membenci rakyatnya dan dibenci serta dilaknat oleh rakyatnya.” Hr Muslim
Kadang saking semangatnya memimpin, para bos suka lupa bahwa mereka kelak akan dimintai pertanggung jawabannya. Mereka memimpin dengan kekuasaan jabatan yang dia pegang.
Ciri bos seperti ini biasanya "tidak tahan terhadap kritik" dan "cenderung memaksakan kehendaknya", ujung-ujungnya jadi marah kalau kehendaknya ditentang oleh anak buahnya atau lingkungannya.
Ada bos yang suka menggunakan kata,"sebaiknya" dibanding kata "seharusnya". Ada juga yang lebih suka berkata,"nanti biar gak salah lagi, bagaimana cara ngerjakannya?" daripada bilang,"cara ngerjakannya salah tuh, begini nih yang benar..."
Secara otomatis [manusiawi], selalu muncul perlawanan dari diri seseorang bila di awal kalimat sudah muncul "judgemnet" tentang kesalahan yang kita perbuat.
Meskipun faktanya, kita memang salah, tapi hati kita bisa menjadi luluh [bin trenyuh] ketika bos sama sekali tidak menyinggung kesalahan kita, justru bos aktif mencari solusi terhadap kesalahan yang kita perbuat.
"Wah, ternyata yang kita perbuat kemarin membuat aliran dana tersendat. Nih data yang dikirim oleh proyek A. Gimana solusinya ya agar dana di semua proyek tidak tersendat."
Nah, pernyataan itu akan menyejukkan hati kita [soalnya kemarin kita membuat keputusan yang salah tanpa persetujuan bos, tetapi bos mengatasnamakan kesalahan itu pada kelompok, bukan pada stafnya, si pembuat keputusan salah].
Bandingkan dengan kata-kata ini,
"Kamu ini sudah dibilangin, kok masih membuat kesalahan aja sih. Seharusnya kan bla..bla..bla..."
Wah, kuping kita langsung pasang mode :"BUDEG". Terserah bos mau bilang apa, yang penting aku gak dengar.
Yang bikin lebih sakit lagi, ucapan yang dilontarkan bos itu terjadi di depan anak buah kita.
Huaduh sakitnya hati ini. Kalau saja boleh, pasti sudah kujitak tuh kepala bos yang suka meruntuhkan kehormatanku di depan orang lain.
Alhamdulillah, selama hidupku ini aku lebih banyak dipertemukan dengan bos yang suka memimpin dengan hati. Ada sih yang tadinya memimpin dengan "POWER", tapi ketika "POWER"-nya makin redup diapun akhirnya mulai meninggalkan kepemimpinan dengan "POWER" itu. Sedikit demi sedikit dia mulai memimpin dengan hati, mulai mau memeluk anak buahnya [tidak hanya menyodorkan tangan, tapi aktif merangkul dalam pelukannya].
Senangnya mereka yang sudah ikut pelatihan ESQ.
Mereka sudah mengenal dengan baik bagaimana menjadikan suara hati [GOD SPOT] sebagai pemimpin semua organ tubuhnya, sehingga semua yang dikerjakan adalah cerminan dari suara hati yang paling jernih dan paling jujur. Itulah 99 suara hati terbaik di dunia, karena itu adalah Asmaul Husna [99 nama Allah]
Kalau Gede Parma menulis tentang "Memimpin Dengan Hati", maka ESQ mengajari kita bagaimana caranya menghancurkan belenggu yang membuat hitam suara hati kita, sehingga suara hati kita menjadi bersih dan dapat menyinari lingkungan kita.
"Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak mamfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”(HR. Tirmidzi)
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya (istrinya) dan aku (Nabi SAW) adalah sebaik-baik kalian bagi keluargaku" (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti sebatang pohon kurma. Apapun yang kamu ambil darinya akan memberikan manfaat kepadamu.” (HR. Ath-Thabrani)
Selamat Memimpin [keluargamu]
Wah, kuping kita langsung pasang mode :"BUDEG". Terserah bos mau bilang apa, yang penting aku gak dengar.
Yang bikin lebih sakit lagi, ucapan yang dilontarkan bos itu terjadi di depan anak buah kita.
Huaduh sakitnya hati ini. Kalau saja boleh, pasti sudah kujitak tuh kepala bos yang suka meruntuhkan kehormatanku di depan orang lain.
Alhamdulillah, selama hidupku ini aku lebih banyak dipertemukan dengan bos yang suka memimpin dengan hati. Ada sih yang tadinya memimpin dengan "POWER", tapi ketika "POWER"-nya makin redup diapun akhirnya mulai meninggalkan kepemimpinan dengan "POWER" itu. Sedikit demi sedikit dia mulai memimpin dengan hati, mulai mau memeluk anak buahnya [tidak hanya menyodorkan tangan, tapi aktif merangkul dalam pelukannya].
Senangnya mereka yang sudah ikut pelatihan ESQ.
Mereka sudah mengenal dengan baik bagaimana menjadikan suara hati [GOD SPOT] sebagai pemimpin semua organ tubuhnya, sehingga semua yang dikerjakan adalah cerminan dari suara hati yang paling jernih dan paling jujur. Itulah 99 suara hati terbaik di dunia, karena itu adalah Asmaul Husna [99 nama Allah]
Kalau Gede Parma menulis tentang "Memimpin Dengan Hati", maka ESQ mengajari kita bagaimana caranya menghancurkan belenggu yang membuat hitam suara hati kita, sehingga suara hati kita menjadi bersih dan dapat menyinari lingkungan kita.
"Sebaik-baik manusia di antaramu adalah yang paling banyak mamfaatnya bagi orang lain." (HR. Bukhari dan Muslim)
"Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.”(HR. Tirmidzi)
"Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap keluarganya (istrinya) dan aku (Nabi SAW) adalah sebaik-baik kalian bagi keluargaku" (H.R. Tirmidzi dan Ibnu Majah)
“Perumpamaan seorang mukmin adalah seperti sebatang pohon kurma. Apapun yang kamu ambil darinya akan memberikan manfaat kepadamu.” (HR. Ath-Thabrani)
Selamat Memimpin [keluargamu]
Tidak ada komentar:
Posting Komentar