Minggu, September 09, 2007

Tai-Chi Dan Gerakan Dalam Sholat











Artikel Sufi. ”Tai-Chi Dan Gerakan Dalam Sholat”, www.sufinews.com, Publikasi 27 Februari 2004

Esensi kompleks yang dihasilkan dari ajaran hidup sesuai dengan hukum alam merupakan kebenaran yang mendalam dari semua agama. Bagaimanapun, esensi ini sangat ditekankan untuk semua ajaran relegius.

Esensi yang kompleks yang dihasilkan dari ajaran hidup yang sesuai dengan hukum alam juga menjadi tujuan dari segala ilmu.

Ajaran ini bagaikan kunci master (guru) yang dapat membuka semua pintu yang membimbing kita ke arah kebenaran utama dalam tingkat emosi, juga tidak terkunci pada tingkat pikiran sehingga tidak membuat kita tidak skeptis.

Apalagi perkembangan hidup modern sangat pesat di berbagai bidang, ditambah dengan penemuan-penemuan modern yang tidak diragukan lagi mempunyai manfaat bagi semua orang. Namun sayangnya kehidupan psikologis dan perkembangan kepribadian manusia belum setaraf dengan perkembangan teknologi modern. Seperti di Barat misalnya, agama dominan dalam banyak aspek kehidupan, dengan akibat positif dan negatifnya.

Agama sebagai pengatur psikologis menawarkan kekuatan psikologis bagi seseorang dan membuat manusia bisa menghadapi problem sehari-hari. Akan tetapi ketika ilmu pengetahuan mulai berkembang pengatur psikologis ini mulai melemah sebagai hasil dari perkembangan intelektualitas. Sehingga akibatnya kehidupan psikologis tidak terlindungi.

Pada akhirnya kebingungan mulai muncul dalam berbagai bentuk. Lain halnya dengan dunia Timur, agama sebagai pengatur psikologis yang menjadi pegangan dasar dalam menjalankan kehidupan tetap dipertahankan walaupun penemuan-penemuan teknologi modern mulai berkembang dan semakin canggih, tidak banyak mempengaruhinya dalam menjalankan ritual keagamaan sehari-hari, dengan demikian psikologi dapat terlindungi sehingga ketentraman jiwa tetap terkontrol.


Filosofi Tai-Chi


Keberuntungan dan malapetaka tidak akan datang dengan sendirinya, tetapi datang karena diundang oleh manusia. Pernyataan tersebut mengekspresikan hukum respons terhadap energi universal (alam semesta) sebagaimana dialami oleh nenek moyang kita yang berkembang batinnya. Para guru di masa silam mengajarkan kepada muridnya hukum respons atas energi universal sebagai dasar semua praktik spiritual. Hukum ini mengungkapkan bahwa kalau seseorang harmonis dengan hukum universal manifestasi dari energi fisik, emosi dan mentalnya juga akan harmonis. Jika seseorang melanggar hukum alam, hidupnya akan kacau dan tidak harmonis.

Hal ini sesuai dengan firman Allah surat al-Furqan ayat 2, yang artinya: “Allah menciptakan tiap-tiap sesuatu lalu ditetapkan padanya hukum-hukumnya.”

Filosofi inilah yang mengilhami terciptanya Tai-Chi, yaitu gerakan yang diprinsipkan pada pola hukum alam.

Dalam prinsipnya Tai-Chi mengungkapkan bahwa tubuh manusia adalah miniatur dari alam semesta, sistem gerakan yang lembut dalam Tai-Chi bertujuan mengarahkan energi individual ke dalam jaringan energi sesuai dengan hukum alam. Ungkapan selanjutnya, kalau tubuh harmonis dengan alam, maka kesehatan fisik akan terjaga pikiran jernih sehingga menjadi tenang dan kuat.

Prinsip pertama Tai-Chi menyebutkan bahwa ke-Esa-an adalah akar dari segala gerakan. Dari perspektif kosmologis, ke-Esa-an adalah manifestasi di alam semesta.

Dari ke-Esa-an inilah tercipta satu yang bisa dibagi “Yin” dan “Yang” (keseimbangan). Yin dan Yang ini menghasilkan berbagai manifestasi pula. Hal ini dapat diilustrasikan dengan kerjasama dua kaki ketika berjalan.

Kedua kaki dapat bergerak dengan harmonis, berselang-seling yang keduanya diatur oleh otak manusia berjalan satu atau esa. Prinsip ini kemudian diterapkan di Tai-Chi yang mengutamakan gerakan lembut dan tenang.

Dalam alam semesta semua gerakan berpola memutar. Bumi berputar pada porosnya ketika mengorbit matahari, matahari pun berputar mengorbit pusat galaksi Milky Way. Dan Milky Way berputar pula mengelilingi alam semesta.

Hidup ini pun bersiklus. Tai-Chi merupakan rangkaian gerakan yang memutar dan merefleksikan hukum mikrokosmis. Tai-Chi mengungkap prinsip-prinsip kosmis (hukum alam) yaitu gerakan melingkar yang kemudian menjadi simbol dari Tai-Chi, karena gerakan melingkar atau berputar adalah gerakan yang dinamis dan menghindari titik akhir (puncak), karena puncak itu adalah titik akhir dari pertumbuhan sekaligus awal dari kemerosotan.

Tai-Chi yang dilakukan tiap hari akan membangkitkan naluri kemanusiaan kita untuk menemukan rumus alam semesta yang pada akhirnya akan membantu kita dalam mencapai keutuhan, kedamaian, ketenangan jiwa dan kejernihan pikiran, sehingga dengan ini kita dapat menyadari keterbatasn kita sebagai hamba Tuhan yang tidak kekal di dunia ini (apabila mengenal diri maka akan mengenal Tuhannya).

Pengertian Tai-Chi

Tai-Chi terbentuk dalam dua suku kata yaitu Tai dan Chi. Tai mempunyai makna agung, dahsyat (luar biasa) dan Chi mempunyai air hawa murni atau tenaga yang sangat halus yang ada di dalam diri manusia dan dapat dihasilkan melalui latihan Qi Gong (olah nafas),

Jadi Tai-Chi adalah kekuatan jiwa yang muncul dari hasil olah nafas dalam diri manusia sehingga keluar dalam bentuk tenaga yang sangat dahsyat secara fisik.

Tai-Chi merupakan meditasi gerak yang menjadi penyeimbang atas meditasi duduk. Untuk mengetahui Tai-Chi lebih dalam, terlebih dahulu kita bahas pengertian meditasi itu sendiri. Meditasi yang sering kita dengar mempunyai pengertian yaitu: sikap menenangkan pikiran dengan cara-cara tertentu di mana pikiran kita sampai menemukan sensasi-sensasi sehingga menimbulkan rasa damai dalam hati untuk mencapai ketenangan jiwa (ruhani).

Meditasi ada dua macam, yaitu meditasi duduk dan meditasi gerak (Tai-Chi). Meditasi duduk ini sebenarnya sudah diperkenalkan oleh Islam jauh sebelum Sidharta Gauthama lahir melalui ajaran Budhi Dharma.

Meditasi ini juga sering dipraktikkan oleh Nabi Muhammad SAW ketika sebelum dan sesudah diangkat menjadi Nabi dan Rasul, yang pada saat itu disebut dengan berkhalwat dan tahannuts. Beliau melakukan meditasi di Gua Hira, ketika menghadapi masalah yang menimpa diri dan umatnya.

Seperti halnya meditasi duduk, meditasi gerak juga sudah ada dalam ajaran Islam yaitu dalam bentuk gerakan shalat. Jadi sebenarnya Tai-Chi yang kita kenal sebagai suatu ilmu bela diri yang datang dari daratan Cina dengan gerakan-gerakannya yang khas dengan ritme pelan, lembut dan lemah gemulai, ini juga secara tidak disadari oleh umat Islam dalam gerakan shalat lima waktu. Oleh sebab itu secara tersurat Allah mewajibkan shalat kepada hambanya selain untuk menyembahnya juga mengandung nilai-nilai kesehatan bagi orang yang melaksanakannya.

Sesuai dengan firman Allah tentang perintah shalat pada surat an-Nisa ayat 103, yang artinya: “Shalat itu adalah fardlu yang telah ditentukan waktunya bagi orang-orang yang beriman.”

Filosofi Air

Air adalah simbol dari para praktisi Tai-Chi yang sempurna, dalam arti yang telah sungguh-sungguh mendalami, menghayati dan mengamalkan ilmunya itu. Hidupnya akan penuh dengan keseimbangan, keselarasan, keharmonisan. Tapi bukan berarti sempurna dengan mutlak. Dalam air terkandung sifat-sifat kebebasan, spontan, kerendahan hati, dan kekuatan dalam daya lenting untuk menerima perubahan tanpa kecemasan dan ketegangan.

Air bersifat mengalah, namun selalu tidak pernah kalah
Air mematikan api dan membersihkan kotoran.
Kalau merasa sekiranya akan dikalahkan, air meloloskan diri
Dalam bentuk uap dan kembali mengembun.
Air merapuhkan besi sehingga hancur menjadi abu
Bilamana bertemu batu arang, dia akan berbelok
untuk kemudian meneruskan perjalanannya kembali.
Air membuat jernih udara sehingga angin menjadi mati
Air memberikan jalan pada hambatan dengan segala kerendahan hati.
Karena dia sadar bahwa tak ada suatu kekuatan apapun
Yang dapat mencegah perjalanannya menuju lautan.
Air menang dengan mengalah, dia tak pernah menyerang
Namun selalu menang pada akhir perjuangannya.

---(ooo)---
Master Saeho-Master Lan She Lung the Islamic Shaolin Kung Fu


diambil dari
http://www.sufinews.com/index.php?subaction=showfull&id=1077854282&archive=1227167387&start_from=&ucat=3&do=arsip
[Artikel Sufi. ”Tai-Chi Dan Gerakan Dalam Sholat”, www.sufinews.com, Publikasi 27 Februari 2004]

PANITIA


Dalam hidupku, kata itu selalu muncul menemaniku. Tahun 60an, ketika piringan hitam belum banyak dipunyai dan belum banyak yang tahu bagaimana cara nyetelnya, aku sudah kebagian sebagai penjaga musik saat ada acara (“ewuh”) di kampung.

Aku ingat sekali saat ada “ewuh” di rumah Maria Magdalena Rubinem, semua orang tidak percaya bahwa aku bisa nyetel musik dan akhirnya mereka (para orang tua itu) harus mempercayai aku untuk nyetel piringan hitam (ya karena memang nggak ada yang bisa).

“Dasar Mas Soed cilik!”, begitu kata orang-orang, sambil tersenyum. Mas Soed adalah panggilan akrab bapakku oleh penduduk kampung Kemetiran Kidul, maksudnya Mas Soedarisman.

Di sekolah, dari SD sampai PT, aku selalu menjadi bagian dari suatu panitia. Mulai dari protokol upacara, pimpinan kelompok belajar, pengisi acara humor (SD), pembaca buku pelajaran sejarah, pramuka, OSIS, kegiatan masak-memasak (SMP), teater 10, OSIS, pramuka, pembina beberapa kelompok belajar (SMA), organisasi mahasiswa, teatere wong sipil, maupun teater gadjah mada (PT).

Di kampung sendiri kegiatan keagamaan (di masjid), bakti kampung (mulai ronda sampai kerja bakti), tidak pernah lepas dari kehidupan. Apalagi kalau bulan ramadhan, bulan kemerdekaan (Agustusan) atau bulan-bulan dimana banyak kegiatan kampung.

Di kantor, kepanitiaan juga akrab denganku. Banyak tugas yang harus kuselesaikan diluar tugas “wajib” (sesuai job desc). Yang rutin pasti acara 17an untuk lomba anak-anak, piknik dan family gathering. Yang tidak rutin panitia “nglamar”-kan kawan, atau ngajari “nyetir” kawan-kawan yang mendadak punya mobil. Sekarang ini, malah ada tugas sebagai PemRed Majalah, anggota bikers community, serikat pekerja, koperasi karyawan (mulai sekretaris, ketua, seksi usaha, dll) dan menjadi moderator milis (yang beranggotakan orang kantor maupun nonkantor). Di luar kantor pernah juga jadi Humas AK3 Propinsi Jatim, kemudian jadi bendahara tapi belum sempat bertugas udah keburu pindah ke Jakarta.

Sungguh kepanitiaan ini membuat hidup dan kehidupanku makin berwarna.

(gambar Jet li diambil dari internet)

Sabtu, September 08, 2007

MANTAN PACAR

Sepergiku dari Yogya, 1 Januari 1989, aku sudah bertekad untuk tidak pacaran lagi. Saat itu rasanya pacaran lebih menjauhkan diriku dari kehidupan yang tenteram dan nyaman. Pacaran membuatku sering menjadikan pacarku lebih penting dibanding Dzat Yang maha Tinggi.

Aku lebih sering membayangkan pacarku atau berbuat sesuatu yang lebih menomor satukan pacarku dibanding Dia, Sang Maha Tinggi.

Begitulah hari-hariku di Aceh. Bekerja tak kenal henti dan tak kenal lelah. Sampai akhirnya ada juga cewek yang sangat menarik perhatianku. Dia adalah anak nomor dua dari seorang temen baruku.

Janji-janjiku untuk tidak pacaran kayaknya jadi terlupakan. Aku sering main ke rumah temen baruku itu, untuk bersilaturahmi, sambil melirik anaknya. Rasanya temenku juga paham arah kedatanganku, apalagi dia sangat seneng berkenalan denganku.

Bagi temenku, aku adalah seorang lelaki yang mudah diajak bergaul, enak diajak ngebrik dan karena dia juga adalah salah satu pelangganku (Owner dari PU), maka hubungan kami jadi sangat akrab. Sayang, pada kondisi yang sangat mendukung ini, cewek yang kulirik itu sama sekali nggak ngrespon aku sedikitpun. Aku jadi kayak “setengah gila” dibuatnya (You make me Crazy deh !:-). Akupun merasakan betapa tidak enaknya bertepuk sebelah tangan.

Hampir tiga tahun kulalui dengan kehidupan yang serba tidak jelas untuk masalah pacaran. Namun, selama itu pula aku rajin berkomunikasi dengan seorang cewek di Yogya yang selalu menyebut dirinya denga Adinda.

Akupun jadi merasa sebagai kakandanya. Kami banyak curhat untuk segala macam masalah. Komunikasi itu terus terjalin dengan “intens”, sampai-samapai saat aku pulang ke Yogya, selalu kusempatkan untuk mendatangi rumahnya sekedar untuk menyambung komunikasi.

Satu hal yang selalu dilakukannya setiap ketemu aku adalah menjodohkan aku dengan sahabatnya. Satu demi satu sahabatnya “ditawarkan” kepadaku. Bagaimana aku bisa menerimanya, aku gak kenal mereka dan mereka kuyakin juga nggak kenal aku. Jadi bagaimana bisa ketemu.

Aku ini tipe orang yang harus kenal dulu baru bisa bicara dari hati ke hati. Akhirnya, akupun mengirim surat kepadanya agar dia tidak menjodohkan aku lagi.

Tentu saja aku tidak menulis seperti itu, kutulis saja agar daripada dia capek nyari jodoh buatku, mbok dia saja yang jadi jodoh buatku.

Ternyata jawabanku manjur banget. Rupanya dia kaget dengan tulisanku itu, sehingga dia jadi berpikir keras untuk menjawab suratku.

Akupun tiba-tiba merasa bahwa seharusnya hal ini kulakukan sejak dulu saja. Toch dia cewek yang baik cantik dan beriman. Kucari kekurangannya dan ternyata gak kudapat, jadi ketika dia menjawab suratku dengan nada berpikir-pikir, aku segera pastikan untuk menyelesaikan hal ini secara tuntas.

Kulamar dia melalui surat dan akhirnya kuterima jawaban yang kuharapkan melalui surat. Abis membaca surat kepastian jawaban dari dia, baru aku sadar bahwa aku gak punya cukup duit untuk pergi ke yogya dan menikahinya.

Tabunganku kosong melompong, sementara gajiku banyak dipotong disana-sini. Waktu itu aku memang banyak hutang deh (emangnya sekarang nggak ya?!-)

Alhamdulillah, pak Kiming dan pak Adil banyak menolongku untuk melangsungkan pernikahan ini. Suatu hal yangtak pernah terbayangkan dan ternyata berhasil kulaksanakan. Bahkan aku masih punya sisa uang untuk mengajak istriku ke sumatera dan mengongkosinya pulang lagi ke yogya (untuk nerusin kuliahnya).

Sampai di sumatera,kembali nasib baik telah menungguku. Rombongan Waskita Aceh ternyata mengadakan tour dan meskipun aku sudah tidak di Aceh, tetapi masih dianggap warga Aceh, sehingga akupun didaftarkan untuk touring ke Berastagi dan Danau Toba.

Jadilah bulan maduku terlaksana di Danau Toba dan Berastagi (tanpa ngeluarin biaya sepeserpun).

Sungguh Allah swt memang sangat mengasihiku. Segala puji hanya bagi Dia Yang Maha Segala Maha.

Jumat, September 07, 2007

This is how business is done!

WIN WIN SOLUTION

Seorang bapak memanggil anaknya, dan terjadilah dialog.

Bapak : Nak, kamu telah lulus kuliah di Akademi Perbankan, dan segera akan saya kawinkan, jadi nggak usah nyari cewek lain.
Anak : Tidak mau, aku mau cari sendiri cewekku.
Bapak : Tapi calon istrimu ini anaknya Bill Gates, gimana? Mau nggak?
Anak : Kalau anaknya Bill Gates ya mau donk pak…!:-)

Bapak ini kemudian pergi ke Bill Gates dan berdialog.

Bapak : Saya akan melamar putrimu.
Bill Gates : Ya ndak bisa, anakmu tidak masuk nominasiku.
Bapak : Tapi anakku ini wakil presiden Direktur World Bank.
Bill Gates : Kalau gitu sih, aku oke saja.

Bapak ini kemudian pegi ke Direktur World Bank dan berdialog.

Bapak : Anakku telah lulus kuliah dan jadikan dia wakilmu.
Direktur : Ya tidak bisa, anakmu perlu ikut seleksi yang ketat, dan aku sudah punya lima wakil.
Bapak : Tapi anakku ini mantunya Bill Gates…
Direktur : Kalau gitu sih, boleh-boleh saja aku nambah satu wakil lagi.

This is how business is done!

Moral:
Even If you have nothing, you can get anything.
But your attitude should be positive

(terjemahan bebas dari internet)

Nasihat (kiriman)

50
Harta yang paling berharga setelah iman adalah keluarga. Setinggi apapun jabatanmu dan sebanyak apapun hartamu, semua itu takkan ada artinya jika kamu tidak mampu membina dan menjaga keluargamu. Oleh karenanya jagalah keluargamu dengan sebaik-baiknya , karena keluarga adalah amanah Allah kepadamu.

51
Jika kondisimu sedang sakit dan kamu ingin sehat maka sehatkanlah jiwamu dengan ikhlas dan syukur. Gaungkan selalu dihati dan lisanmu “Alhamdulillah, Engkau Maha Baik ya Allah, penyakit ini tiada artinya dibanding dengan nikmat iman dan kehidupan yang telah Engkau berikan kepadaku”. Yakinlah Allah akan memberikan kesehatan kepadamu.

Kisah GadisKu

GADIS 1

Aku kenal dengan gadis ini ketika ada lomba rally sepeda di Masjid Muhajirin Perumnas ConCat dan dia jadi salah satu panitia. Anak yang lugu, cantik dan cerdas. Aku tentu terkesan, apalagi ternyata dia juga terkesan denganku.

Makin lama berkenalan aku makin banyak mendapat kesan yang menarik dari pribadinya. Aku tiba-tiba menjadi orang yang terasa penting di depannya, dan akupun selalu tampil sebaik mungkin di depannya.

Sayang dia terlalu muda dan orang tuanya kurang mendukung hubungan ini. Akhirnya hubungan ini harus kandas, dan lari pagiku kembali sendiri. Kenangan lari pagi bersama gadis ini tak akan pernah bisa kulupakan.


GADIS 2

Ini gadis yang selalu sebangku denganku ketika SMA. Anak tercerdas di SMA dan aku harus merelakan mahkota juara jatuh pada dia. Padahal saat aku iseng-iseng menjumlahkan semua nilai dan kubandingkan dengan jumlah nilainya, ternyata jumlah nilaiku yang lebih besar. Jadi seharusnya aku yang jadi juara donk.

Banyak suka duka bergaul dengan cewek ini, baik di rumahnya maupun di sekolah. Yang seru kalau pas berantem. Kami gak pernah ketahuan kalau sedang berantem. Hari-hari tetap kita lalui seperti hari-hari yang lain, bedanya tak ada ucapan yang terlontar dari mulut kami berdua, tapi kegiatan meminjamkan penggaris, alat tulis dll tetap berlangsung, sehingga teman-teman gak ada yang pernah curiga.

Saat kami hampir ketahuan berantem, saat itu perang dingin baru saja kita sepakati berakhir, jadi kembali nggak ketahuan donk.

Gadis ini memang luar biasa, sudah cantik, kaya, baik hati pandai bergaul lagi. Dia pernah juga juara lomba pakaian daerah (kebaya) saat klas II. Wah, dia benar-benar tampil berbeda saat itu. Soalnya hari-harinya adalah hari-hari tomboy, sehingga kami jadi pangling ketika dia pakai kebaya.

Wouw keren abiz deh...

Persahabatan ini putus ketika dia kuliah di IPB dan aku di UGM. Sekali aku pernah main ke kostnya di Bogor dan abis itu sudahlah. Pernyataan cintaku kepadanya juga ditolaknya dengan halus dan aku memang harus menerimanya, karena memang bukan dia jodohku.


GADIS 3

Ini Gadis hitam manis dari Sunda. Kami berbeda kelas dan berselisih kelas. Dia kelas I dan aku kelas II. Bodinya yang seksi membuat dia sering jadi incaran kawan-kawan.

Akhirnya kawan akrabku yang berhasil mendekatinya. Yang bikin sakit hati, temenku ini suka menceritakan kejadian-kejadian yang mewarnai hubungannya dengan Gadis ini kepadaku. Dari hal yang biasa sampai ke hal yang rahasia. Aku sampai nggakkuat mendengarnya, tetapi aku harus menguatkan diri. Aku nggak mau temanku tahu kalau aku juga naksir gadis ini.

Kami sering bersepedaan bersama. Ngobrol-ngobrol berdua, baik hari biasa maupun malem minggu, tetapi aku nggak nyangka kalau ternyata dia telah jatuh ke tangan temen akrabku. Padahal temen akrabku itu gak pernah apel ke rumahnya.

Aku pusing memikirkan hal ini dan jadilah dia cintaku yang tak pernah kesampaian.


GADIS 4

Dia adalah Gadis yang begitu takut ketemu denganku, sehinga banyak yang heran dan akupun jadi penasaran. Rasanya tidak ada yang perlu ditakuti dari sosokku, kenapa ada yang begitu takut padaku?

Rasa penasaran ini akhirnya berbuah menjadi kisah cinta yang tak berujung. Hanya ada awal tetapi tidak ada akhir.

Banyak hal yang membatasi hubungan ini. Mulai hobi yang nggak bisa akur, sampai ke hal-hal yang kecil-kecil yang nggak bisa diakurin. Akhirnya kami berpisah secara tidak jelas, karena kadang-kadang masih nyambung lagi tetapi dalam kondisi yang tidak jelas dan akhirnya secara perlahan-lahan memang harus berakhir tanpa kejelasan.


GADIS 5

Yang ini gadis yang demen ama Queen, diperebutkan banyak cowok dan jadi kembang sekolah. Banyak pria yang mabuk cinta sama dia, dan mau tidak mau diapun dikenal sebagai gadis yang kayak piala bergilir.

Aku tadinya tidak menaruh kesan apa-apa pada dia, maklum usia kami berbeda 10 tahunan, jadi ya gak ada greng sama sekali deh. Sampai akhirnya aku jadi sering nemanin nonton film ama dia, soalnya dia memang hobi nonton dan akupun hobi nonton.

Makin sering pergi berdua membuat aku makin kenal sama dia, dan entah kenapa tiba-tiba aku melihat dia jadi dewasa. Mungkin seorang gadis di usia 16-17 tahun memang terlihat sangat menarik, sehingga akupun kepincut sama dia.

Perbedaan usia membuat aku menjaga jarak dengan dia saat tampil di depan orang lain. Kami hanya terlihat sebagai sepasang kekasih ketika tidak ada yang melihat. Semua obrolan bisa lepas saat tidak ada orang lain di sekitar kami, dan pembicaraan kembali jadi kaku ketika ada orang lain di sekitar kita.

Hari demi hari kulalui bersamanya, baik dalam suka maupun duka. Saat aku kesulitan mencari uang untuk bayar KKN, dengan penuh kepercayaan dia memberiku pinjaman uang, sehingga aku bisa melunasi biaya KKN.

Saat itu kupikir nggak ditagih, tetapi ternyata dia tagih juga. Untung pinjaman dari BANK untuk mahasiswaku cair, sehingga aku bisa membayar pinjaman itu.

Hubunganku yang makin akrab akhirnya membuatku memutuskan untuk melamarnya. Diapun menerimaku dengan baik. Sayang, bapakku masih memintaku untuk berpikir dulu sebelum kawin. Akhirnya rencana perkawinan itu terkatung-katung dan putus dengan sendirinya.

Yang bikin sakit hati, ternyata dia pacaran lagi sama mantan pacarnya. Aku nggak tahu apakah itu trik dia untuk nyakitin hatiku atau memang dia masih cinta sama mantan pacarnya, yang jelas aku tidak bisa protes. Toh aku sudah melamar dan diterima, tetapi tidak ada tindak lanjutnya.

Aku harus ikhlas menerima semua ini, dan akhirnya aku memang bisa ikhlas. Apalagi hubungan kami tetap baik dan akhirnya malah dia menjadi gadis yang jauh lebih baik dibanding sebelum berkenalan denganku.

Rasanya masa hura-huranya telah berakhir dan dia telah menemukan jalannya. Kabar pernikahannya kuterima dengan hati yang ikhlas dan aku rasanya bagai terlepas dari beban yang sangat berat.

Gadis yang akan kunikahi dantelah kulamar tapi kusia-siakan akhirnya telah menemukan jodohnya. Terima kasih Tuhan, memang Allah maha segala maha.

Segala puji bagi Allah swt.

Om JpN

Saat aku dimarahi ortu, dan aku ada dalam kegelapan malam, maka satu orang yang menghiburku adalah Om Jon. Ini adik bapak yang paling kecil. Kayaknya jadi orang yang paling ganteng di keluarga bapak, apalagi dia adalah seorang tentara, tentu kondisi tubuhnya terlihat yang paling keren.

Saat Om Jon lama nggak ke Yogya lagi dan hubungan kekeluargaan ini putus, rasanya aku jadi
orang yang paling sedih.

Pertemuan terakhir adalah saat beliau pulang dari tugas di Tim Tim dan beraksi dengan pistol kosong di rumah. Setelah itu, kabarpun hilang. Apalagi ketika Om Jon telah memasuki masa pensiun, maka berita tentang Om yang satu inipun hilang lenyap.

Tahun 1989, saat aku ditugaskan di Medan, maka keinginan untuk ebrtemu dan mencari Om muncul tetapi aku tidak tahu harus mulai dari mana. Baru di tahun 1996, ketika aku kembali ditugaskan di Medan, aku ketemu denga Om yang satu ini.

Kejadiannya sangat sederhana. Orang tua Hendro, mahasiswa Medan yang pernah tinggal di rumahku (sebentar) dan kemudian kost di Honggowongso, datang ke rumahku selaku ketua RT dan ngobrol tentang temannya yang sudah kayak saudara di Yogya.

Teman yang diceritakan pak RT ternyata adalah orang tuaku. Mas Soed, itulah nama beken bapakku. Asal katanya Sudarisman, tetapi lebih sering dipanggil mas Soed, dan aku juga sering dipanggil mas Soed cilik.

Kamipun berpelukan dan sepakat mencari Om Jon. Nggak sampai seminggu, kawan-kawan Om Jon dihubungi dan langsung ketemu. Akupun jadi ketemu lagi dengan Sumartono, lelaki cerdas yang pernah main ke Yogya ketika kecil.

Pertemuan yang sangat membahagiakan, apalagi setelah itu jalur Medan Yogya kembali tersambung. Pasti bapakku dan juga ibuku sangat bahagia dengan tersambungnya kembali komunikasi Medan Yogya ini.

Sejak saat itu, Sumartono juga sering ke Yogya, sehingga lengkaplah sudah jalinan komunikasi keluarga yang pernah putus ini.

Begitulah indahnya silaturahmi.

IBU

Orang yangtak pernah putus kasih sayang dengan anak adalah seorang Ibu. Mungkin karena memang kita pernah sembilan bulan bersamanya dalam segala kondisi, maka ikatan erat itu sangat susah dipisahkan.

Dulu aku sangat heran ketika makan kacang kulit dan ibu selalu setia membukakan kulit
kacang, sehingga aku tinggal makan isinya saja tanpa kesusahan membuka kulitnya. Sementara aku dan juga saudaraku saat membuka kulit kacang dan ada orang lain yang langsung memakan kacangnya tanpa ikut membuka kulitnya pasti marah besar dan bisa berantem, maka tindakan ibu itu sungguh sangat menakjubkan.

Ketika aku sudah jadi orang tua, baru kusadari bahwa hal itu adalah tindakan yang biasa. Kasih sayang yang tuluslah yang membuat itu menjadi hal yang biasa. Film itu sering muncul dalam hidupku, karena hal itu pulalah yang sering terjadi dalam kehidupanku saat ini bersama anak-anakku.

Aku bahkan sangat menikmati proses membuka otak ayam dan ketika otak ayam yang sudah ditungguin anak-anakku masuk ke mulut anak-anakku, suatu perasaan hangat selalu saja muncul di hatiku.

Di Dunia ini sangat sulit mencari orang yang sanggup mengasihi kita seperti kasih seorang ibu kepada anaknya, dan sangat sulit bagi kita untuk membalas kasih sayang itu, walaupun kita sudah menjadi orang yang mempunyai segala hal.

Kasih ibu tak akan pernah tergantikan dan tak akan pernah bisa kita balas, jadi dengan cara apapun marilah kita selalu mencoba untuk meningkatkan kuantitas dan kualitas kasih sayang kita kepada ibu kita tersayang.

BAPAK

Ada yang sangat kusuka dari Bapak, yaitu saat dia bercerita tentang masa kanak-kanaknya. Yang paling berkesan adalah cerita ketika dengan gaya tarzan bapak meloncat ke sungai di daerah Serangan.

Tanpa sehelai benang alias telanjang bulat bapak melompat ke tengah-tengah anak-anak yang sedang mandi di sungai. Begitu kepala keluar dari air, baru bapak tahu kalau anak-anak yang sedang mandi tersebut adalah anak-anak dari kampung Serangan yang saat itu baru bermusuhan dengan anak-anak dari kadipaten.

Aku tidak bisa membayangkan bagaimana rasanya menjadi bapak pada saat itu.

Ucapan bapak yang juga selalu kuingat adalah bila kita ketemu makanan yang enak. Pada saat di depan kita dihidangkan makanan yang enak, maka jangan langsung dihabisin. Ingatlah di belahan dunia yang lain, ada orang yang untuk makan saja masih sangat sulit, apalagi mendapat makanan yang enak.

Jadi selalu bersyukurlah terhadap apa yang kita dapat dari Allah, apapun bentuknya ! Selalu ada hikmah di balik sesuatu yang kita terima. Saat kita menerima hal yang buruk, maka bukan tidak mungkin memang saat itu itulah yang terbaik buat kita. Demikian juga saat kita menerima hal yang baik, ingatlah bahwa pasti ada hikmah di balik hal yang baik yang kita terima itu. Jangan sekali-kali takabur menerima sesuatu yang baik.

Jangan pernah merasa kita sangat dicintai Allah, tetapi merasalah bahwa kita sangat perlu untuk dicintai Allah dan selalu berbuat sesuai peruntahNya agar selalu dicintai Allah swt.
Nabi kita Muhammad SAW, biarpun sudah dijamin masuk surga, tetapi ibadahnya tetap luar biasa, baik dari sisi kuantitas maupun kualitasnya. Sementara kita, kuantitas masih belum cukup apalagi kualitas.

Jadi mari kita sama-sama meningkatkan iman dan amal kita. Semoga Allah senantiasa membimbing kita. Amin.

+++

Rabu, September 05, 2007

WARKOP DKI

Beberapa kali manggung bareng Trio Warkop DKI membuat hubunganku dengan mereka makin akrab. Mereka sangat menghargai aku dan begitu juga aku terhadap mereka.

Ucapan jujur mereka yang membuat aku hormat. Begini katanya, “kami kadang-kadang risi disuruh main film kayak gitu, kurang cerdaslah, tapi begitulah maunya penonton indonesia”

Mereka memang pribadi yang ramah dan “easy going”, apalagi mas Indro yang mudah akrab dan berjiwa terbuka (mungkin cocok dengan kegemarannya pakai mobil VW dan sepeda motor HD).

Aku masih teringat ketika malem-malem diajak makan seafood di kaki lima, dan mas Indro begitu fasih menyapa orang yang mengenalnya. Semua orang dianggap sama olehnya.

Kejadian yang ingin kuceritakan adalah ketika acara PORSENI mahasiswa seIndonesia tahun 80an, yang saat itu jadwalnya adalah lomba lawak di TIM dan Trio Warkop bertindak sebagai jurinya.

Para mahasiswa sak Indonesia itu begitu heboh bersalaman dengan Tri Warkop, kecuali mahasiswa dari Gadjah Mada [yang malu-malu tapi pingin].

Aku saat itu ikut juga menghadiri acara lomba, karena kebetulan diminta oleh tim mahasiswa ISI (pemenang lomba lawak Yogya, yang waktu itu namanya masih ISTI) untuk menjadi pelatih mereka dalam seni lawak.

Saat itu aku sungguh sangat terkesan. Bayangkan, aku berangkat ke jakarta bukan sebagai pelawak, tetapi sebagai tukang dekor teater Gadjah Mada, nyatanya di Jakarta malah didaulat sebagai pelatih lawak. Inilah kali pertama dapet tugas sebagai tukang dekor teater dan pelatih grup lawak.

Yang lebih mengesankan, saat bertugas membuat dekor, ternyata mahasiswa sak DIY [yang memngenalku] ikut mbantu pembuatan dekor.

He...he..he... jadilah dekoranku menjadi dekor terbaik dari semua pertunjukkan teater antar mahasiswa sak Indonesia (ha...ha...ha..., menurutku lho...!:-). Yang jelas kami pulang membawa piala sebagai teater terbaik.

Nah, kembali ke para mahasiswa UGM yang malu-malu itu akhirnya bisa juga ketemu dengan idolanya di pelataran parkir TIM saat Trio Warkop akan pulang, setelah mereka selesai bertugas.

Saking inginnya berkenalan, mereka ngikut aja kemana Warkop pergi, sampai-sampai jemputan bis dari asrama tidak mereka hiraukan lagi. Mereka gak kenal Jakarta dan nggak peduli mau naik apa pulang ke asrama.

Saat warkop melihatku, langsung saja aku diajak makan di warung yang ada di sekitar TIM, dan ngikutlah para mahasiswa itu masuk ke warung. Semua makan siang dengan enak dan agak “kekenyangan”, soalnya ada perintah dari warkop bahwa semua makanan akan dibayar oleh warkop.

Beberapa orang yang tahu hubunganku dengan Warkop merasa ini adalah hal yang wajar, tapi mereka yang nggak tahu menganggap bahwa warkop sangat luar biasa. Lha kok mereka (warkop) mau membayari makan para mahasiswa (sak bis) yang nggak dikenalnya...?!?

[warung itu sudah berubah menjadi seperti ini di bulan Desember tahun 2008]

Yang jelas, aku yang paling bahagia. Lomba lawak dimenangkan oleh DIY, demikian juga lomba teater. Dua-duanya aku tidak campur tangan secara langsung, tetapi ada andilku disana dan itu adalah andil yang belum pernah kulakukan sebelumnya.

Jangan-jangan aku memang punya bakat jadi pelatih lawak dan pendekor panggung...!:-)

(tulisan ini mungkin ada salah inget di beberapa kalimat, maklum udah 20 tahun yang lalu, bahkan lebih)

NEGOSIASI

Lho Gitu TA.....?!?

Aku lupa tanggal dan tahunnya, tapi aku masih terkenang peristiwanya, seolah-olah itu masih kejadian kemarin sore.

Aku yang sering manggung bersama mas Teguh (IKIP Sadhar) dan mas Tri Sudarsono (IKIP N) untuk ngisi acara di Yogyakarta, maupun di kota-kota lain (termasuk Jakarta), sore itu didatangi tamu dari Jakarta.

Kitapun negosiasi tentang honor yang harus disepakati bersama. Biasanya sih untuk di Yogya kita sering dapat tawaran job dengan nilai seputaran 25 ribuan, bahkan kadang-kadang solidaritas sesama seniman membuat kita naik pentas tapi nombok (tidak dibayar tapi harus mengeluarkan biaya sendiri untuk transportasi).

Di Kudus, bahkan pernah main sama EmHa, dan dapat honor seadanya (malu nyebutin angkanya). Ya, bisa main ke Kudus tanpa biaya sudah seneng kok (waktu itu). Sampai hari inipun aku masih bersahabat baik dengan yang ngundang (soalnya masih sekantor sih).

Paling tinggi kita dapet honor 50 ribuan deh saat itu. Harga sepeda motor DKW (50 cc) tahun 80an sekitar 35 ribuan, jadi kamipun pernah punya DKW (kecuali mas Teguh yang paling seneng jalan kaki kemanapun dia pergi).

Akupun bisa beli sepeda motor Honda bebek 90 cc, yang karena rusak mesinnya diganti dengan mesin Honda S90 (tahun 70an), dan jadilah Honda bebek 90 cc tetapi pakai kopling (dipasang di tangan kanan). Dijamin mati deh kalau gak tahu rahasia naiknya.

Kembali ke peristiwa sore itu, aku iseng menawarkan honor sebesar 7,5, soalnya mainnya di Kolaka Sulawesi. Dengan catatan, kita gak boleh ikut pusing mikir akomodasi. Tahu beres deh. Maksudnya dengan honor sebesar 75 ribu, kita bisa bawa pulang tanpa dipotong biaya ini itu.

Negosiasipun berjalan dengan cukup alot, meskipun akhirnya putus di angka 6. Kamipun bersalaman tanda “deal”, dan sebagai bukti kesepakatan ditanda tangani kuitansi DP. Tanpa melihat kanan kiri,langsung saja diteken.

Ketika mereka menyerahkan duit tanda jadi baru kita jadi gelagapan. Apalagi ketika mereka bilang, bahwa pertunjukkan nanti tidak hanya sekali, tapi beberapa kali dan masih akan bisa berubah karena kadang-kadang dari daerah minta tambahan slot pertunjukkan. Maklum mereka punya unit usaha di beberapa tempat.

Seperginya mereka, kami terlongong menghitung duit sebanyak 200 ribu sebagai DP salah satu pertunjukkan. Lha kita minta 75 dan hasil negosiasi jatuh di angka 60 kok dikasih 200?

Akhirnya kita sadar, saat menyebut angka 7,5 rupanya “penampa” mereka (maksudnya yang mereka pahami) adalah 750 ribu per pertunjukkan. Jadi wajar kalau mereka ngasih 200 sebagai DP, soalnya saat itu Warkop dapet honor 1,5 juta untuk sekali show dan bisa turun kalau beberapa kali show.

Jadi gitu ta?

Selasa, September 04, 2007

SYUKUR

Alhamdulillah

Ucapan yang ini sangat populer, bahkan untuk yang tidak tahu maknanya secara benar, ucapan ini tetap diucapkan dengan fasih, seolah-olah makna yang dikandung dalam ucapan itu telah sangat dipahaminya.

Ada yang berpendapat bahwa ucapan itu artinya mensyukuri nikmat dari Allah SWT yang diterimanya, kemudian menggunakan nikmat itu dengan cara yang benar dan baik, serta memberikan hasil yang juga benar dan baik.

Mengapa benar saja tidak cukup? Mengapa kata baik harus disandingkan dengan kata benar?

Kebenaran kadang memang menyakitkan, akan tetapi kalau bisa disampaikan dengan penuh kebaikan, maka nilainya akan jauh dibanding hanya benar saja. Kebenaran yang disampaikan dengan cara yang baik, biasanya akan nyaman diterima dibanding kebenaran yang disampaikan dengan cara yang kurang baik, minimal tidak membuat emosi ketersinggungan ikut bergolak.

Di dunia ini, kalau mau menghitung nikmat Allah swt pasti tidak akan habis terhitung, biarpun air laut yang menjadi tintanya. Jadi ucapan Alhamdulillah, seharusnya tak akan pernah putus kita ucapkan, karena kita tidak akan pernah bisa menghitung nikmat Allah yang telah kita terima dan kita gunakan.

Segala puji memang hanya untuk Allah swt.

Aku jadi pingin mengingat beberapa nikmat Allah swt yang telah kuterima dan yang masih kuingat sampai hari ini.
  1. Dilahirkan dalam keluarga yang beragama, serta orang tua dan saudara yang saling menyayangi.
  2. Dibesarkan di kampung yang lengkap profesinya penduduknya. Ada yang kaya, miskin, kiai, penjudi, kaum ningrat, para pendekar, musikus, teaterawan, komikus, aktifis, provokator maupun pengangguran.
  3. Sekolah yang baik, mulai TK Netral (sekarang jadi hotel Mutiara Malioboro), SD Netral, SMPN 3, SMPP X (sekarang SMAN/SMU 8), dan JTS FT UGM (dulu masih di Pogung).
  4. Orang-orang Shalih yang banyak memberi contoh tentang menjalani hidup dan kehidupan ini (mas-mas dan mbak-mbak yang mengajari aku ngaji ketika kecil, tanpa peduli kalau aku tidak memperhatikan ajaran mereka, para pengurus masjid yang berdedikasi tinggi untuk meluangkan waktunya memakmurkan rumah Allah, para sopir yang gajinya selalu kekurangan tetapi tetap memandang hidup ini dengan sangat optimis, para ustadz yang begitu dalam memahami makna Quran dan Hadits, para sahabat yang selalu siap memberi kritikan atas tingkah lakuku yang kurang berkenan di mata Allah swt, termasuk anak-anakku yang ternyata sanggup memberi pandangan yang jernih tentang hidup dan kehidupan ini).
  5. Istri dan anak-anak yang baik.
  6. Buku-buku yang banyak memberikan inspirasi tentang rasa syukur akan kebesaran Allah swt (mulai dari buku dongeng, cersil, aneka komik, cerita petualangan tanpa gambar, humor sufi, termasuk cerita nabi yang selalu menggetarkan hati)
  7. Rizki yang selalu cukup dari Allah, padahal secara matematis tidak pernah terasa cukup.
  8. Bimbingan yang tak pernah putus dari Allah swt.
  9. Kemampuan membaca hikmah dari setiap hal yang diberikan Allah swt, dan kemampuan untuk mensyukuri nikmat Allah.
  10. Kasih sayang yang tak pernah putus dari Allah swt. Insya Allah hal ini akan berlangsung terus sampai hari nanti. Amin.


10 hal yang kuingat di atas, kalau dirinci akan memakan banyak halaman dan akan membuat aku kehabisan kata-kata untuk menuliskannya. Jadi cukup kurinci dalam kalbuku dan kusetel setiap aku menerima cobaan atau ujian dari Allah swt.

Semoga Allah swt selalu menunjukkan jalan yang benar bagi diriku dankeluargaku.
Amin.

+++

Senin, September 03, 2007

I cried for my brother six times

6 Kali Aku Menangis Untuk Adikku


Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit.

Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, Aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku.

Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan aku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya. "Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya. Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara.

Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!" Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas.

Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang?

Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun. Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung.

Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku. Bertahun-tahun telah lewat,tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin.

Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama,saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi.

Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya memberengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..." Ibu mengusap air
matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi,telah cukup membaca banyak buku." Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya. "Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini." Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas.

Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku: "Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas). Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku? Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"

Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?" Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku. "Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!" Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan mebalut lukanya.

"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.
"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."
Ditengah kalimat itu ia berhenti.
Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Banyak kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau.

Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu saja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit. Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer?

Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan dikirimkan?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!" "Mengapa membicarakan masa lalu?" Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?" Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat. "Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah.

Suatu hari, Saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu.

Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.


Sumber: I cried for my brother six times

Minggu, September 02, 2007

WORKFORCE

Tahun 2007 ini Malcolm Baldrige Criteria for Performance Exellence (MBCfPE) memberikan fokus khusus tentang masalah workforce. Pekembangan Teknologi Informasi (TI) yang terus melesat membuat kapabilitas dan kapasitas workforce mengalami gejolak yang kian terasa.
Padanan kata bahasa Indonesia untuk workforce agak sulit didapat. Workforce merupakan kumpulan SDM yang secara aktif terlibat dalam penyelesaian suatu pekerjaan, sehingga merupakan gabungan dari karyawan tetap, karyawan paruh waktu, karyawan kontrak maupun tenaga sukarelawan. Intinya semua personil yang terlibat dalam suatu penyelesaian pekerjaan/proyek adalah workforce, bisa meliputi pimpinan tim, supervisor, maupun manajer untuk semua tingkat organisasi.
Tolok ukur yang dipakai untuk menentukan apakah workforce mampu memberikan kinerja yang tinggi, tidak hanya sekedar kepuasan workforce, atau telah terpenuhinya harapan (ekspektasi) workforce, tapi juga meliputi workforce engagement.
Workforce engagement juga sulit dicarikan padanan katanya dalam bahasa Indonesia, sehingga biasanya diterjemahkan menjadi keterlibatan tenaga kerja secara aktif, yang mengacu pada keterikatan tenaga kerja (workforce) baik secara emosional maupun intelektual, untuk melaksanakan suatu proyek, ataupun misi maupun visi perusahaan.
Pengukuran kepuasan workforce, masih bisa dilakukan dengan baik dan jelas, namun pengukuran keterlibatan aktif workforce agak sulit diukur, sehingga harus dicarikan padanan yang memadai sebagai alat ukur keterlibatan aktif workforce.
Biasanya pengukuran keterlibatan aktif tenaga kerja (workforce) dikaitkan dengan produktiftas tenaga kerja, atau dikaitkan dengan kinerja perusahaan. Makin produktif tenaga kerja atau makin meningkat kinerja perusahaan, kadang bisa dipakai sebagai salah satu tolok ukur akan meningkat eratnya keterlibatan aktif dari workforce.
Bila dalam suatu organisasi terlihat lingkungan kerja yang berkinerja tinggi dan semua tenaga kerja (workforce) terlihat termotivasi untuk melakukan yang terbaik bagi pelanggan internal maupun eksternal, maka kadang bisa disimpulkan telah terbentuk “workforce engagement” yang sangat baik di organisasi itu.
Adanya serikat pekerja juga menunjukkan bahwa workforce telah diberi wadah tepat, yang dapat menyalurkan semua ekspektasi tenaga kerja organisasi tersebut. Serikat pekerja dalam suatu organisasi biasanya akan mempermudah proses pengembangan diri tenaga kerja, peningkatan ketrampilan maupun pembentukan tim kerja yang tangguh dan ulet, sesuai budaya kerja yang ada pada organisasi tersebut.
Tentu akan lain ceritanya kalau dalam suatu organisasi terdapat beberapa serikat pekerja yang masing-masing punya afiliasi yang berbeda. Workforce engagement akan susah dicari tolok ukurnya pada organisasi yang mempunyai beberapa serikat pekerja, apalagi kalau masing-masing serikat pekerja tersebut membuat kubu-kubu yang saling beroposisi.
Kapabilitas workforce lebih berbicara pada kompetensi tenaga kerja, tentang bagaimana tenaga kerja dapat menyelesaikan pekerjaannya berdasar pada kemampuannya, ketrampilannya maupun pengetahuannya.
Perkembangan dunia TI yan begitu pesat, tentu akan membuat tenaga kerja saling meingkatkan dirinya untuk mengejar ketertinggalan dibidang TI. Peningkatan kemampuan yang tidak seragam akan membuat kapabilitas tenaga kerja yang ada menjadi berubah. Di satu pihak ada tenaga kerja yang kompetensinya begitu pesat meningkat, dan ditawari pekerjaan di tempat lain yang lebih menantang serta dengan penghasilan lebih baik, disisi lain adanya pengurangan tenaga kerja karena tenaga kerja yang ada sudah tidak mampu lagi menjawab tantangan perubahan organisasi yang dipicu oleh pesatnya perkembangan dunia TI.
Disinilah organisasi harus mampu melihat kapasitas tenaga kerja yang dibutuhkan oleh organisasi untuk mengantisipasi adanya kebutuhan tenaga kerja musiman yang meningkat atau variasi kebutuhan tenaga kerja yang cukup siginifikan.
Pengelola sumber daya manusia harus lebih jeli dalam mensiasati hal ini. Pelatihan yang diadakan harus benar-benar didasari oleh analisa kebutuhan pelatihan (TNA = Training Need Analysis) yang tepat dan tidak asal mengadakan pelatihan.
Pelatihan yang baik bagi workforce akan banyak memberi nilai tambah bagi organisasi, antara lain adalah :
a. Kelompok individu yang makin loyal, makin kompeten dan makin meningkat kecerdasannya
b. Kepuasan batin tenaga kerja, yang tidak bisa dinilai dengan uang
c. Peningkatan aset perusahaan/organisasi dalam bidang pengetahuan (knowledge)
d. Peningkatan kemampuan tenaga kerja dalam memahami tugas-tugas kerja lintas fungsi
e. Lingkungan kerja yang lebih kondusif, inovatif dan nyaman
Secara tidak langsung peningkatan pengetahuan/kompetensi tenaga kerja akan berimbas pula pada kemampuan organisasi dalam merespon pasar, tuntutan pelanggan maupun peningkatan kinerjanya.
Dengan demikian, tidak salah kalau mulai sekarang kita lebih fokus lagi memahami posisi tenaga kerja (work force), pertanyaan kunci dari MBCfPE ini silahkan direnungkan kembali.
a. Bagaimana organisasi menjadikan workforce terlibat secara aktif untuk mencapai kesuksesan organisasi dan pribadi (How do you engage your workforce to achieve organizational and personal succes?)
b. Bagaimana organisasi membangun lingkungan workforce yang efektif dan mendukung (How do you build an effective and supportive workforce environment?)
Selamat menjawab.

Sumber bacaan : MBCfPE 2007 terbitan IQA Foundation, dan dari berbagai sumber