Ucapan yang ini sangat populer, bahkan untuk yang tidak tahu maknanya secara benar, ucapan ini tetap diucapkan dengan fasih, seolah-olah makna yang dikandung dalam ucapan itu telah sangat dipahaminya.
Ada yang berpendapat bahwa ucapan itu artinya mensyukuri nikmat dari Allah SWT yang diterimanya, kemudian menggunakan nikmat itu dengan cara yang benar dan baik, serta memberikan hasil yang juga benar dan baik.
Mengapa benar saja tidak cukup? Mengapa kata baik harus disandingkan dengan kata benar?
Kebenaran kadang memang menyakitkan, akan tetapi kalau bisa disampaikan dengan penuh kebaikan, maka nilainya akan jauh dibanding hanya benar saja. Kebenaran yang disampaikan dengan cara yang baik, biasanya akan nyaman diterima dibanding kebenaran yang disampaikan dengan cara yang kurang baik, minimal tidak membuat emosi ketersinggungan ikut bergolak.
Di dunia ini, kalau mau menghitung nikmat Allah swt pasti tidak akan habis terhitung, biarpun air laut yang menjadi tintanya. Jadi ucapan Alhamdulillah, seharusnya tak akan pernah putus kita ucapkan, karena kita tidak akan pernah bisa menghitung nikmat Allah yang telah kita terima dan kita gunakan.
Segala puji memang hanya untuk Allah swt.
Aku jadi pingin mengingat beberapa nikmat Allah swt yang telah kuterima dan yang masih kuingat sampai hari ini.
- Dilahirkan dalam keluarga yang beragama, serta orang tua dan saudara yang saling menyayangi.
- Dibesarkan di kampung yang lengkap profesinya penduduknya. Ada yang kaya, miskin, kiai, penjudi, kaum ningrat, para pendekar, musikus, teaterawan, komikus, aktifis, provokator maupun pengangguran.
- Sekolah yang baik, mulai TK Netral (sekarang jadi hotel Mutiara Malioboro), SD Netral, SMPN 3, SMPP X (sekarang SMAN/SMU 8), dan JTS FT UGM (dulu masih di Pogung).
- Orang-orang Shalih yang banyak memberi contoh tentang menjalani hidup dan kehidupan ini (mas-mas dan mbak-mbak yang mengajari aku ngaji ketika kecil, tanpa peduli kalau aku tidak memperhatikan ajaran mereka, para pengurus masjid yang berdedikasi tinggi untuk meluangkan waktunya memakmurkan rumah Allah, para sopir yang gajinya selalu kekurangan tetapi tetap memandang hidup ini dengan sangat optimis, para ustadz yang begitu dalam memahami makna Quran dan Hadits, para sahabat yang selalu siap memberi kritikan atas tingkah lakuku yang kurang berkenan di mata Allah swt, termasuk anak-anakku yang ternyata sanggup memberi pandangan yang jernih tentang hidup dan kehidupan ini).
- Istri dan anak-anak yang baik.
- Buku-buku yang banyak memberikan inspirasi tentang rasa syukur akan kebesaran Allah swt (mulai dari buku dongeng, cersil, aneka komik, cerita petualangan tanpa gambar, humor sufi, termasuk cerita nabi yang selalu menggetarkan hati)
- Rizki yang selalu cukup dari Allah, padahal secara matematis tidak pernah terasa cukup.
- Bimbingan yang tak pernah putus dari Allah swt.
- Kemampuan membaca hikmah dari setiap hal yang diberikan Allah swt, dan kemampuan untuk mensyukuri nikmat Allah.
- Kasih sayang yang tak pernah putus dari Allah swt. Insya Allah hal ini akan berlangsung terus sampai hari nanti. Amin.
10 hal yang kuingat di atas, kalau dirinci akan memakan banyak halaman dan akan membuat aku kehabisan kata-kata untuk menuliskannya. Jadi cukup kurinci dalam kalbuku dan kusetel setiap aku menerima cobaan atau ujian dari Allah swt.
Semoga Allah swt selalu menunjukkan jalan yang benar bagi diriku dankeluargaku.
Amin.
+++
Tidak ada komentar:
Posting Komentar