Minggu, November 01, 2009

Ayuko sayangku...

Pagi-pagi mompa sepeda. Siap-siap menembus kegelapan, menikmati semilir angin subuh kota Cikarang bagian Jababeka.

Sudah beberapa bulan aku tidak lagi sepedaan sama keluarga. Apa lagi gara-garanya kalau bukan kepergian dua anakku ke Yogya, sehingga kegiatan olah raga Minggu pagi jadi terlantar.

Lilo tampak keberatan untuk ikut acara ini, dia lebih suka main internet.

"Bapak sudah diperbudak oleh olah raga pagi!", protyes Lilo

"Kamu juga sudah diperbudak internet", balasku sambil tersenyum, tapi diartikan sebagai senyuman ejekan buat liLo, sehingga dia tambah sewot.

"Waduh kaco nih. Acara olah raga pagi sudah diawali dengan suasana yang tidak enak", demikian pikirku.

Ibunya anak-anak juga mengawali acara pagi ini dengan berebut naik sepeda. Maunya istriku, dia yang naik sepeda tandem, sementara LiLo maunya juga naik sepeda tandem, sedangkan dua-duanya maunya kalau naik tandem harus berduaan sama aku.

Alhamdulillah, akhirnya istriku mengalah dan Lilopun naik sepeda tandem bersamaku. Di sepanjang perjalanan, istriku naik sepedanya lambaaaat banget, wah aku gak tahu juga nih, aku terlalu kuat mengayuh sepeda atau istriku yang terlalu nggak semangat untuk ngayuh sepeda.

Perjalanan pagi itupun akhirnya selesai begitu saja. Tak banyak moment-moment indah di pagi yang cerah itu. Ketika melewati tanah kosong, kulihat di sisi kananku matahari yang bulat kemerahan. Seharusnya itu jadi moment yang bagus untuk diambil gambarnya, tetapi suasana persepedaan yang kurang mendukung membuatku melewatkan pemandangan pagi yang indah itu.

Akupun mulai mencari-cari moment lain yang bisa membuat pagi ini menjadi lebih indah dibanding pagi yang lain.

Masak nasi goreng dan memakannya rame-rame juga masih terasa kurang mendukung keindahan pagi ini. Akhirnya aku beli koran dan majalah berduaan sama LiLo.

Lumayan deh, di sepanjang jalan bisa bergaya kayak Rosi. Lilo erat-erat mendekapku sepanjang aksiku sebagai Valentino Rossi.

Sampai di rumah, istriku mengajak mandiin Ayuko. Waduh males banget deh. Ini tugas yang sangat berat deh. Penuh dengan usaha yang keras untuk menghilangkan kemalasan memandikan Ayuko.

Kalau kutolak permintaan ini, maka tentu suasana pagi ini akan makin murung, tentu suatu suasana yang tidak kuharapkan.

"Oke!", jawabku penuh semangat [buatan].

Seandainya saja ada Lita di sini tentu akan menyenangkan memandikan Ayuko, tapi Lita ada di Yogya dan tidak mungkin datang di hari ini.

Akhirnya aku membaca-baca koran Tempo dan akupun lupa tugas untuk memandikan Ayuko. Asyik banget membaca berita tentang Gus Dur dan KPK.

Selesai membaca maunya nonton film atau nulis di blog, tahu-tahu istirku mengingatkan aku akan Ayuko.

"Pak, coba lihat airnya sudah mendidih belum ya..."

Aku jadi tersadar bahwa aku sudah melupakan tugas untuk memandikan Ayuko. Segera saja aku ke dapur dan mengambil air di panci yang sudah mendidih. Kubawa ke halaman belakang dan istriku menyiapkan segala peralatan untuk memandikan Ayuko.

Sambil nunggu akupun menyisir Ayuko.

Kasihan Ayuko yang sudah tua ini, bulunya makin mudah lepas dan kadang saling nempel sehingga susah diurai lagi. Beberapa bulu yang ada di lehernya juga sudah mulai rontok.

Makanpun sudah mulai milih yang lembek-lembek.

Mungkin begini jugalah nasib kita nanti. Saat kecil selalu minta pertolongan untuk dapat menikmati hidup dan saat tua, maka kitapun akan kembali menjadi anak kecil.

Alhamdulillah, acara memandikan Ayuko menjadi acara yang bermakna di hari ini. Kami saling berbagi tangan untuk memandikan Ayuko.

Untung ada Ayuko yang menjadikan pagi ini menjadi bermakna.

+++


sabar ya Ayuko...



semoga Litha senang melihat gambar ini

...
..
.

Tidak ada komentar: