Sabtu, Juli 24, 2010

Hari tanpa TV


Mampukah kita hidup tanpa TV selama sehari?

Kalau mampu mari kita laksanakan. Kalau tidak mampu ya kita mampu-mampukan saja. Kan cuma sehari doank.

+++

Dukung gerakan nasional "No TV day/Hari tanpa TV" 25 Juli 2010, dalam rangka memperingati Hari Anak Nasional 23 Juli 2010.
 Matikan TV seharian, ganti dgn aktivitas yg lebih positif bagi diri & keluarga kita.

+++

Kamis, Juli 22, 2010

Mencari Sarapan

Indahnya pertemuan antara orang yang saling menyayangi. Itulah yang terjadi antara aku dan anak-anakku. Semua berhamburan menuju diriku, terutama yang paling kecil di antara mereka, itulah LiLo al Fadil.

Kamipun berjalan malam-malam mencari makan malam yang masih ada di kegelapan kota Yogya. Akhirnya ketemu juga Roti bakar Bandung dan susu segar.

Paginya sehabis Subuh, seperti biasa jalan-jalan lagi dengan Lilo. Maunya sih nyari sarapan, tetapi ketika lewat Kantor Pos Besar Yogyakarta, mata Lilo langsung terarah ke deretan kios majalah yang terlihat sudah buka, meskipun belum ada pembelinya.

Motorpun kuarahkan ke kios itu dan kuhentikan di pinggir jalan.

"Ayo pak turun", kata Lilo.

"Kamu dulu nanya, ada nggak yang mau kamu beli", kataku sambil tetap duduk di motor dan mulai mengeluarkan camera dari sakuku.

Lilopun ngeloyor pergi menuju kios majalah dan ngobrol dengan pembelinya. Sesaat kemudian Lilo menghampiriku.

"Beli dua ya pak?"

"Ya..", kataku sambil menyodorkan uang sambil mencoba melakukan setting untuk foto di kegelapan subuh ini.



Akhirnya berhasil juga membidik Lilo, sayangnya posisiku duduk di atas motor, membuat aku tak bisa menahan camera dengan baik. Hasilnya tentu saja tidak sempurna.

Setelah Lilo naik di belakangku, motor kupacu ke jalan Wijilan untuk membeli Gudeg kesayangan. Penjualnya sudah tua banget, sehingga aku demen beli di warung gudeg ini.



Sampai beberapa menit aku coba mengabadikan sang penjual gudeg tapi gagal terus. Penjual gudegnya bergerak terus dan dia berada di balik kaca etalase, sehingga gambarnya tidak bisa jernih.



Lilopun mencoba membidik aku dan karena kecepatan bukaan rana cukup lambat, maka hasilnya agak kabur juga, persis hasil bidikanku di kantor pos besar Yogyakarta.

Inilah indahnya ketemuan dengan anggota keluarga setelah lama gak bertemu (padahal cuma berapa hari nggak ketemuan kok sudah kangen kayak begini ya?).

ditulis dalam rangka HAN (Hari Anak Nasional)

Selasa, Juli 13, 2010

Outbond bareng Lilo


Biasanya kalau aku jadi pemberi insight saat permainan dalam rangkaian acara outbond, maka aku biasanya cuma meminta masukan dari para peserta permainan dan kemudian merangkaikannya menjadi sebuah insight yang bermanfaat bagi mereka.

Kadang aku sendirian dan kadang aku bersama beberapa orang dalam memberi insight tersebut. Kalau kawanku sudah memberi insight yang memadai, maka akupun tidak menambahkan insight yang lain, cukup kulambaikan tangan tanda aku memilih "pass".

Saat aku mengajak Lilo ikut acara outbond alu jadi ketawa sendiri setiap Lilo menyuruhku memberi insight padahal mereka semua sudah paham apa insight dari permainan yang baru saja dimainkan.

Lilo pasti mendekatiku dan menowel-nowel badanku dengan pandangan mata menyuruhku pidato di depan para peserta outbond yang biasanya duduk melingkar di depanku. Kalau sudah begitu akupun maju dan mulai memberi insight yang merupakan improvisasi dari insight yang sudah disampaikan dan dipahami bersama.

Di kali lain, saat aku jadi eMCe, Lilopun sering membuatku tertawa saat dia ikut naik ke panggung dan melakukan kegiatan sesukanya sendiri di atas panggung. Kadang dia sendirian main di panggung dan kadang dia diikuti oleh anak-anak kecil lain yang tertarik melihat tingkah Lilo di atas panggung.

Sayangnya Lilo sekarang sudah sekolah di Yogya dan aku tidak bisa lagi mengajaknya bergelut di atas kasur setiap aku pulang kerja. Jadi kangen deh kalau sudah nulis seperti ini.

Semoga Lilo makin dewasa di Yogya, makin mandiri dan makin paham betapa indahnya hidup ini kalau kita bisa menikmatinya dengan penuh rasa syukur.

Minggu, Juli 11, 2010

Ayuko, haruskah kutinggalkan dirimu?

Sampai saat ini aku belum membuat keputusan untuk Ayuko. Apakah dia tetap ikut pindah ke Yogya menyusul "ibu" asuhnya atau kuserahkan saja pada teman-teman yang ada di Cikarang dan sekitarnya.


Ayuko yang cantik dan manja ini saat ini menjadi pemikiran bagi diriku untuk memeliharanya dengan baik. Aku belum tentu bisa dengan rutin memberinya makan setiap hari, pagi dan sore, mengingat kesibukanku yang cukup padat dan menyita waktu serta energi.



Pingin dikasih ke orang lain, tapi pada siapa ya? Kasihan kalau nanti jatuh di tangan orang yang suka mainin binatang tapi gak suka mengurusi tetek bengeknya.

Kasihan Ayuko saat ini sering sendirian di rumah. Tak ada lagi belai kasih di bulunya yang dulu indah dan kini terlihat jadi kusam karena jarang mandi.

Ayuko Sayangku
Mandiin Ayuko
Ngasih makan Ayuko
Keluarga lengkapku

Adakah yang mau mengasihi Ayuko seperti pemiliknya yang dulu?
Atau kubawa saja ke pemiliknyha yang dulu dan sekarang ada di Yogya?

Salam Sehati
+++
Kalau ini bukan Ayuko, tapi kawannya Ayuko

Rabu, Juli 07, 2010

I Love Monday

Hari Senin selalu memunculkan tantangan yang berbeda dan aku sangat menyukainya. Perlu perhitungan yang cermat agar tidak kepagian dan tidak kesiangan saat masuk di jalan tol Cikampek Jakarta.

Bila kepagian, maka puluhan konvoi kendaraan besar akan membuat laju kendaraan kita jadi terhambat. Truk dan Bus memadati jalur tol saat dini hari. Mereka ada di semua lajur, baik kiri, tengah maupun kanan yang seharusnya hanya untuk lajur mendahului.

Biasanya aku ditemani radio Gema Annisa (RGA) saat meluncur dari rumah dan ganti channel ke Radio Dakta begitu sudah sampai di jalan tol Cikampek Jakarta  Km 30. Saat macet mulai melanda, maka teman di jalan bertambah dengan aplikasi PLURK yang tertanam di ponsel. Artinya kalau aku sudah mulai nulis di PLURK, maka laju kendaraan sudah melambat atau berhenti beberapa saat.

Menjelang pintu tol Pondok Gedhe, sebelum membayar tiket tol, maka channel kuganti ke Radio GEN FM. Lalu  lintas yang kacau balau sering jadi terlupakan kalau sudah mendengar ocehan Kemal Gendut yang selalu segar.Kadang aku juga ndengerin Farhan di Deltanesia. Musiknya sering cocok dengan tema yang disampaikan Farhan.

Bila jalanan benar-benar macet, maka aku akan sempat mendengarkan dua kali acara salah sambung, yaitu di jam 6.30 dan 7.30.

Senin, 5 Juli 2010, lalu lintas tiba-tiba berubah karakternya. Baru masuk jalan tol sudah terjadi perlambatan beberapa kali. Kulihat ada beberapa kendaraan besar yang terduduk di pinggir jalan dan menyebabkan menurunnya laju kendaraan.


Namun belum sampai Bekasi Timur, laju kendaraan benar-benar sudah tidak seperti karakternya lagi. Kalau sudah begini, maka secara reflek tanganku langsung memencet channel El Shinta.

"Saya berangkat dari rumah jam 2 siang dan seharusnya dalam waktu dua jam saya sudah sampai tol Jagorawi, tapi sampai saat ini saya masih terjebak di Puncak. Sudah 15 jam saya disini menikmati kemacetan ini mbak", begitu suara salah satu pendengar radio yang dihubungi oleh El Shinta.

"Saya sudah mematikan mesin sejak semalem. Kalau nanti sudah bergerak, biasanya hanya 1 atau 2 meter berhenti lagi dan mesin kembali saya matikan",

Beberapa diskusi antara pendengar radio El Shinta dengan Penyiar Radio dan pejabat dari Kepolisian berlangsung dalam suasana yang teduh dan adem. Tidak ada lontaran caci maki di antara mereka. Polisinya ngayomi dan pendengar El Shinta juga sangat memaklumi bahwa semua ini bukan kesalahan polisi.



"Banyak sekali simpul-simpul yang harus diurai di beberapa titik dan saya tidak berani menjanjikan jam berapa kemacetan ini akan mencair", begitu kata pak Polisi.

"Penyebab terbesar kejadian ini adalah ketidak sabaran para pengemudi kita. Di beberapa simpul kemacetan terlihat bahwa para pengguna jalan itu memakai jalan yang bukan haknya. Mereka yang seharusnya sabar menunggu antrian, sering menyerobot jalur kanan milik pengguna jalan dari arah berlawanan, sehingga begitu macet menjadi sangat susah diurai"

"Disini memang diperlukan kedisiplinan kita dalam menjadi pemakai jalan yang bukan milik pribadi tapi milik bersama. Ada etika berkendara yang harus kita patuhi bersama."

Hari Senin, 5 Juli 2010 ini memang ajang untuk latihan sabar yang sangat menantang. Semoga saat mudik dua bulan lagi, kondisi lalu lintas tidak separah hari ini. Baca tips mudik agar kita semua dapat menjadi pengguna jalan yang baik.

I Love Monday very much.
+++

Salut buat para pengatur lalu lintas Jalan Tol.

Kamis, Juli 01, 2010

Hari yang melelahkan, tapi membahagiakan

Malam Sabtu, saat Brazil bertanding melawan Portugal, aku harus meninggalkannya. Kupaksakan diriku meluncur malam-malam dari Bogor menuju Cikarang. Kutaksir perjalanan akan memakan waktu sekitar setengah jam sampai satu jam, sehingga masih bisa menikmati ujung pertandingan Brazil melawan Portugal, minimal bisa mendengar komentar dari para komentator (yang pelit waktunya) dan melihat tayang ulang gol-gol yang terjadi.

Awal perjalanan sangat lancar, mobil bisa kupacu di atas 140 km/jam, tetapi begitu masuk simpang Cikunir ternyata macetnya luar biasa. Perjalanan sederhana ini akhirnya menjadi rumit, karena kondisi badanku yang saat itu sedang drop setelah seminggu mengawal acara outbond dan pikiranku yang ingin cepat sampai ke rumah.

Akhirnya aku harus melupakan acara piala dunia dan langsung memeluk bantal guling begitu sampai ke rumah. Pagi-pagi aku harus segera meluncur ke airport untuk terbang ke Yogya dalam rangka ketemu dengan anak-anakku tercinta di Yogya, sehingga malam ini aku harus jaga kondisi dan melupakan piala dunia di dini hari yang dingin ini.

Di Yogya ada mbak Litha yang begitu baik menungguin rumah di Yogya dan ada mbak Lukluk yang sedang mengikuti kemah wajib sekolahnya. Ada acara mengambil raport juga di hari Sabtu pagi ini.

Seperti biasa, aku suka menunggu waktu boarding dengan nongkrong di Lounge. Beberapa kali mendapat masalah di Lounge itu, tetapi tetap saja tidak membuat aku kapok. Kali ini masalah itu kembali menimpaku. Tak ada panggilan keberangkatan pesawat ke Yogya, yang ada adalah panggilan ke kota lain, tetapi ternyata pesawat ke Yogya sudah boarding dan aku harus berlari-lari kecil diikuti pandangan dari petugas pesawat yang menyiratkan pandangan kejengkelan yang khas saat mereka melihat penumpang yang terlambat naik pesawat.

Sampai di Yogya, aku dijemput Totok, adikku yang ke tiga dan kemudian aku langsung menuju ke SMAN 1 Teladan untuk mengambil raport.

"Kok siang banget baru sampai pak?", kata ibu wali kelas dengan ramahnya padaku.

Sambil senyum kujelaskan kondisiku saat ini dan kamipun asyik ngobrol tentang prestasi LukLuk di sekolah. Beberapa kertas kutanda tangani dan ada satu lembar kertas yang harus diisi berupa usulan untuk kemajuan sekolah SMAN 1 Teladan Yogyakarta.

Karena saat itu baru saja selesai mengawal acara outbond, maka usulan yang kusampaikan tidak jauh dari acara outbond. Kutulis bahwa sebaiknya outbond di SMAN 1 tidak berupa anjuran "sunah muakad", tetapi bersifat wajib bagi yang secara fisik mampu mengikutinya.

Lukluk tentu saja tersenyum ketika siangnya kuceritakan usulan ini padanya.

Sehabis dari sekolah Lukluk, aku berduaan sama Litha jalan-jalan dan akhirnya mampir ke warung CERIA. Ada banyak jenis minuman segar di situ dan kami menikmatinya berduaan.

Dengan kecepatan penuh, kami minum Es Ceria dan kemudian meluncur menuju ke sekolah mbak Lukluk lagi, karena mbak Lukluk sudah selesai acara kemahnya dan saat ini sedang di sekolahnya menunggu jemputanku.

Ternyata barang-barang Lukluk masih di mobil lainnya yang saat ini masih "OTW" ke Yogya. Jadilah aku ngobrol berdua sama Lukluk. Kami ngobrol bermacam-macam hal, terutama tentang hasil diskusiku dengan Ibu Guru Wali Kelas Lukluk.



Suasana yang riuh rendah disekolah Lukluk membuat aku larut dalam nostalgia saat aku masih SMA dulu dan study tour ke Surabaya. Wow mengapa wajah-wajah ganteng dan cantik itu kembali bersliweran di hadapanku? Apakah mereka tidak capek lari-lari di dalam ingatanku?



Sampai di rumah, ternyata ada telpon dari travel yang akan mengantarku ke Jakarta. Langsung saja kami sibuk ngurusi persiapan ke Jakarta. Kesibukan ini makin lengkap, karena aku harus memperbaiki telepon dan kunci rumah yang hanya bisa dikunci dari dalam saja.

Akhirnya aku berhasil mengganti kunci pintu dengan yang baru dan sebentar kemudian aku bersama anak-anak sudah masuk dalam sebuah mobil bersama tiga orang veteran perang yang akan menghadiri acara kenegaraan di Jakarta.

Dengan santainya para veteran perang itu berkelakar dan ngobrol ngalor ngidul di depan kami. Pak Sopirpun ikut meramaikan obrolan itu dengan serunya.

"Pak siapa sih namanya, jangan sampai salah sebut atau hanya mengenal sebagai sopir tapi gak kenal namanya?"

"Wah saya masih muda pak, meskipun wajahnya tua tetapi umur masih muda. Baru kepala 4 pak"

"Wah baru empat puluhan ya? Kalau aku kelahiran tahun 36, jadi umur berapa ya? Kalau Ibuku sendiri umurnya sudah di atas seratus tahun"

Ups...bapak-bapak ini rupanya seumuran dengan ibuku. Hanya saja penampakan mereka jauh dari umur mereka. Suara mereka masih menggelegar dan wajah bersih mereka terlihat sangat ramah menyambutku. Salah satu dari mereka langsung mengulurkan tangan padaku. Akupun membagi kartu namaku pada mereka yang bagiku sangat istimewa.

"Kami ini semua manusia cacat mas. Yang di depan itu matanya tinggal satu", kata yang paling tua seolah-olah menganggap mata tinggal satu adalah hal yang sangat lumrah, seperti juga kaki yang lecet karena terjatuh.

"Saya ini lebih cacat lagi. Ada peluru yang masih mengeram di badan dan ada penyakit gula juga", lanjut veteran yang paling tua itu. Di cerita-cerita selanjutnya, aku baru tahu bahwa veteran perang tertua ini berasal dari Makasar dan beristri orang Yogya. Bahasa Jawanya sangat lancar cuma logat Makasarnya memang susah dihilangkan, sehingga terdengar lucu di telinga orang Yogya.

"Kami diundang oleh istana negara untuk menghadiri acara kepresidenan, jadi kami sepakat naik mobil ini bareng-bareng. Ini saat yang sangat ditunggu-tunggu, berkumpul dengan teman-teman sesama veteran", lanjut veteran dari Makasar itu.

Satu orang lagi kita jemput di rumahnya dan lengkaplah 4 (empat) orang veteran mengawani perjalanan ke Jakarta. Sepanjang jalan mereka terus berkelakar, kadang bercerita dengan nada serius dan kadang bercerita tentang asmara di usia lanjut. Kadang mereka lupa kalau ada anak ABG yang duduk bersama mereka.

Luar biasa memang kemampuan mereka bercerita. Tanpa henti mereka bergantian bicara tentang apa saja, mulai dari jam 16.00 sore dari Yogya, sampai jam 04.00 pagi di Jakarta.

Kututup hari yang melelahkan ini dengan mengambil beberapa hikmah.

  1. Tidak usah menyesal tidak nonton Brazil vs Portugal, karena mereka bermain aman kosong-kosong, jadi ternyata Tuhan sudah memberikan cerita terbaik untukku.
  2. Aku mempunyai anak-anak yang begitu cantik dan mempunyai karakter unik dan menyenangkan hati orang tuanya.
  3. Ada bapak-bapak yang jauh lebih tua dariku dengan penampilan lebih trendi dan memandang dunia ini sebagai sebagai tempat mampir hidup.
  4. Kebahagiaan memang hanya bisa kita pilih sendiri bukan dari pilihan orang lain.
Benar kata pak Purdi EC, Tuhan selalu berkata YA terhadap doa dari semua hambaNya.