Senin, April 25, 2011

Naik Becak di Yogya kok makin dekat makin mahal ya?


Kami semua terbahak-bahak mendengar cerita seorang turis lokal ketika bercerita tentang pengalamannya naik becak di Yogya.

"Kami waktu itu tidak berniat untuk pergi kemana-mana lagi setelah capek jalan-jalan di seputaran malioboro. Eh...ada tukang becak nawarin ke kami dengan ngototnya..."

"Apa katanya?"

"Mari mbak, pergi ke tiga tempat cuma lima ribu saja. Murah mbak, nanti saya anter balik lagi ke sini..."

".............."

"Ketika kami tetap tidak mau, abang becakny amenurunkan harganya sampai tiga ribu dan kami tetap saja tidak mau, namanya saja sudah capek"

"......"

"Eh terakhir dia masih bilang rong ewu limang atus, halah berapa itu..."

"Dua ribu lima ratus"

"Nah bayanganku pasti lebih  murah dari tiga ribu deh pokoknya"

"...terus...?"

"Akhirnya kami memutuskan naik becak tapi tidak ke tempat yang jauh-jauh itu, Kami putuskan kembali ke hotel di jalan Sosrowijayan, eh ternyata biaya naik becak dari Hotel Mutiara ke jalan Sosro wijayan malah sepuluh ribu. Kok bisa ya? Lebih dekat kok malah lebih mahal???"

Begitulah cerita pecahnya tertawa kami. Setelah reda baru kita jelaskan bahwa abang becak itu sebenarnya tidak perlu dibayar mahal untuk ke tiga tempat tujuan, soalnya mereka akan mendapat tips dari para pemilik tempat yang dikunjungi oleh turis lokal itu.

Temanku akhirnya ikut ngakak ketika tahu darimana asalnya angka sepuluh ribu itu.

Senin, April 18, 2011

Kebahagiaan Sampai Tua


Sepasang suami istri kulihat ikut senam pagi ini di lapangan basket di depan rumah. Lapangan ini kusebut dengan nama Lapanagn Hijau Daun.

Sang suami yang tidak sanggup mengikuti senam dengan cara seperti teman-temannya memilih tetap ikut senam walaupun untuk itu dia harus melaksanakan senam itu di atas kursi lipat.

Selesai senam, sang istri dengan mesra mengandeng sang suami dan tangan satunya lagi dipakai untuk membawa kursi lipat suaminya.

Wah mesraaaa banget, padahal sudah tuaaa banget.


Kayaknya mereka ini sudah tidak mikir mau pakai Android atau Blackberry, mau pakai Telkomsel ataupun AXIS. Hidup yang penting adalah bermesraan sambil rajin beribadah untuk persiapan dipanggil Allah swt.

Sabtu, April 16, 2011

Nasehat LiLo

"Bapak, lihat pesan masuk tuh...", kata Lilo padaku.

"Memang kenapa nak?", jawabku sambil melihat ke sepasang mata Lilo yang selalu menarik untuk dilihat.

"Banyak banget. Memang bapak tidak pernah membuka pesan yang masuk?"

"Yah, kalau aku harus membaca ribuan pesan yang masuk, kapan aku bisa bermain sama mas lilo donk?", jawabku dalam hati, karena aku ternyata tetap duduk di depan komputer dan tidak berhenti main komputer untuk memeluk Lilo yang telah memberi nasehat padaku dengan jalan pikirannya yang lurus bersih.

"Coba kalau bapak yang kirim surat dan kemudian tidak dibaca, bagaimana rasanya?"

Aku semakin diam dengan rentetan pertanyaan Lilo. Aku hanya bisa menjawab dalam hati saja, sambil mencoba mencari jawaban terbagus untuk Lilo.

Percakapan itu masih terngiang sampai sekarang, padahal kejadiannya sudah lama dan terjadinya ketika aku asyik ngetik di FB tapi membiarkan pesan masuk, baik pesan berupa surat maupun ajakan chatting.

Aku sudah lama melupakan acara chatting yang biasanya menghabiskan waktu saja (bagiku). Aku pernah nyandu mIRC jaman dulu dan menghentikan kebiasaan chatting karena takut kecanduan seperti saat kecanduan main HT tahun 80an dulu.



Pagi ini kulihat ada ribuan pesan masuk di ponsel dan akupun kembali ingat percakapan dengan Lilo. Sambil merenung aku kembali mencoba memahami nasihat Lilo dan kemudian aku taruh kursor di ujung atas dan mulai melakukan proses delete pesan.

Perlu waktu dua jam untuk delete semua pesan itu dan aku puas bisa melaksanakannya. Aku harus memaksakan diriku untuk tidak tergantung pada BB atau Android. Dia bukan tuhanku jadi aku tidak boleh mengalah dan ngikut apa maunya.