Jumat, Oktober 30, 2009

Aku perlu uang saku pak...

"Pak sangu 4 ribu..", kata Lilo ketika aku pamitan sama dia. Senyumnya yang khas menandakan bahwa ada apa-apa dibalik permintaannya itu. Aku sudah hapal model senyuman LiLo.

"Kok 4 ribu?", aku coba mengorek keterangan darinya.

".........",

Lilo menjawab dengan senyuman. Biasanya dia hanya perlu dua ribu, untuk uang jajan di sekolah seribu dan sisanya dimasukkan kotak infaq.

"Hari Jumat, infaqnya yang banyak ya Lo", dari belakang istriku mengingatkan LiLo.

"Lima ribu pak...!", kata Lilo berubah pikiran.

Kuserahkan uang lembaran 2 ribuan sebanyak 5 buah pada LiLo.

"Nih, infaqnya empat ribu ya...", kataku sambil menyerahkan lembaran uang itu ke Lilo.

Lilo sibuk menghitung uang itu.

"Kenapa nak?", tanyaku heran.

"Hmmm infaqnya 6 ribu aja pak", jawab LiLo membuatku makin heran.

"Tadi kamu kan minta lima ribu, nah sekarang aku sudah kasih uang sepuluh ribu, potong infaq empat ribu, jadi mas Lilo dapet enam ribu, lebih besar dari permintaanmu. Iya kan?", kataku dengan heran

"Hmmm... aku butuhnya tiga ribu aja kok, jadi kalau empat ribu untuk infaq duitku jadi kebanyakan. Jadi enam ribu aja untuk infaq. Aku dapat empat ribu...", Lilo menjelaskan hitungannya

"Subhanallah...", ucapku dalam hati. Begitu rupanya jalan pikiran LiLo.

"Terima kasih Tuhan yang telah menganugerahi aku istri dan anak-anak yang baik dan mengerti akan perlunya bersyukur pada Tuhan..."

Kusalami Lilo dengan pegangan yang erat banget. Lilo kayaknya tidak merasakan keeratan pegangan tanganku. Sikapnya biasa-biasa saja.

"Aku hari ini hanya perlu tiga ribu pak...", kata Lilo sambil berlari masuk rumah.

Kulangkahkan kaki hari ini dengan semangat yang lebih semangat dibanding hari-hari lain. Semoga hari ini lebih baik dari hari kemarin. Amin.

Semoga kita semua dimudahkan urusannya. AMin.

Selasa, Oktober 27, 2009

Bapak [tidak] Jahat

"Kenapa pulang malam?", protes LiLo padaku.

"Jalan macet nak, jadi gak bisa cepat pulang", jawabku sambil mencoba tetap tersenyum, meskipun badan rasanya capek dihajar kemacetan di depan pertamina Cikarang.

"Kenapa tidak naik sepeda saja ke kantor, jadi tidak kena macet", Lilo terus mengejar.

"Wah bapak tidak kuat kalau harus naik sepeda dari Cikarang ke Cawang"

"Kawan-kawanku bapaknya naik sepeda ke kantor. Ikut B2W saja biar sehat !"

"Yah...mereka kantornya kan di sekitar Cikarang, jadi bisa cepat pulang biar naik sepeda. Kalau bapak naik sepeda ke Cawang, jam 12 malem baru nyampai di rumah nak..."

Lilo terdiam mendengar semua penjelasanku. Aku lihat dia masih belum mau terima penjelasanku, tapi dia sudah males ngomong, jadi kulihat dia diam dalam kemarahan yang tertahan.

Kupeluk erat Lilo dan kurasakan tidak ada pelukan balasan dari Lilo.

"Ya Allah, jangan jadikan Lilo sebagai anak yang tidak bsia menerima keadaan ini. Mudahkan hati Lilo menerim akenyataan ini. Aku bukan bapak yang jahat dan semoga Lilo mengetahuinya"

Perlahan-lahan kurasakan pelukan balasan dari Lilo. Aku tidak tahu apakah ini balasan doaku atau kesadaran Lilo memang sudah sampai pada taraf memahami perasaan bapaknya yang sangat mencintainya.

"Percayalah nak, bapak selalu ingin cepat pulang dan bermain dengan Lilo"

Alhamdulillah, akhirnya larut malam datang dan membawa angin syukur di keluargaku.

Jumat, Oktober 16, 2009

Mencari Hikmah Gempa Sumbar [2]

Seorang bapak bercerita tentang sebuah rumah Bimbel yang hancur, rata dengan tanah. Dengan pandangan menerawang dia mulai bercerita.

"Biasanya istri yang selalu mengantar anak saya ke sini pak, tetapi entah kenapa hari itu saya yang diminta oleh istri untuk jauh-jauh meluncur ke Padang"

"Seharusnya saya aman-aman saja di tempat kerja yang jauh dari Padang, tetapi hari itu istri saya meminta saya untuk ke Padang dan mengurusi anak yang ikut Bimbel di sini"

"Biasanya saya menolak permintaan seperti ini, karena jarak yang terlalu jauh dan soal anak-anak ke Bimbel adalah urusan ibu-ibu"

"Begitulah akhirnya urusan jemput menjemput anak itu menjadi urusan saya"

"Hanya Tuhan yang tahu, ketika ternyata guru untuk kelas anak saya tidak masuk, sehingga kelas tidak ada pelajaran dan anak saya keluar dari bangunan itu"

Selamatlah anak kawan saya dari musibah gempa itu. Meskipun untuk itu dia harus berjuang melewati kemacetan jalan, sehingga akhirnya harus meninggalkan mobilnya dan berjalan kaki selama 1 jam untuk menghindari kemungkinan Tsunami.

"Setelah dua puluh menit dari peristiwa Gempa, maka saya hanya punya waktu 10 menit lagi untuk menjauhi pantai. Lalu lintas sudah sangat padat dan saya tidak bisa lagi mengharapkan mobil yang saya tumpangi untuk keluar dari kemacetan ini"

"Alhamdulillah, bukan istri saya yang mejemput anak saya. Dia sedang hamil tua dan sangat mungkin keguguran kalau dia harus melakukan perjalanan seperti yang saya lakukan"

"Saya bersama anak saya terys mencari jalur tegak lurus pantai, keluar masuk gang dan dalam suasana yang begitu menakutkan. Saya hanya punya waktu 10 menit lagi, sehingga saya harus bergegas"

"Alhamdulillah, akhirnya saya sampai di rumah yang saya anggap aman dan ternyata saya sudah berjalan 1 jam"

Begitulah kuasa Allah mengatur umatNya.

Subhanallah.

+++

[bersambung]

cerita sebelumnya

Rabu, Oktober 14, 2009

Mencari Hikmah Gempa Sumbar [1]

"Akhirnya bantuan itu tiba pak. Bantuan yang sangat kita tunggu-tunggu"

"Kita punya uang di kantong, tapi gak ada yang jual. Kalaupun ada, maka antrinya yang kita tidak tahan"

"Alhamdulillah, akhirnya BBM yang kita tunggu-tunggu ini datang juga"

Begitu komentar beberapa teman-temanku, ketika aku bertanya bantuan apa yang sangat mereka harapkan di saat kejadian gempa Sumbar.

"Lho ? Kok bukan mengharap bantuan makanan instant, tenda atau minuman?", komentarku.

"Lapar masih bisa ditahan, tenda kami tidak begitu perlu, minum memang perlu..."

"Tapi saat itu yang paling perlu adalah BBM pak. Begitu BBM datang, maka armada angkut kita bisa kita kerahkan untuk mencari apa yang kita butuhkan dan yang lebih penting lagi, kami perlu segera membantu teman-teman kami yang masih belum jelas keberadaannya"

Begitu BBM datang dari Pekanbaru, maka tim proyek Waskita Sumbar jadi lebih leluasa untuk melakukan segala kegiatan untuk mendukung posko peduli gempa yang didirikan oleh Waskita Sumbar begitu kejadian gempa melanda Padang dan sekitarnya.

Agar tidak berbenturan dengan posko peduli gempa yang lain, maka tim ini awal mulanya hanya fokus pada nasib saudara-saudara mereka yang tersebar di berbagai wilayah Sumbar.

Respon dari Waskita Jakarta, dan juga Waskita wilayah lain, membuat tim ini makin semangat untuk melakukan aksi sosial dalam rangka membantu tim penanganan pasca gempa yang sudah dibuat oleh yang berwajib.

Rombongan dari Yogya yang dianggap sudah berpengalaman melakukan tindakan penanganan musibah pasca gmpa ikut disupport oleh posko peduli gempa Waskita ini. Kita sediakan transportasi untuk tim dari Yogya ini agar mereka leluasa mengumpulkan data sebagai bahan untuk penanganan pasca gempa ini.

Kulihat daftar teman-teman yang sudah diinventarisir oleh tim Waskita. ALhamdulillah, meskipun ada yang kehilangan rumah tinggal atau rumahnya sudah tidak laik huni lagi, tapi tidak ada karyawan ataupun keluarga karyawan Waskita yang menjadi korban dalam musibah ini.

Kulihat pancaran wajah ikhlas dari teman-teman yang kukunjungi.

"Ini adalah suatu pelajaran buat kita semua. Pasti ada hikmah dibalik kejadian ini", begitu kira-kira yang ada di hati mereka.

Pak Ulul Azmi yang sempat diberitakan hilang, ternyata selamat dan meskipun rumahnya sudah tidak laik huni lagi, tapi tidak terpancar aroma kesedihan di wajahnya. Semoga keikhlasan sudah merasuk dalam hatinya.




Kalau kita berjalan-jalan di Padang, setelah tangal 12 Oktober 2009, maka sudah tidak terlihat lagi aroma gempa yang berskala 7.9 SR itu. Lalu lintas juga sudah ramai, kegiatan di pasar sudah berjalan seperti tidak ada apa-apa beberapa hari yang lalu.

Semuanya sudah normal kembali.

Gempa ini seperti memilih-milih tempat. Ada daerah yang sama sekali tidak tersentuh gempa, atau hanya beberapa rumah yang terlihat terkena gempa, tapi ada juga suatu daerah yang benar-benar habis.

Kulihat banyak sekali bangunan Bimbel yang hancur terkena gempa. Masjid Muhammadiyah juga kulihat rata dengan tanah. Tak terlihat sama sekali bangunan tiga lantai, yang terlihat malah bangunan di belakang masjid itu.



Sepanjang pengamatanku, banyak sekali dijumpai bangunan bertingkat yang kehilangan lantai 1 [satu]. Yang terlihat hanya lantai 2 ke atas. Banyak beredar cerita bahwa gempa ini membuat bangunan seperti dinaik-turunkan, sehingga lantai paling bawah seperti dipukul oleh lantai di atasnya, akibatnya lantai paling bawah masuk ke dalam tanah atau menjadi miring.



Lantai satunya hilang



Lantai satu sudah hilang tetapi lantai di atasnya terlihat masih kokoh.

Pemandangan di Padang sudah terlihat normal, tetapi jangan lupa, di Pariaman masih banyak saudara-saudara kita yang nasibnya masih menggantungkan pada uluran tangan kita.

Semoga gerakan Dompet Dhuafa yang akan membangun 1.000 rumah di wilayah gempa ini segera terealisir.

Insya Allah.
Amin.



Semoga kita pandai mencari hikmah dari kejadian ini. Semoga kita tetap disibukkan oleh gerakan untuk membantu para korban gempa dan dijauhkan dari berita Miyabi.

Insya Allah. Amin.

[bersambung]

Minggu, Oktober 04, 2009

Peduli Gempa 2009 di Cikarang [TDA dan Cimart]

Awalnya hanya acra HBH [halal bi halal] seperti biasanya, namun sikon yang berubah begitu cepat membuat acara ini berubah juga. Tadinya hanya sepedaan dari Montana [rumahku] menuju ke KTB [Kupat Tahu bandung] tempat halal bi halal MMB [mastermind bekasi]. Yah seperti acara sepedaan bulan Mei dulu




Mengingat toko Cimart baru buka gerai di ruko Anggrek, maka lokasi start kupindahkan ke toko Cimart saja, jadi bisa lebih nyaman nunggu teman-teman yang ingin sepedaan.

Pak Atopun langsung mengumumkan bahwa siapa saja yang makan di KTB akan mendapat diskon gila-gilaan alias segila-gilanya. Terakhir tenryata malah tidak ada diskon sama sekali, karen amuncukl ide yang lebih gila lagi.

Semua yang makan di KTB gak perlu mbayar ke pak Ato, tapi langsung bayar ke kotak amal yang akan disediakan di meja kasir dan semua hasil penjualan itu akan disumbangkan ke posko Peduli Gempa yang akan dibuka di Toko Cimart.




Ini memang ide dari pak Afrizal [dirut Cimart] dan pak Wawan [dirut NetCom], serta para Cimarter lainnya. Toko Cimart mulai hari Sabtu sudah didandani dengan spanduk POSKO Peduli Gempa Sumbar.

Gayungpun bersambut, mas Hendra bahkan merelakan semua kerupuk kemplangnya dihibahkan ke posko peduli Gempa Cimart.

Inilah kerja sama yang saling menguntungkan antara para anggota komunitas TDA [tangan diatas] dengan para Cimarter yang sedang "on fire".




Pagi-pagi, para Cimarter dan sekaligus anggota TDA sudah meramaikan suasana toko Cimart. Seragam kaos kuningpun dikenakan oelh para anggota TDA [kulihat di dalam kaos kuning itu ada kaos TDA Bekasi, hehehe...kulit luar Cimart, tapi hatinya TDA, gitu 'kali maknanya].

Para pejalan kaki di depan toko Cimart terlihat tertarik dengan berkumpulnya para bapak-bapak di depan toko ini. Mereka akhirnya paham bahwa hari ini adalah hari peduli gempa di toko Cimart, sehingga bapak-bapak yang biasanya langsung olah raga di pasar festival, hari ini pada ngumpul di depan toko Cikmart, yang biasanya masih sunyi sepi.

Setelah toko mulai ramai oleh para Cimarter, maka pak Afrizal memboyong para Cimarter untuk jalan ke arah pasar Festival. Yang datang pakai sepeda langsung nggenjot sepedanya, sedang yang datang pakai sepeda motor cukup berjalan kaki saja ke pasar festival.

Suasana pasar yang hiruk pikuk dengan pengunjung ini makin ramai oleh kedatangan dua tim pencari dana untuk korban gempa Sumbar.




Satu kelompok memakai seragam jas biru-biru, sedangkan satunya memakai kaos kuning-kuning. Yang membedakan mereka adalah warna seragamnya [hehehe...yang ini sudah jelas] dan umur mereka. Yang satu kelompok sudah bapak-bapak [meski ngakunya masih under 30 tahun] dan satunya muda mudi yang ganteng dan cantik-cantik [namanya saja muda mudi, ya cantik dan ganteng kan?].




Selesai muterin pasar Festival, maka rombongan menuju ke KTB [Kupat Tahu bandung] pak Ato. Berendeng beberapa sepeda mengarah ke KTB, sementara yang lainnya memakai sepeda motor atau mobil.

Ide untuk beli sepeda langsung muncul lagi, karena kebetulan ada juragan sepeda yang ikut sepedaan di acara ini. Kita tunggu saja berita kredit sepeda ini [setelah bulan lalu sukses menagdakan kredit note book].

Lilo, yang kalau bersepeda model Rosi "The Doctor" langsung menggebrak, sehingga akhirnya tabrakan dengan pengendara sepeda yang lain.




Setelah Lilo minta maaf pada pengendara sepeda yang lain, maka perjalanan dilanjutkan dan Lilo kembali meliuk-liuk dengan sepeda tanpa remnya itu.

Kalau sudah begitu aku sering mengurut dada, "nyontoh siapa ya Lilo ini? apa nyontoh aku waktu aku kecil dulu ya?"

Sampai di KTB suasana sudah ramai. Spontanitas yang tak terkoordinir ini membuat para peserta sepedaan punya rute sendiri-sendiri. Ada yang sampai bunderan Golf Jababeka langsung pulang, ada juga yang tetap ikut rute yang sebelumnya sudah disepakati.

"Aku tadi ke rumah mas Eko dan sepi, maka aku langsung ngejar sesuai rute, tapi nggak ketututan juga mas. Pada ngebut ya?", kata salah satu pengendara sepeda yang mengikuti rute asli.

"Hehehe...bapak nggak baca imil terakhir ya?"

Rupanya banyak peserta yang sudah tidak buka imil di hari menjelang hari H, sehingga perkembangan rute dan acara tidak tersosialisasikan ke peserta.

Akibatnya yang datang ke KTB juga bergiliran, tidak seperti acara sepedaan yang dulu, para peserta pada numpuk jadi satu kloter.




Jam 09.30 akupun balik ke toko Cimart untuk mengecek hasil pemngumpulan dana ini. Tenryata kotak sudah diambil oleh pak Afrizal untuk dihitung dan digabungkan dengan yang ada di pasar festival.

Yang kutahu, sampai sekitar jam 10.00 kondisi perolehan sumbangan adalah sebagai berikut :

- Kotak amal yang ada di Cimart ditambah yang kemudian diboyong ke KTB hasilnya adalah 1.053 + 525 atau 1.578
- Kotak amal yang dikelilingkan di Pasar Fatival adalah 535

Total sekitar 2.113 ribu rupiah atau 2.1 juta.

Lumayan sebagai hasil spontanitas tanpa koordinasi. Tinggal nanti perlu dikooridinasikan lagi agar dapat memperolah bantuan dana yang lebih besar. Kita semua tahu, gempa ini lebih dahsyat dibanding gempa di Yogya.

Jadi tepatlah kalau tim PU DIY saat ini ikut terbang ke Sumbar untuk memberikan masukan dan tindakan nyata terhadap penanganan gempa di Sumbar. Kita tahu bahwa DIY termasuk yang dianggap sukses menangani kejadian pasca gempa.

Sukses dan salut buat tim relawan dari DIY [PU maupun UGM] yang telah meluncurkan timnya ke Sumbar. Semoga menjadi amalan yang baik buat mereka. Amin. Posko Waskita Sumbar siap membantu tim ini dalam menangani semua kegiatan pasca gempa. Semoga muncul sinergi di antara kedua tim ini.

Semoga juga semua amalan para donatur itu diterima Allah swt.
Amin

+++

artikel [tidak] terkait
Posko Waskita di Sumbar