"Memang kenapa nak?", jawabku sambil melihat ke sepasang mata Lilo yang selalu menarik untuk dilihat.
"Banyak banget. Memang bapak tidak pernah membuka pesan yang masuk?"
"Yah, kalau aku harus membaca ribuan pesan yang masuk, kapan aku bisa bermain sama mas lilo donk?", jawabku dalam hati, karena aku ternyata tetap duduk di depan komputer dan tidak berhenti main komputer untuk memeluk Lilo yang telah memberi nasehat padaku dengan jalan pikirannya yang lurus bersih.
"Coba kalau bapak yang kirim surat dan kemudian tidak dibaca, bagaimana rasanya?"
Aku semakin diam dengan rentetan pertanyaan Lilo. Aku hanya bisa menjawab dalam hati saja, sambil mencoba mencari jawaban terbagus untuk Lilo.
Percakapan itu masih terngiang sampai sekarang, padahal kejadiannya sudah lama dan terjadinya ketika aku asyik ngetik di FB tapi membiarkan pesan masuk, baik pesan berupa surat maupun ajakan chatting.
Aku sudah lama melupakan acara chatting yang biasanya menghabiskan waktu saja (bagiku). Aku pernah nyandu mIRC jaman dulu dan menghentikan kebiasaan chatting karena takut kecanduan seperti saat kecanduan main HT tahun 80an dulu.
Pagi ini kulihat ada ribuan pesan masuk di ponsel dan akupun kembali ingat percakapan dengan Lilo. Sambil merenung aku kembali mencoba memahami nasihat Lilo dan kemudian aku taruh kursor di ujung atas dan mulai melakukan proses delete pesan.
Perlu waktu dua jam untuk delete semua pesan itu dan aku puas bisa melaksanakannya. Aku harus memaksakan diriku untuk tidak tergantung pada BB atau Android. Dia bukan tuhanku jadi aku tidak boleh mengalah dan ngikut apa maunya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar