Kamis, Februari 28, 2008

Tapak Suci


Saat masih aktif di Tapak Suci, aku suka sekali dengan gaya “salam pembuka”-nya. Tangan kanan memberi makna “menganjurkan hal-hal yang baik” dan tangan kiri memberi makna “menghindari hal-hal yang buruk”.

Itulah Amar ma'ruf nahi munkar, (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar)

Setiap latihan kita selalu diingatkan untuk mengingat dua hal itu. Itu nostalgia 25 tahun lampau. Saat itu kesehatan rasanya bukan masalah penting, karena tiap hari badan selalu fresh dan hidup selalu penuh gairah.

Kondisi ini kontras sekali dengan kondisi teman-teman yang sudah mulai pada pensiun atau menjelang pensiun. Kesehatan menjadi topik utama mereka.

Ada teman yang sakit dan kemudian terpaksa keluar dari rumah sakit karena tidak cukup dana untuk mbayar rumah sakit. Ada juga teman yan sudah hati-hati agar tidak sakit tetapi ternyata sakit juga, gara-gara kepeleset di kamar mandi dan akhirnya meninggal dunia.

Takdir memang telah berbicara, karena Tuhan memang Maha Kuasa, Dia sudah mentakdirkan semua makhluk yang ada di dunia ini, tapi Dia juga Maha Adil, sehingga mampu merubah takdir yang sudah dibuatNya, bila makhlukNya telah berusaha keras untuk merubah takdirnya.

Amar ma'ruf nahi munkar, (al`amru bil-ma'ruf wannahyu'anil-mun'kar) bila dijalankan dengan baik kayaknya akan membuat diri kita juga sehat lahir dan batin, dan kalau sudah sehat, maka apapun bisa kita lakukan dengan nyaman dan membuat kita makin sehat (saja!:-).

Salam sehat dan “keep smilling”……….!:-)

Rabu, Februari 27, 2008

Cerita dari Riau

Ini cerita di perjalanan antara Pekanbaru-Dumai. Katanya, dulu ada lomba menyeberangi kolam yang penuh dengan buaya. Bagi yang sanggup melewati kolam buaya itu, diujung kolam sudah menunggu hadiah yang luar biasa menarik.

Ada yang nekat masuk, tapi baru beberapa langkah udah mbalik lagi. Takut melihat kecepatan gerak sang buaya yang begitu dahsyat. Tekanan gigitan buaya ini tak kurang dari 5.000 psi, dan itu membuat ciut hati peserta maupun penonton lomba.

Sampai akhirnya terdengar teriakan dan seorang nampak meloncat ke dalam kolam. Dengan kecepatan yang luar biasa, dia menyeberangi kolam dan dengan sedikit berlika-liku akhirnya dia sampai di ujung kolam.

Semua penonton bersorak sorai, memberi semangat, dan klimaksnya ketika sang “jagoan” sampai di ujung lomba. Tak henti-hentinya para penonton memberikan tepukan kekaguman akan kehebatan sang jagoan.

Dengan senyum mengembang, pembawa hadiah menyambut sang jagoan. Namun ternyata hadiah itu dicuekin oleh sang jagoan, malah dia nampak sedikit gusar.

“Mas, ada apa ? Kok nampak gusar? “

Sang jagoan tetep nggak nggubris. Matanya malah makin jelalatan.

“Ini hadiahnya mas. Ada apa sih mas kok kayak nyari-nyari? Apa sih yang dicari?”

“Tahu nggak? Saya nyari orang nyang mendorong saya masuk ke kolam!”

“?????”

Kamis, Februari 21, 2008

Paparan K3 di KTBG

Senin, 18 Pebruari 2008, aku diminta menjadi presenter K3 untuk hari Rabu, 20 Pebruari 200di Ruang Serbaguna Kantor Tata Bangunan dan Gedung (KTBG) Pemda Provinsi DKI Jakarta, Lantai IX, Jl. Taman Jatibaru No.1 Jakarta Pusat oleh mantan bosku.

Wah, aku jadi tersanjung deh. Soalnya aku sudah lama nggak jadi presenter di luar perusahaan, apalagi yang meminta adalah orang yang paling tahu tentang K3 di perusahaanku.

Ada 3 (tiga) sesi yang akan dibawakan oleh presenter dari Waskita, PP dan Jaya Konstruksi. Waskita membahas tentang SMK3 dari sisi teori, PP membahas dari sisi operasionalnya dan Jakon membahas dari sisi biayanya.

Selasa, 19 Pebruari 2008, aku juga diminta menjadi moderator untuk acara yang sama pada sesi yang dibawakan oleh PP. Tentu saja aku menyanggupinya.

Rabu, 20 Pebruari 2008, ada perubahan acara. Saat Presenter dari Waskita tampil, maka moderatornya juga dari Waskita, demikian juga presenter dari PP moderatornya juga dari PP.

Aku tentu saja tidak boleh jadi presenter sekaligus moderator di sesi yang sama. Akhirnya, kuputuskan jadi moderator saja dan presentasi dari Waskita dibawakan oleh orang yang lebih muda agar ada proses regenerasi.

Angkat topi buat pemrakarsa acara ini. Kepedulian tentang K3 memang harus dari semua pihak. Budaya kita yang kurang menjiwai K3 harus terus dirubah sedikit demi sedikit agar mulai memperhatikan masalah-masalah K3.

Pada presentasinya, Waskita lebih menitik beratkan pada masalah pengertian tentang K3, terutama pengertian tentang APD yang sering salah.

Hirarki kontrol risiko sebaiknya adalah sebagai berikut :

1. Mengendalikan RISIKO agar tidak terjadi, dengan cara :
a. Design and Process Changes (merubah disain/metode kerja, misalnya pengelasan tangki BBM dilaksanakan dalam keadaan kosong, mengganti kompor gas dengan kompor listrik, dsb),
b. Engineering Control (pasang pagar pengaman/railing, tutup pelindung, ventilasi, dll),
c. Administrative & Procedural Controls (Pasang rambu “dilarang masuk”, “dilarang merokok”, dsb),
d. Safety Equipment (limit switch, “R” alarm, etc)

2. Bila RISIKO mempunyai kemungkinan terjadi, dipakai alat pelindung diri (Personal Protective Equipment/APD) sebagai pengendali risiko. Pemakaian APD ini sifatnya represip, sehingga tidak menjamin proteksi pemakai. APD merupakan upaya terakhir cara-cara di atas.

3. APD tidak menjamin keselamatan dan keamanan pemakai, sehingga perlu pengontrolan pekerjaan terhadap Prosedur Kerja (SOP) yang berlaku,
a. diberikan pendidikan dan pelatihan yang memadai,
b. ada Perencanaan Darurat (Unit PMK, Paramedic, Ambulance, dll).
c. perlu dilakukan transfer risiko (asuransi terhadap tenaga kerja, alat maupun bangunan)

Pengertian yang salah tentang fungsi APD, hanya akan menyebabkan pembengkakan biaya saja.

PT PP sendiri lebih menitik beratkan pada kepatuhan ”workforce” mereka terhadap aturan K3 yang dijalankan di lapangan.

Berbagai ”tools” yang dipakai lebih menitik beratkan pada pentingnya pertemuan (meeting) dalam berbagai bentuk, baik harian, mingguan ataupun bulanan yang sudah dijadwalkan sejak proyek dimulai.

SHE TALK, tidak hanya dihadiri oleh pekerja, mandor atau sub, tetapi juga dihadiri oleh karyawan inti dari PT PP.

Di sesi terakhir, secara gamblang Jakon menggambarkan perlunya biaya K3 dimasukkan dalam BQ. Tuntutan masyarakat, LSM dan kondisi jaman yang telah berubah membuat pelaksanaan kontruksi harus memperhatikan K3.

Tanpa pelaksanaan K3 yang baik dan benar, maka pelaksanaan pekerjaan konstruksi tidak bisa dijamin berhasil dengan baik. Dengan demikian sebaiknya item K3 dimasukkan dalam BQ.

Dicontohkan oleh Jakon, perbedaan antara kontrak Jakon dengan Pemda dan kontrak Jakon dengan pihak lain yang memuat tentang item K3.

BQ Persiapan Kontrak Gedung Swasta

……Equipment…electrical..…..
5.5 Safety, Health & Welfare of Workpeople
- Hard hats and work shoes
- Protective devices (safety goggles, face shields, respirators, gloves, safety
lines and belt, hearing protection, dust and fume masks
- Remove all debris on daily basis
- First aid post
5.6 Hard hats, protective clothing and boots for visitors
5.17 Safeguarding the works (lighting, safety officer, barriers)
5.19 Protection of public and private services
5.20 Protection of the public and adjoing property
……

BQ Persiapan Kontrak Gedung Pemda

1. Papan nama proyek
2. Direksi keet 4 x 10 m
3. Bedeng kerja 4 x 10 m
4. Photo proyek


Ketika ”break” untuk ISHOMA, seorang yang duduk di paling depan dari hadirin menyapaku dan memastikan kalau aku adalah alumni pogung. Tentu saja kuiyakan, dan setelah kuperhatikan rupanya memang ia adalah alumnus pogung juga.

Pak Maryanto namanya dan ternyata dia adalah ownerku di proyek Gedung Waskita. Langsung saja kucatat namanya dan alamat imilnya, esoknya dia udah masuk milis civeng.

Rasanya dunia ini memang makin lama makin sempit saja.

Selasa, Februari 19, 2008

Keluarga Lengkap

Tadinya kita cuma ketawa setiap ada yang ngusulin untuk foto keluarga, soalnya udah banyak banget foto keluarga kita.
"Tapi kan belum ada yang lengkap?"

"Lho...?"

"Iya tuh, Ayukonya gak pernah diajak"

"He..he..he..."

"Iya donk, biarpun dia cuma kucing, tapi kan sudah jadi anggota keluarga, minimal udah dianggap bagian dari keluarga"

"He..he..he... oke deh"


Ini dia fotonya. Foto yang sangat membahagiakan anak kedua, soalnya dialah "ibu" dari Ayuko.

PaYunGkU

Pertengahan tahun lalu aku kehujanan, padahal minggu-minggu sebelumnya tiap hari panas terus. Ini gak ada pertanda apa-apa, tahu-tahu pagi-pagi hujan deras banget. Baju basah, apalagi sepatu, sudah seperti jalan di kolam aja.

Begitu masuk ke kantor, kulihat di sudut ada sepatu K3 (safety shoes). Alhamdulillah, biarpun kayak sapi, hari itu aku tetep dapat kerja pakai sepatu meski tanpa kaos kaki dan tanpa kaos dalem yang basah kuyup.

Agak siangan dikit, baju juga udah kering, jadi kerja bisa kayak nggak ada masalah saja. Cuma besoknya aku langsung beli payung. Sedia payung sebelum hujan (lagi) katanya. Dan begitulah, akhirnya setelah setengah tahun lebih menanti, payung itu akhirnya sukses menjalankan fungsinya sebagai penenduh dari hujan.

Melewati lorong di bawah jalan tol, payung kulipat dulu dan aku menikmati kehidupan di bawah lorong itu. Banyak sepeda motor yang berhenti untuk berteduh, ditambah para penjual minuman, makanan kecil, gorengan, dll pada ikut meramaikan suasana di lorong itu.

Lampu yang terang benderang di lorong menciptakan kehidupan yang begitu nyaman bagi mereka yang berteduh.

Ada yang goncengan, cowok dan cewek, mesra banget. Dunia milik mereka berdua deh. Begitulah mereka pada menikmati malam yang dingin dan berhujan ini, lengkap dengan bonusnya berupa udara di lorong yang penuh dengan CO dengan kadar di atas NAB.


Selamat malam jakarta, sampai ketemu lagi besok pagi.

http://www.otakku.com/wp-content/uploads/2007/11/ambient_umbrella.jpg
http://ryosaeba.files.wordpress.com/2007/07/yg2-cuaca-jakarta.png

Senin, Februari 18, 2008

MaS JeMeK

Jumat siang, 15 Pebruari 2008, istriku nonton Mas Jemek di transTV. Saking senengnya ngeliat temen lama, dia jadi nelpon kemana-mana, terutama ke yogya untuk nanyain apa pada nonton Mas Jemek.

Rupanya cuma Emha yang nonton film itu. Mungkin kebetulan juga dia nonton, soalnya biasanya dia kan orang yang super sibuk (eh waktu mbah Suharto meninggal dia nglayat enggak ya?!:-)

Selesai nonton Mas Jemek, istriku jadi kepikiran, gimana ya caranya menggairahkan lagi pertunjukkan pantomim. Apa bisa dengan mengadakan lomba pantomim, dipadukan dengan lomba baca puisi atau semacam itu.

Kubilang, di jaman ini, orang sudah males nonton pertunjukkan yang berhubungan dengan seni teater. Nonton di bioskop saja mareka males, apalagi nonton pantomim. Kalau nDuGem, mungkin malah banyak yang tertarik, atau ngeMall (mejeng di mall) baru banyak orang yang tertarik.

Setiap hari libur, mall-mall pada mbuat acara untuk ditonton sambil jalan-jalan. Sungguh, seni yang dipertontonkan hanya dihargai orang dengan cara “sambil jalan-jalan”. Kasihan banget dunia seni saat ini. Kalau lomba pantomim di mall, mungkin baru ada yang nonton. Masalahnya, siapa yang mau ditonton? Siapa anak muda yang bisa dan mau main pantomim saat ini?

Pembicaraan ini berlangsung di atas angkot 59, ketika istriku curhat padaku, sambil menembus hujan lebat dari Cawang sampai Cikarang.

Aku jadi inget tulisan Mas Jemek yang dimuat di blognya. Begini katanya :
“Nggak mungkin bisa hidup hanya mengandalkan penghasilan dari main pantomim. Kalau ada order, paling saya hanya dibayar sekitar Rp 500.000, sementara untuk hidup bersama satu anak dan satu istri dalam sebulan jelas lebih dari penghasilan saya sekali pentas,” ungkapnya.”
(http://jemekmime.blogspot.com/)

Tak ada nada putus asa dalam kalimat itu, dia yakin kekurangan dari bermain seni pantomim, tapi dia tetep setia dengan dunianya. Sampai matipun, itulah dunia mas Jemek.

Salut mas …!

Minggu, Februari 17, 2008

Menciptakan Kegembiraan


Ketika seorang sedang dirundung sedih, maka otomatis posisi tubuhnya akan mengikuti pancaran perasaannya. Dadanya akan mengempis, pandangan matanya menunduk layu.

Demikianpun bila seorang sedang dalam suasana suka ria, maka posisi tubuhnya juga akan mengikuti perasaan hatinya. Dadanya membesar, tatapan matanya hidup dan berbinar-binar.

Bagaimana bila kita sedang sedih dan ingin menghilangkan kesedihan?

Ternyata caranya sangat gampang. Kita tidak perlu mengusir kesedihan dari hati kita, karena itu akan sulit sekali. Kita cukup membesarkan dada kita, menarik nafas dalam-dalam, menegakkan dagu kita dan merubah pandangan layu kita dengan pandangan yang penuh sinar.

Cara ini terbukti lebih ampuh dibanding dengan mencoba mengurai kesedihan kita dan mencoba menghilangkannya.

Itu mungkin sebabnya di India kita kenal kelompok orang yang suka tertawa tanpa sebab. Mereka berkumpul di suatu lapangan dan mulai tertawa. Diawali dengan tertawa yang terpaksa, maka lama kelamaan mereka bisa tertawa lepas dan mengjilangkan segala beban yang membebani pundak mereka.

Tertawa seperti penyakit menular. Sekali kita tertawa, maka gelombang tawa ini bila ketemu dengan seseorang yang membuka pikirannya untuk tertawa, maka gelombang ini akan saling memperkuat dan akhirnya tanpa terasa semua orang sudah berada dalam lautan kegembiraan. Tanpa keterpaksaan dan begitu lepas mengalir di seluruh pembuluh darah.

Jadi kegembiraan ternyata bisa dibuat. Tinggal kemauan kita saja yang mau bergembira atau tetap ingin terpuruk dalam kesedihan yang tak kenal henti.

Selamat bergembira, semoga kebahagiaan mengikuti kegembniraan itu. Insya Allah. Amin.

Sabtu, Februari 16, 2008

JepuN


Cita-cita istriku pergi ke jepang akhirnya kesampaian di tahun 2008 ini. Tahun kemarin cita-citanya yang lain ke Singapura juga sudah kesampaian. Sekarang dia mau ngejar cita-cita untuk umroh di tanah suci, biar bisa menambah keyakinan akan keagungan Tuhan, Allah swt. Begitu katanya.

Aku tentu saja mengamini niat yang baik ini. Insya Allah niatan ini dikabulkan Allah swt. Amin.

Saat aku keluar negeri, sebenarnya aku ingin mengajak istriku, tetapi kayaknya situasi dan kondisi selalu berada pada kondisi yang tidak memungkinkan untuk berangkat berdua, meninggalkan anak-anak yang kecil-kecil di rumah.

Ketika anak-anak sudah besar, justru aku yang makin tidak punya kesempatan dan kemauan untuk ke luar negeri.

Rasanya tidak banyak yang bisa kita dapat dari kunjungan ke luar negeri, kadang malah kita jadi “nelongso” melihat kondisi luar negeri yang lebih bersih, teratur dan rapi.

Beberapa temen yang sudah mapan di luar negeri juga kayaknya ada yang akhirnya balik lagi ke Indonesia, karena ada nuansa yang hilang bila kita berada di luar negeri. Semangat kebersamaan yang sudah tipis di negara kita, masih terasa lebih hangat dari pada semangat yang sama di luar negeri.

Meski begitu, ada juga temen-temen yang tetap betah di luar negeri, karena anak-anak mereka sudah terlanjur cinta negeri “manca” itu. Semua punya alasan untuk berada di luar negeri atau kembali ke negeri tercinta, meskipun negeri ini terus saja carut marut.

Kembali ke cita-cita istriku yang akhirnya kesampaian, aku hanya dapat mengucapkan salut pada semangatnya yang begitu tinggi untuk mewujudkan suatu cita-cita yang kelihatannya sulit untuk dicapai. Apalagi ke Jepang, aku sama sekali tidak pernah tertarik pergi ke Jepang, biarpun gratis.

Orang Jepang sendiri lebih senang piknik ke Indonesia kok malah aku harus pergi ke Jepang untuk menikmati keindahan Jepang. Nggak lah yauw…

Cuma untuk urusan lain, misalnya mempelajari semangat Kaizen atau melihat film-film Jepang, aku demen banget deh. Film Surat dari Iwojima sangat menyentuh, demikian juga Last Samurai. Itu adalah film-film tentang Jepang yang sanggup membuat pencerahan bagi mereka yang ingin tahu tentang Jepang.

Yang mengherankan, dengan bekal yang seadanya, ternyata istriku bisa juga memberi oleh-oleh pada keluarga dan saudara-saudaranya. Memang dimana ada kemauan disitu pasti ada jalan.

Tuhan akan mengabulkan semua doa kita, bila kita meyakini bahwa Allah swt pasti akan mengabulkan doa kita itu. Bagi Allah tidak ada yang mustahil, jadi tinggal kepercayaan kepadaNya saja yang perlu kita tingkatkan agar doa kita selalu dikabulkan olehNya.

Insya Allah.
Amin

SaBtU CeRiA


SABTU CERIA

Habis sholat subuh berjamaah, aku diskusi sama anak dan istri tentang acara hari ini. Ternyata pada gak punya acara, jadi kita putuskan untuk masak nasi goreng saja untuk sarapan pagi. Kita buat nasi goreng versi Montana 2008 !

Istriku nyiapin “material” untuk bumbu dan meletakkannya di “cowek”, dan tugasnya adalah menggilasnya supaya jadi bumbu yang istimewa (versi Montana 2008). Resepnya biasa saja, persis resep yang umum. Bedanya untuk versi Montana 2008 ini bawang merahnya dibuat extra banyak dan tidak ada gula merah disana, tapi nanti saat digoreng kecapnya dibanyakin.

Begitu bumbu mulai dimasukkan ke penggorengan ketahuan kalau telur abis, ya terpaksa kompor dimatiin dulu dan aku berdua sama anak kedua beli telur dulu di warung sebelah komplek Montana. Nyebrang sedikit, melalui pintu butulan antar kompleks, sampailah di warung yang ternyata masih tutup (emang kepagian sih!:-).

Beli telur 1 kg dan kacang katom 1 bungkus, wah bakal enak nich makan pagi hari ini.

Sampai di rumah langsung beraksi sesuai skenario. Bumbu dimatangkan, margarine ditbahkan dan nasi di masukkan penggorengan (setelah mampir dulu sebentar di “cowek” untuk mengkaissisa bumbu yang masih ada).

Istriku memecah telor dan menampungnya di gelas terus diserahkan ke koki untuk dicampur dengan nasi goreng. Ada yang lupa disini, aku lebih “prefer” kalau telur itu diaduk dulu dan diberi sedikit garam, tapi telur yang ini hanya diaduk tanpa diberi garam.

Model resep ini ternyata sangat cocok dengan anak pertamaku yang memang kurang suka garam, untuk anak terkecil kayaknya dia kesukaannya sama dengan aku, ada manisnya tapi garam juga perlu.

Hanya beberapa menit (lihat gambar) nasi goreng langsung laris manis, akupun meski lebih suka resep nasi goreng yang lain, artinya ada tambahan garam di telur ternyata nambah juga (padahal aku termasuk orang yang nggak suka nambah nasi). Begitulah, pagi ini kami makan bersama dengan menu nasi goreng Montana 2008. Suatu hal yang agak langka di rumahku.

Biasanya aku sarapan sebelum subuh atau (kalau telat) abis subuh sebelum jam 5.00, sementara anak-anak masih males-malesan abis subuhan. Paling anak nomor dua saja yang suka ngawanin makan pagi, kadang dia ikut sahur untuk puasa senin kamis. Anak nomor duaku memang badannya tidak besar, agak kecilan, tapi malah dia yang paling rajin puasa (‘kali terpengaruh ama sahabatnya yang juga sering puasa senin kamis)

Jadi Sabtu ini benar-benar isitmewa buat keluargaku dan semoga tidak hanya hari Sabtu ini saja yang istimewa buat keluargaku, tapi semua hari menjadi istimewa, sepanjang kita nikmati bersama-sama.

Insya Allah, amin.

Jumat, Februari 15, 2008

Tiga Nikmat


Oleh : Zakariyal Anshori

Seorang mukmin haruslah bersyukur kepada Allah SWT atas segala nikmat yang telah diberikan kepadanya. Seorang mukmin tidak pantas berlaku sombong, takabur, atau membanggakan diri. Sebab, semua yang ia miliki hanyalah karunia, bahkan titipan Allah. Ia tidak punya hak untuk berlaku sombong atas apa yang ia miliki.

Sayyiduna Abu Bakar al-Shiddiq RA mengatakan, ''Ada tiga hal yang tidak bisa dicapai dengan tiga hal lainnya (melainkan hanya dengan izin Allah): yaitu kekayaan tidak bisa dicapai dengan cita-cita semata; keremajaan tidak akan dapat dicapai dengan disemir semata; dan kesehatan tidak akan dapat dicapai dengan obat-obatan semata.''

Dengan kata lain, dapat disebutkan kekayaan tidak dapat dicapai dengan cita-cita, melainkan karena anugerah Allah semata. Keremajaan tidak dapat dikembalikan dengan menyemir rambut yang beruban dan tindakan lainnya, sebab berkaitan dengan usia, sedangkan usia berkaitan dengan zaman dan zaman itu tidak dapat dimundurkan. Begitu pula halnya dengan kesehatan, ia tidak dapat diraih dengan memakai obat-obatan bila orang yang bersangkutan jatuh sakit, melainkan yang menyembuhkannya pada hakikatnya adalah Allah semata.

Kita hanya dianjurkan untuk berikhtiar, sedangkan yang menentukan hasilnya adalah Allah. Jadi, apa yang dapat kita sombongkan? Apa yang membuat kita takabur? Apa yang menjadikan kita membanggakan diri? Kalau toh itu semua, pada hakikatnya bukan milik kita. Itu semua hanya karunia Allah. Di sinilah hakikat bersyukur. Bersyukur artinya kita menyadari semua kekayaan, harta yang melimpah ruah, masa remaja, kesehatan, dan sebagainya merupakan anugerah Allah.

Dalam hal ini, berlaku "matematika" syukur; apabila kita bersyukur, niscaya Allah akan menambahkan nikmat yang diberikan-Nya kepada kita. Sebaliknya kalau kita kufur, kita akan mendapat adzab yang pedih. Allah berfirman, ''Maka, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat pula kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nilmat)-Ku. (QS Al-Baqarah [2]: 152).

Semoga, kita menjadi hamba Allah yang pandai mensyukuri nikmat-Nya dan bukan seseorang yang hanya bisa mengingkari nikmat-Nya. Ingatlah, sebagaimana nasihat sahabat Nabi, Abu Bakar RA, bahwa kekayaan, keremajaan atau masa muda, dan kesehatan itu dapat kita capai semata-mata dengan izin Allah.


Sumber: republika, 09 Februari 2008

Kiriman : Hermawan Rudianto
gambar dari islamicacademy.org

”Kyoiku Mama”

”Kyoiku Mama”

Oleh Daoed Joesoef *


Di antara banyak faktor yang berperan membuat Jepang menjadi raksasa ekonomi di paro kedua abad XX adalah etika kerja dari karyawan yang stereotipe. Orang-orang yang biasa berbaju biru tua inilah yang merupakan mesin penggerak salah satu sukses ekonomi terbesar dalam sejarah modern. Beginilah bunyi cerita yang telah melegenda, sebelum datang kesaksian dari Tony Dickensheets. Dia adalah seorang pendidik Amerika di Charlottesville, Virginia.


Peran Ibu


Pada tahun 1996, dia berkesempatan beberapa bulan menetap di Jepang. Selama itu, ia berpindah-pindah tinggal di beberapa rumah keluarga karyawan. Berdasar pengamatannya, dia berkesimpulan, unsur kunci dari economic miracle Negeri Sakura ini ternyata telah diabaikan atau paling sedikit amat dianggap enteng, yaitu peran kyoiku mama atau education mama.


Dengan kataan lain, pertumbuhan ekonomi Jepang yang luar biasa sejak 1960 bukanlah hasil kebijakan pemerintah melalui pekerja yang bersedia bekerja 16 jam per hari. Sementara para suami bekerja, para istri bertanggung jawab atas pendidikan anak-anak.


Dalam kapasitas sebagai ibu inilah para istri membaktikan hidupnya demi kepastian keturunan mampu memasuki sekolah-sekolah bermutu. Maka, di balik karyawan Jepang yang beretika kerja terpuji itu ada perempuan umumnya, kyoiku mama atau education mama khususnya. Mereka inilah yang merupakan pilar-pilar kukuh yang menyangga para karyawan itu.


Merekalah yang membantu perkembangan ekonomi yang luar biasa dari bangsanya sesudah Perang Dunia. Kerja dan pengaruh perempuan Jepang dapat dilihat dalam jalannya pendidikan nasional dan stabilitas sosial, yaitu dua hal yang sangat krusial bagi keberhasilan ekonomi sesuatu bangsa.


Jadi, perempuan Jepang ternyata berperan positif dalam membina dan mempertahankan kekukuhan fondasi pendidikan dan sosial yang begitu vital bagi kinerja kebangkitan ekonomi bangsanya.

Ketika saya sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan diundang untuk meninjau berbagai lembaga pendidikan dasar, menengah, dan tinggi negeri ini, saya kagum melihat kebersihan ruang laboratorium di sekolah umum dan bengkel praktik di sekolah kejuruan teknik. Semua murid membuka sepatu sebelum memasuki ruangan dan menggantinya dengan sandal jepit yang sudah tersedia di rak dekat pintu, jadi lantai tetap bersih bagai kamar tidur.


Ketika saya tanyakan kepada guru yang mengajar di situ bagaimana cara mendisiplinkan murid hingga bisa tertib, dia menjawab, “Yang mulia, saya hampir tidak berbuat apa-apa dalam hal ini. Ibu-ibu merekalah yang telah mengajar anak-anak berbuat begitu.”


Saya teringat sebuah kebiasaan di rumah tradisional Jepang. Alih-alih menyapu debu di lantai, mereka masuk rumah tanpa bersepatu/bersandal agar debu tidak masuk rumah. Bagi mereka, kebersihan adalah suatu kebajikan.

Di toko buku, saya melihat seorang ibu sedang memilih-milih buku untuk anaknya, seorang murid SD. Ketika saya sapa, dia menyadari saya orang asing, dia tegak kaku dengan tersenyum malu-malu. Ibunya datang mendekati dan menekan kepala anaknya agar membungkuk berkali-kali, sebagaimana layaknya orang Jepang memberi hormat, sambil mengucapkan sesuatu yang lalu ditiru anaknya.


Setelah mengetahui saya seorang menteri pendidikan dan kebudayaan, entah atas bisikan siapa, banyak anak menghampiri saya, antre, memberi hormat dengan cara nyaris merukuk, meminta saya menandatangani buku yang baru mereka beli.


Perempuan dan Pendidikan

Lebih daripada di negeri-negeri lain, kelihatannya sistem pendidikan dan kebudayaan Jepang mengandalkan sepenuhnya peran perempuan dalam membesarkan anak. Karena itu dipegang teguh kebijakan ryosai kentro (istri yang baik dan ibu yang arif), yang menetapkan posisi perempuan selaku manajer urusan rumah tangga dan perawat anak-anak bangsa.

Sejak dulu, filosofi ini merupakan bagian dari mindset Jepang dan menjadi kunci pendidikan dari generasi ke generasi. Pada paro kedua abad XX, peran kerumahtanggaan perempuan Jepang kian dimantapkan selaku kyoiku mama atau education mama. Menurut Tony Dickensheets, hal ini merupakan “a purely Japanese phenomenon”.


Yang memantapkan itu adalah kesadaran para ibu Jepang sendiri. Mereka menilai diri sendiri dan, karena itu, dinilai oleh masyarakat berdasar keberhasilan anak-anaknya, baik sebagai warga, pemimpin, maupun pekerja. Banyak perempuan Jepang menganggap anak sebagai ikigai mereka, rasionale esensial dari hidup mereka. Setelah menempuh sekolah menengah, kebanyakan perempuan Jepang melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi.


Jika di Barat ada anggapan perempuan berpendidikan akademis yang melulu tinggal di rumah membesarkan anak sebagai wasting her talents, di Jepang orang percaya, seorang ibu seharusnya berpendidikan baik dan berpengetahuan cukup untuk bisa memenuhi tugasnya sebagai pendidik anak-anaknya.


Kalaupun ada ibu yang mencari nafkah, biasanya bekerja part time agar bisa berada di rumah saat anak-anak pulang sekolah. Tidak hanya untuk memberi makan, tetapi lebih-lebih membantu mereka menyelesaikan dan menguasai PR dan atau menemani mengikuti pelajaran privat demi penyempurnaan pendidikannya.


Membantu Ekonomi Bangsa

Perempuan Jepang membantu kemajuan ekonomi bangsa dengan dua cara, yaitu melalui proses akademis dan sosialisasi. Bagi orang Jepang, aspek sosialisasi pendidikan sama penting dengan aspek akademis, sebab hal itu membiasakan anak-anak menghayati nilai-nilai yang terus membina konformitas sikap dan perilaku yang menjamin stabilitas sosial. Mengingat kyoiku mama mampu membina kehidupan keluarga yang relatif stabil, sekolah tidak perlu terlalu berkonsentrasi pada masalah pendisiplinan. Lalu, para guru punya ketenangan dan waktu cukup untuk membelajarkan pengetahuan, keterampilan, kesahajaan, pengorbanan, kerja sama, tradisi, dan lain-lain atribut dari sistem nilai Jepang.


Menurut Tony Dickensheets, sejak dini para pelajar Jepang menghabiskan lebih banyak waktu untuk kegiatan sekolah daripada pelajar-pelajar Amerika. Lama rata-rata tahun sekolah anak Jepang adalah 243 hari, sedangkan anak Amerika 178 hari.

Selain menambah kira-kira dua bulan dalam setahun untuk sekolah, sebagian besar waktu libur anak- anak Jepang diisi dengan kegiatan bersama teman sekelas dan guru.
Bila pekerja/karyawan berdedikasi pada perusahaan, anak-anak berdedikasi pada sekolah.

Mengingat tujuan sekolah meliputi persiapan untuk hidup bekerja, anak didik Jepang bisa disebut pekerja/karyawan yang sedang dalam proses training. Walaupun pemerintah yang menetapkan tujuan sistem pendidikan Jepang, keberhasilannya ditentukan oleh orang-orang yang merasa terpanggil untuk menangani pendidikan. Jika bukan guru, sebagian terbesar dari mereka ini, paling sedikit di tingkat pendidikan dasar, adalah perempuan, ibu-ibu Jepang, kyoiku mama. Mereka inilah yang membentuk masa depan Jepang, melalui jasanya dalam pendidikan anak-anak.


Maka, sungguh menarik saat di tengah gempita perayaan keberhasilan gadis Jepang menjadi Miss Universe 2007 di Meksiko, ada berita ibu-ibu Jepang mencela peristiwa itu sebagai penghargaan terhadap keseksian perempuan belaka, bukan penghormatan terhadap kelembutan dan prestasi keperempuanan Jepang.

Celaan itu pasti merupakan cetusan nurani kyoiku mama. Berita ini bisa dianggap kecil karena segera menghilang. Namun di tengah pekatnya kegelapan, sekecil apa pun cahaya nurani tetap bermakna besar.


----------------------------------------------------------
* Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan; Penulis Buku “Emak” (buku ini lumayan bagus, layak dibaca dan dijadikan kado).


** Ada buku bagus juga yang menyinggung soal pendidikan di Jepang, yang sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, ” Toto-chan: Gadis Cilik di Jendela” karya Tetsuko Kuroyanagi. Buku ini masih banyak di beberapa toko buku di Jakarta. Buku ini tentu saja juga layak baca dan layak untuk dijadikan hadiah.


*** Buku bagus yang menyinggung soal pendidikan juga adalah ”Laskar Pelangi” karya Andrea Hirata. Buku ini malah fenomenal, karena cetakan pertamanya habis terjual dalam waktu kurang dari sepuluh hari. Buku ini pun layak baca dan layak dijadikan hadiah.


Kiriman: WAWAN_WIDIYO ANDRYANTO

<wandryanto@ykh.chiyoda.co.jp>

Sumber : http://kompas.com/kompas-cetak/0707/07/opini/3643529.htm

Dalam ajaran Islam DIKENAL KALIMAT INI :

Al Ummu al madrastil ulaa, ibu adalah jendela utama pendidikan untuk putra/i-nya

Di dalam training-training ESQ juga banyak diambil contoh dari Jepang, (semangat) bushido, kaizen (perbaikan tak kenal henti), dsb.

Contoh-contoh di atas adalah bukti bahwa Islam punya aturannya, tapi justru mereka yang non Islam yang lebih banyak menjalankannya.

So,.... fas tabiqul khairat!

Selasa, Februari 12, 2008

5 PeRkArA



Hari ini, seperti pagi-pagi yang lain, kembali aku dapet kiriman dari Ibu Setiawan.

Tulisannya begini :

Bismillahirrahmaanirrahiim

Ya Allah, Engkau pergilirkan 5 perkara sehat – sakit, kaya – miskin, lapang – sempit, muda – tua, hidup – mati, maka pelihara kami untuk memelihara amanah-Mu, dari ujung rambut sampai ujung kaki, Amiiin.

Kemudian ada kutipan ayat suci ini :

Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui. (QS 2: Al Baqarah ayat 216)

Sungguh luar biasa ibu ini, semangatnya menulis dan berbagi tulisan sungguh layak disebut semangat 165 !

Kalau semangat 45 lebih banyak pada MAJU TAK GENTAR, MAJU PANTANG MUNDUR, atau semangat eksponen 66, ”AMAR MA’RUF NAHI MUNKAR”, maka semangat 165 lebih pada semangat untuk menjadi OKSIGEN bagi orang lain.

Jadi inget ucapan nabi, yang kira-kira begini :
”Kita baru saja pulang dari perang yang kecil menuju perang yang lebih besar”

Ya, nabi baru saja pulang dari perang BADR (yang sangat besar), dan menuju perang melawan hawa nafsu alias PUASA (yang jauh lebih besar dari perang BADR yang sudah besar).

Sungguh Allah Maha segala Maha.

Senin, Februari 11, 2008

MeNgajarkaN KejujuraN


Mengajarkan kejujuran pada anak-anak ternyata tidak segampang yang kita kira. Sayangnya aku terlambat menyadari hal itu. Kuanggap para guru di sekolah maupun para ustadz di pengajian sudah cukup memberi pengertian pentingnya kejujuran.


Secara tidak sadar kita sering membalas kejujuran anak-anak dengan hukuman, yang bagaimanapun ringannya, akan membuat anak-anak berpikir dulu untuk berkata jujur.

Untungnya aku punya pengalaman yang cukup pahit tentang kejujuran ini, sehingga aku dapat ikut merasakan penderitaan mereka jika suatu kejujuran dibalas dengan hukuman.

Ceritanya ketika SD, tahun 60-an, aku secara tidak sengaja mengeluarkan “angin” di kelas, dan kemudian guruku dengan kewibawaannya bertanya pada seisi kelas.

“Siapa yang tadi kentut? Ayo jadilah satria dengan berlaku jujur. Tidak gampang jadi orang jujur, maka jujurlah dan katakan siapa yang kentut?!”

Dengan mantab aku mengangkat tanganku tinggi-tinggi, harapanku aku akan diberi penghargaan atas kejujuranku.

Dan terjadilah peristiwa itu, pak Guru dengan wajah tenang menghampiriku dan kemudian melayangkan tangannya ke kepalaku. Sakit di luar dan lebih sakit lagi di dalam hatiku. Aku merasa dikhianati. Aku ingin menangis tapi hatiku yang luka membuat aku tidak mampu menangis, meskipun sakit di kepalaku seharusnya cukup membuat anak SD seusiaku menangis.

Ketika besar, aku mulai dapat memahami mengapa guruku sangat marah pada anak yang kentut di dalam kelas yang dengan mata berbinar-binar mengacungkan tangannya untuk menunjukkan bahwa dialah pelakunya.

Cerita itu, alhamdulillah, dapat mengingatkan aku agar jangan pernah memarahi anak yang sudah berani berkata jujur untuk mengakui kesalahannya. Kesalahan yang dibuat anak dapat ditebus dengan memperbaiki kesalahan itu, tapi kalau kita memberikan hukuman karena dia telah berkata jujur, maka mungkin anak akan berpikir lagi untuk berkata jujur.

Marilah kita berlapang dada untuk memaafkan anak kita dan siapa saja yang telah berani berkata jujur untuk menunjukkan kesalahannya, dan tugas kita menunjukkan pada mereka solusi agar hal itu tidak terjadi lagi.

Minggu, Februari 10, 2008

MinGgu CeRiA

Awalnya beberapa hari lalu aku browsing internet dan anak terkecilku melihat ada iklan game Mad Car. Habis itu dia tiap hari minta main game itu, karena temen-temennya pada main game itu bersama ortunya masing-masing.

Aku jadi penasaran dan malem minggu kuunduh file itu,paginya tak install di kompie anak-anak yang ada di ruang keluarga. Jadilah hari Minggu ini diisi dengan acara main game. Anak-anak benar sangat seneng, hari ini mereka berhasil mengajak bapaknya main game. Suatu usaha yang panjang dan hampir sia-sia, karena bapaknya kurang demen main game.

Mauhya sih mereka ngajak bapaknya maen SIMS, tapi adanya Mad Car, ya tidak ada rotan akarpun jadilah.

Bersama anak kedua, aku mepersakti mobilku dan anakku menghalangi para pesaing mendekatiku (kayak strategi di F1 aja ya..!:-). Setelah mobilku sakti, gantian mobil anakku yang dipersakti. Begitu model permainanku dengan anak keduaku.

Anak pertama dan anak terkecil modelnya lain lagi. Yang paling kecil menghadang laju pesaingnya dengan cara berjalan berlawanan arah dan menembaki para pesaingnya, akibatnya aku yang sudah di depan kena tembak juga. Apalagi kalau dia “bertelor” (pasang ranjau), ya aku sendiri yang kena ranjaunya.

Anak pertama lain lagi, kerjaannya nembak dan bertelor. Aku yang kurang sakti, tentu jadi makin hancur di belakang anakku ini. Yo wis, aku mandeg wae…!:-)

Aku pergi saja jalan-jalan ke warung DVD (bajakan), soalnya ada Naruto baru kata si kecil. Rupanya benar, ada Naruto dan Eng yang baru. Anak terkecilku milih Naruto rupanya, padahal gak ada teks Indonesianya. Gak tahu juga kok dia bisa paham ceritanya, ‘kali yang dilihat cuma berantemnya saja (atau dia sudah mbaca versi komiknya)

Abis mbayar DVD, hujan turun deres banget. Antara nunggu hujan reda dan keinginan main hujan-hujanan, akhirnya diputuskan main hujan-hujanan saja, berduaan sama anak terkecilku

Aku minta plastik untuk mbungkus dompet dan kertas-kertas yang ada di saku dan kami berdua menerobos hujan, yang ternyata makin dekat ke rumah makin deres.

Sampai di rumah langsung mandi pakai shower, wah nikmat banget hari ini. Seger dan menyenangkan. Semoga keluargaku dimasukkan golongan keluarga yang pandai bersyukur.

Inysa Allah. Amin.

Sabtu, Februari 09, 2008

Pencerahan Bisa Datang Dari Siapa Saja


Kerjaannya sopir, gajinya banyak habis di potongan koperasi, anaknya 9 (sembilan), paling besar sudah SMU. Bisa mbayangin nggak ngatur pendapatan yang pas-pasan untuk menghidupi istri dan 9 anak?

Aku terus terang nggak pernah bisa mbayangin, rasanya mustahil bisa hidup dengan kondisi seperti itu. Aku pernah beli krupuk sama dia, sekedar untuk menambah pendapatan lain-lainnya, ternyata dengan uang 20 ribu, bagasi mobilku sudah nggak sanggup memuatnya. Jangan-jangan malah dia “thekor” gara-gara menerima orderku.

Kalau pas dapat “order” ke luar kota, mantap banget rasanya kalau pergi sama dia. Hampir semua pelosok Sumatera Utara dia hapal luar kepala. Hampir sepanjang jalan dia tak henti-hentinya bercerita tentang daerah-daerah yang dilalui. Kadang dapet bonus cerita tentang masa remajanya. Meskipun ceritanya itu-itu saja, tetapi tetap menarik untuk disimak.

Bagaimana tidak, dia selalu menyelipkan pesan moral dalam setiap ceritanya. Intinya kita harus selalu tegar menghadapi hidup dan kehidupan ini. Apapun yang terjadi, itulah yang terbaik buat kita. Yang nampaknya tidak mungkin, bisa menjadi mungkin bila kita percaya. Tuhan memang akan memberi kita keadaan seperti yang kita pikirkan.

Suara yang muncul dari hati kita, itulah suara doa yang didengar Tuhan, dan Tuhan tinggal mengabulkannya.

Begitulah, dengan gaji yang pas-pasan, sopir itu dapat mempunyai rumah, menghidupi istri dan 9 anaknya, dan selalu terlihat riang gembira setiap hari.

Dari dia aku sering mendapat pencerahan, dan saat aku mendengar berita kepergiannya, aku hanya dapat berdoa dan berterima kasih atas segala pencerahan yang pernah dia berikan tanpa dia sadari.

Semoga segala amalnya diterima Allah swt. Amin. 

Gambar dari :
http://www.houseofcars.com/HOC%20-%20march%2006/Website%20images,%20buttons,%20etc./car%20cartoon%204.gif


Laskar Pelangi (2)


Aku mbaca laskar Pelangi ketika novel ini sudah masuk edisi cetak yang ke enam belas (Januari 2008). Padahal edisi pertamanya September 2005, jadi sudah ketinggalan cukup lama.

Aku sama sekali tidak tertarik melihat begitu banyak orang menenteng buku ini, paling-paling “sok” pingin “ngintelek” aja, beli buku yang sedang trendy, begitu pikirku.

Akhirnya, ketika “iklan’ buku ini bertubi-tubi masuk ke telingaku, aku jadi nggak tahan lagi, dan kubeli buku ini di Mall Lippo Cikarang. Langsung tak “racunkan” ke anakku yang paling gedhe. Aku masih menganggap buku Karl May yang terbaik di jagad ini, jadi biar anakku sajalah yang mbaca dan nanti dia pasti bisa memberikan “iklan” yang paling dapat kupercaya.

Komentar anakku, “cara penuturan buku ini mirip Karl May pak”
“Isinya, gimana? Mana lebih bagus dengan Karl May?”
“Isinya bagus kok, baca sendiri aja ya pak..!”

Begitu mbaca selembar (saja), aku langsung terpana. Tak kusangka bisa sehebat ini tulisan Andrea Hirata. Aku seperti tersihir untuk membaca dan terus membaca. Perlu perjuangan yang sangat berat untuk mencoba bernafas sebentar dan meletakkan buku ini.

Sungguh buku ini bernar-benar ajaib. Dia (Andrea Hirata) bisa membuat orang terharu biru dengan rangkaian kalimatnya yang meski sederhana tapi penuh makna. Betapa luas cakrawala berpikir AH (Andrea Hirata), sehingga dia mampu melihat suatu masalah dari berbagai sudut pandang.

Kadang dia bisa bicara bagaikan ustadz, namun bisa juga bicara bagaikan penyair, dan kadang malah seperti Nicolai Gogol. Kita bisa dibuat tersenyum kecut ketika membaca pelajaran moral yang dapat ditarik dari cerita banjir Nabi Nuh.
“..jika tak rajin sholat, pandai-pandailah berenang..”

Tidak salah bila Syafi’i Maarif memberikan pujian terhadap buku ini:
“… sekiranya novel ini difilmkan, akan dapat membangkitkan ruh bangsa yang sedang mati suri…”

AH memang telah berhasil membuat cerita yang sangat indah dan cerdas tentang hidup dan kehidupan manusia-manusia sederhana, jujur, tulus, sabar, tawakal, ulet, gigih, penuh dedikasi, serta penuh takwa. Ah telah menunjukkan bahwa kemiskinan tidak berkorelasi dengan kebodohan maupun kejeniusan, begitu komentar Korrie Layun Rampan.

Begitu piawai AH merangkai kalimat sederhana menjadi suatu kalimat magis, sehingga pantat yang panaspun bisa menjadi adem. Benar kata orang-orang kalau sebenarnya tidak hanya AH saja yang sedang trance ketika menulis buku ini, tapi pembacanya ikut trance dan mungkin dalam kadar yang lebih.

Rugi bener kalau kita tidak mbaca salah satu keindahan sastra Indonesia ini. Bagi penggemar Karl May, bener kata anak saya, gaya bertuturnya mirip Karl May tetapi dengan pokok bahasan yang sama sekali berbeda.

Selamat Membaca.

Kamis, Februari 07, 2008

Penghapusan Cuti Bersama

Sabtu, 9 Pebruari 2008, bapak MenPan kalau jadi akan memberikan "sharing knowledge' di acara Workshop & Launching KLP IV KAGAMA. Kalau ada tanya jawab, yang ditanya jangan-jangan adalah masalah penghapusan cuti bersama yang dinilai beberapa kalangan merupakan keputusan yang tidak salah tetapi sangat tidak arif.

Keputusan itu dianggap kurang memihak mereka yang sudah terlanjur mempersiapkan acara cuti tersebut, dan terasa menyakitkan bagi mereka yang mempersiapkan rangkaian acara imlek di hari-hari itu.

Beberapa pihak tidak mempermasalahkan materi keputusan itu, tetapi kebanyakan yang dipermasalahkan adalah pada waktu penyampaiannya yang sangat mendadak, sehingga terkesan keputusan itu adalah suatu keputusan yang berdasar pesanan.

Di beberapa Negara lain, memang hari libur mereka ada yang lebih sedikit disbanding hari libur di Indonesia, sehingga sangat wajar kalau ada upaya dari pemerintah Indonesia untuk mengurangi hari liburnya. Hampir tidak ada perdebatan tentang hal ini.

Yang menjadi perdebatan adalah ketika pemerintah dengan leluasa menetapkan suatu hal dan kemudian merevisinya (membatalkannya) dengan penuh percaya diri dan dalam tempo yang sesingkat-singkatnya. 

Birokrasi yang berbelit, makin membuat keputusan itu lambat sampai ke sasarannya. Akibatnya, “pisuhan-pisuhan” muncul dari mereka.

Untungnya DETIK.COM menyediakan ajang bagi mereka yang frustasi dengan kondisi ini, sehingga frustasi itu bisa sedikit tersalurkan di jalan yang aman, dibanding kalau frustasi itu menggelembung, bertemu dengan gelembung frustasi yang lain. Wah, “bara” di hati rakyat ini akan makin berkobar. Tinggal menunggu momentum untuk meledak.

Anda pingin menyalurkan frustasi anda? Silahkan tengok di DETIK.COM
http://jkt.detiknews.com/index.php/detik.comment/tahun/2008/bulan/02/tgl/05/time/142504/idnews/889488/idkanal/10/p/1

Rabu, Februari 06, 2008

Strategi Pengembangan Karier Profesional Muda

UNDANGAN

Mohon kehadiran Bapak/Ibu pada Workshop & Launching KLP IV KAGAMA,

Sabtu 9 Pebruari 2008, jam 07.30 wib (registrasi),
di Ballroom Hotel Ambhara, Jl. Iskandarsyah No.1 (dekat terminal Blok eM).

Tema "Strategi Pengembangan Karier Profesional Muda".

Pembicara :Menteri PU, Menpan, Jubir Kepresidenan, Wakil Pengusaha dan BUMN.

Silahkan konfirmasi pendaftaran ke
Heni : 021.92386574

Mohon dapat disebarluaskan.

Begitulah isi pesan yang kuterima dari nomor yang tidak kukenal. Model pengiriman undangan via sms ini kadang memang lebih efektif dan efisien dibanding unangan via fax atau via pos.

Banyak kasus, rapat sudah dimulai tetapi pesertanya belum pada datang atau tidak datang karena mereka belum menerima undangan (yang sudah difax atau dikirim via pos).

Akibatnya penanggung jawab rapat jadi sibuk menelpon ke nomor-nomor hape mereka yang tidak datang.

Meskipun pesan sms efektif, namun akan lebih efektif lagi kalau dipikirkan juga keterbatasan jumlah karakter yang bisa diterima dalam satu pesan oleh hape merek-merek tertentu. Untuk PDA biasanya tidak ada masalah, tetapi untuk hape biasa, akan lebih baik kalau sms dibuat dengan jumlah karakter yang dapat diterima oleh semua hape dalam satu pesan saja.

Selamat mengirim undangan via SMS.

Sabtu, Februari 02, 2008

Banjir Jakarta 1 Peb 2008

Pulang dari Cikeas, kubuka kotak surat elektronik, dan kuterima beberapa gambar yang akan selalu mengingatkan kita agar lebih tertib menjaga lingkungan.



Semoga masalah kelestarian lingkungan, terus menjadi fokus perhatian kita.



Insya Allah.
Amin.



gambar-gambar ini kiriman mas MB (sumber tidak jelas, mungkin motret dewe, soale ahli foto memfoto) dan dari DL (diambil dari Washington post).


Panser UGM 1978

Maret 1978, Kampus Sipil Pogung

Banyak nostalgia kawan-kawan CIVENG di awal tahun 1978, beberapa saya tulis disini (setelah diedit untuk memadatkan materi)

eshape :

Saat terdengar suara tembakan-tembakan dari arah gelanggang mahasiswa, kita maunya berhamburan keluar dari kelas dan bergabung dengan teman2 di gelanggang mahasiswa.

Namun dengan penuh “welas asih” pak dosen kita berkata:
“Yang demo biar demo, yang kuliah harus tetap kuliah”.

Pulang kuliah, kita mampir di gelanggan mahasiswa dan melihat bekas2 peluru yang ada di mana-mana.

Rezim itu memang menyisakan banyak kenangan, suka maupun duka, yan mengharu biru.

NWS :

Saat itu aku yang lagi kena flu berat (sampai suara serak), penasaran dan menyempatkan diri ke bundaran panti rapih, disana terlihat banyak panser.

Ketika situasinya mulai panas aku pulang naik colt kampus, sampai kost-kostan selang 1/2 jam kemudian terdengar berita bahwa teman2 yang demo termasuk yang nonton dan yang kebetulan lewat situ di obrak abrik pakai panser.

Sorenya aku periksa sakitku ke dokter di gunung ketur , kebetulan dokternya adalah kepala RST saat itu (dr Andu Sofyan, kolonel) , saya sempat nanya tentang korban yang meninggal tapi sama beliau dibantah katanya nggak ada yg meninggal. Aku sendiri sempat dituduh suaraku serak karena demo, padahal murni lagi kena flu.

Teman kost yang lain yang saya kira hilang , ternyata diciduk ramai ramai , lebih dari 2 truk dibawa ke wirogunan , sore/malam dilepas setelah mencicipi sedikit "pijat" ala militer.

MB :

Hari ke 1), tentara kelihatannya masih belum menunjukkan kebringasannya. Mereka membentuk barisan melingkar mengepung mahasiswa yang demo.
Eri Humayun membawa sepeda ontel berada diantara mahasiswa2, ditengah lingkaran pagar betis tentara, dan membentur2kan sepedanya ke panser.
Siang itu demo bubar dengan "tertib".....tentara belum ada perintah untuk ngamuk...

(Hari ke 2) Tentara (Batalyon 403 ?) dibantu Raiders (baret hijau, yang katanya didatangkan dari Srondol) mulai ngamuk...tembakan membabi buta...(dinding Gelanggang Mhs penuh bobeng2 bekas "hujaman" timah panas...mahasiswa morat marit, sebagian ditangkap, dan yg sembunyi dirumah2 dosen di bulaksumur pun dikejar dan ditangkap....... rumah dosen digeledah...suara tembakan sporadis terus terdengar.

Hari itu, Kampus UGM benar2 diserbu tentara....

Saya bisa lolos karena dpt persembunyian yang cukup aman...rumah Kol Leo Ngali jl Cikditiro....menunggu sampai situasi diluar benar2 "aman"

Waktu pulang, saya sempat melihat, mahasiswa yang tertangkap dibariskan, dijemur di halaman ex Korem Pamungkas jl jendral Sudirman. Nasib2 mereka kemudian, saya tidak tahu...yang jelas siangnya diangkut dengan truck keluar dari Korem yang sebelumnya dijadikan barak Raiders


M3 :

Terus terang waktu ada ontran-ontran 1978 itu, setelah terdengar ada tembakan, aku pulang dan ngumpet di indekosan, Blimbing-sari. Soale takut kena peluru nyasar, lagi pula waktu itu, karena berat diongkos, aku sudah diultimatum ortu buat nyelesaiin kuliah, sudah 7 tahun lebih gak lulus-lulus......... hehehe..
MZA7000 :

Peristiwa 30 th lalu itu rasanya baru kemarin, Ya Jamannya memang berbeda dengan Demo Trisakti, atau kasus kematian Munir.

Kami memang menolak Pak Harto jadi Presiden lagi karena pada th 1978 beliau sudah jadi Presiden 2 kali masa jabatan dan itupun sudah pakai Bonus Pejabat Presiden apa masih kurang?

Kita memang berbeda sikap dalam menafsirkan UUD 1945, dan setelah 20 tahun kemudian barulah diakui bahwa yang benar adalah sikap mahasiswa th 1978 dulu, bahwa pengertian dapat dipilih kembali itu adalah 2 (dua) kali masa jabatan.

Kami memang menolak Dwifungsi ABRI diterus2kan, karena sudah cukup waktunya dari tahun 1966 s/d 1978 kami ingin pemerintahan Sipil dan kalau Tentara mau masuk pemerintahan ya lepas baju militernya alias pensiun.

Tentang ada yang meninggal atau tidak, hanya Allah yang tahu wallahu a'lam bis sawab, peristiwa 27 juli saja bisa ghoib data2nya kok, dan ingat Peristiwa Tanjung Priok, pihak Militer nggak mengaku ada korban, beberapa tahun kemudian sesudah ditemukan makam dan pengadilan digelar barulah mengaku.

Rezim Suharto itu pada jamannya benar2 persis seperti FIR'AUN benar2 tangan besi dan sangat BENGIS, saya adalah satu dari ribuan saksi hidup peristiwa Maret 1978 di boulevard UGM, karena kebetulan yang memimpin demo pada saat itu, betapa ganasnya tentara yang konon diambilkan pasukan yang baru pulang dari Timor Timur, dengan BAYONET dan PELURU tajam mengobrak abrik UGM.

(komentar SS : Tentara alumni Timor Leste bila ditugaskan di lain tempat, mereka selalu terlihat lebih ganas karena mau bayar hutang .. he-he!:-)

Ada beberapa Tokoh mahasiswa yang ditangkap dan dibawa ke Semarang ada dari Fak Teknik, Ekonomi, Kedokteran, Psikologi dan Farmasi (faktanya memang ada karena ada Berita Acara Pemeriksaan Kejaksaannya) dan dari jumlah yang ditangkap maupun yang diperiksa sesudah jadi PERKARA memang terbanyak adalah Mahasiswa Teknik Sipil dan Arsitek.

Saya dan teman2 di Gerakan Anti Suharto 1977 - 1978 tidak pernah mengusulkan dan ikut terlibat dalam memilih pak Harto, SAMA SEKALI

Kami saat itu sudah berulang ulang memperingatkan tentang REZIM TOTALITER, sejak tahun 74 melalui MALARI, itu tentang penolakan terhadap kelompok Pengusaha Jepang dan China yang bekerjasama dengan Militer "MENGERUK" kekayaan rakyat.

Pak Harto memang sudah meninggal, secara orang per orang marilah kita saling memaafkan, dan ingat hanya ada 3 perkara yang ditinggalkan kalau seorang anak adam meninggal, tapi DOSA SEJARAH REZIM tidak bisa dihapus karena itu FAKTA dan dari sanalah SEJARAH ditulis untuk kepentingan anak cucu sekaligus sebagai peringatan kepada PENGUASA dan CALON PENGUASA yang kemudian sebagai PELAJARAN.

Bulan Maret 2008 besok adalah 30 th peristiwa TENTARA NYERBU KAMPUS UGM, beberapa orang akan memperingatinya bukan dengan semangat permusuhan, tapi sekedar untuk mengenang sejarah.

3 bulan yang lalu pada saat acara 50 th Perkawinan Prof Kunto Wibisono (PR III UGM pada jaman itu) di wisma Kagama bertemu beberapa mantan tokoh2 mahasiswa UGM 77-78, diantaranya ada pak Hendro Priyono (mhs S3 UGM dan Mantan Kepala BIN), Bondan Gunawan, Mensekneg Kabinet Gus Dur, Aritonang (sekarang di BPK waktu itu salah satu Ketua DEMA UGM yg ditahan) dan banyak yang lain termasuk Sutiarso Tatengkeng, hal2 tersebut diperbincangkan, apakah akan jadi realitas REUNI tsb.


MMM7271 :
Aku juga ikut-ikut demo waktu itu, cuma begitu tentara menyerbu dan menembak, jujur saja, nyaliku mengkeret, karena takut kena tembak, lalu aku lari pulang hehehehe..

DHY :

Saya tidak mengalami peristiwa Maret 1978 di Kampus UGM kita, karena waktu itu saya masih SMP, dan saya sangat menyesalkan peristiwa itu terjadi.
Yang penting sekarang bagaimana kita bisa ikut memikirkan bangsa ini keluar dari euphoria politik dan demokrasi seperti yang terjadi sekarang ini dan bergandengan tangan untuk mengejar ketinggalan sehingga kita bisa berdiri sejajar dengan bangsa 2 lain yang maju.

NWS :

Walaupun kurang berguna, nostalgia ini tetap perlu, karena nostalgia adalah bagian dari napak tilasnya para saksi "sejarah", mumpung saksi hidupnya masih ada........

Karena sejarah bisa diubah ...... oleh yang berkuasa menyiarkan sejarah.....


eshape :

Semoga apa yang ada di depan kita, dapat kita lalui dengan kondisi yang lebih baik.
Amin.