Saat aku dimarahi ortu, dan aku ada dalam kegelapan malam, maka satu orang yang menghiburku adalah Om Jon. Ini adik bapak yang paling kecil. Kayaknya jadi orang yang paling ganteng di keluarga bapak, apalagi dia adalah seorang tentara, tentu kondisi tubuhnya terlihat yang paling keren.
Saat Om Jon lama nggak ke Yogya lagi dan hubungan kekeluargaan ini putus, rasanya aku jadi
orang yang paling sedih.
Pertemuan terakhir adalah saat beliau pulang dari tugas di Tim Tim dan beraksi dengan pistol kosong di rumah. Setelah itu, kabarpun hilang. Apalagi ketika Om Jon telah memasuki masa pensiun, maka berita tentang Om yang satu inipun hilang lenyap.
Tahun 1989, saat aku ditugaskan di Medan, maka keinginan untuk ebrtemu dan mencari Om muncul tetapi aku tidak tahu harus mulai dari mana. Baru di tahun 1996, ketika aku kembali ditugaskan di Medan, aku ketemu denga Om yang satu ini.
Kejadiannya sangat sederhana. Orang tua Hendro, mahasiswa Medan yang pernah tinggal di rumahku (sebentar) dan kemudian kost di Honggowongso, datang ke rumahku selaku ketua RT dan ngobrol tentang temannya yang sudah kayak saudara di Yogya.
Teman yang diceritakan pak RT ternyata adalah orang tuaku. Mas Soed, itulah nama beken bapakku. Asal katanya Sudarisman, tetapi lebih sering dipanggil mas Soed, dan aku juga sering dipanggil mas Soed cilik.
Kamipun berpelukan dan sepakat mencari Om Jon. Nggak sampai seminggu, kawan-kawan Om Jon dihubungi dan langsung ketemu. Akupun jadi ketemu lagi dengan Sumartono, lelaki cerdas yang pernah main ke Yogya ketika kecil.
Pertemuan yang sangat membahagiakan, apalagi setelah itu jalur Medan Yogya kembali tersambung. Pasti bapakku dan juga ibuku sangat bahagia dengan tersambungnya kembali komunikasi Medan Yogya ini.
Sejak saat itu, Sumartono juga sering ke Yogya, sehingga lengkaplah sudah jalinan komunikasi keluarga yang pernah putus ini.
Begitulah indahnya silaturahmi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar