Aku masih ingat ketika bawa mobil baru "kinyis-kinyis", 1.500 CC Nisan GL, njemput anak istri di Mall, pulang dari kantor. Wah, mereka mencoba memilih mobil di parkiran. Yang mana ya yang akan membawa mereka pulang ke rumah?
Akhirnya, mereka sampai pada mobil yang kubawa. Apa komentar mereka?
"Nggak mungkin yang ini. Bagus banget nih...", kata mereka kompak.
Langsung saja kupencet "remote" mobil.
"Kik kuk...!", lampu sign mobil menyala dan kubuka pintu untuk mereka. Wah, betapa indahnya malam itu [bagi kita].
Lebaran tahun lalu, kitapun memakai mobil itu untuk mudik. Mobil yang sangat irit. Gak sampai 200 rebu udah bisa nyampai di Yogyakarta.
Tahun ini, apa kata mereka tentang pulang mudik.
"Kalau bisa, mudiknya nggak pakai mobil itu lagi pak. Kecil dan sumpek, bikin pusing"
Baru setahun dan ternyata mereka sudah bosan.
Kamipun pulang mudik dengan naik mobil 2.000 CC. Akibatnya, mereka senang dan penjual bensinpun senang [lha mobilnya boros banget, setengah juta rupiah untuk sampai di Yogya]
Di sisi lain, ketika LiLo masih Balita, kubelikan dia mainan PS2 [meskipun kurang di"support" oleh ibundanya], ternyata sampai sekarang dia sudah klas 3 SD, masih belum juga bosan.
Di kantor, ada juga kawanku yang bosan bekerja. Dia males bekerja berpindah-pindah [kayak tentara saja, katanya]. Dia lebih sayang sama keluarganya dan akhirnya dia keluar dari kantor.
Minggu lalu, kulihat dia enjoy dengan pekerjaannya yang baru, yang bisa membuatnya menetap di kota tercinta, berkumpul dengan anak istri selalu.
Kawan lain, bosen juga bekerja sebagai karyawan. Apa-apa harus nurut pimpinan [yang belum tentu benar, menurut dia]. Akhirnya dia juga keluar, dan minggu lalu ketika kukunjungi, dia tidak ada di tempat. Baru keluar kota untuk urusan bisnis.
Kata kawanku yang lain, dia sudah jadi boss dan sudah kaya raya. Jadi sibuk melanglang, dari kota ke kota, bahkan mau ke manca negara untuk ngurusin bisnisnya itu.
Ada lagi kawan lain, dia bosan bekerja karena tidak tahu lagi apa yang mau dikerjakan. Akhirnya dia masuk kerja jam 8 dan pulang kerja jam 5, prestasinya NOL. Jadilah dia anggota pasukan 805.
Hidup ini ternyata penuh dengan berbagai model kebosanan. Ada yang bosan sesuatu dan ternyata ketika dia mencoba bertindak untuk mengatasi kebosanan itu hasilnya luar biasa [dari kaca mata awam].
Sementara itu, ada yang bosan dan menikmati kebosanan itu, dan akhirnya dia menderita depresi, karena tidak pernah mendapatkan kepuasan hidup, bekerja tanpa prestasi dan tanpa penghargaan [bagaimana mau dihargai, dia kan tidak pernah berprestasi].
Apakah orang yang bosan bekerja harus berpindah pekerjaan, seperti contoh kesuksesan kawan-kawanku itu?
Jawabannya sangat relatif. Kalau mau jawaban logis, ya tidak gampang untuk mencari pekerjaan di tempat lain, apalagi bisa lebih sukses dibanding pekerjaannya sekarang.
Belum lagi kalau umurnya sudah mempet [usia pensiun], maka mencari pekerjaan lain bukan solusi.
Ada beberapa tips yang saya dapet dari surfing internet, bila kita tetap ingin bekerja di tempat yang menurut kita membosankan.
1. Enjoy aja dengan pekerjaan yang ada, jangan jadikan pekerjaan kita sebagai beban.
2. Bekerja itu ibadah, jadi lakukan yang terbaik untuk pekerjaan kita. Do the best !
3. Kalau ada spesifikasi yang harus diikuti, maka berilah bonus sedikit di atas spesifikasi itu. Misalnya pekerjaan mengetik harus selesai dalam waktu 2 jam dan akan diambil pada jam 14.00, maka usahakan selesai kurang dari 2 jam dan jangan tunggu diambil, serahkan pada "user"nya dalam map yang rapi.
4. Ikuti terus petunjuk yang ada di blog ini [halah....... jangan diikuti perintah ini, dasar penulis narsis, selalu mencari celah untuk menunjukkan kenarsisannya....]
Last but not least, bayangkan kalau Tuhan yang bosan sama kita. Apa yang akan terjadi?
Apa harus bertanya pada rumputnya Ebiet?
Sebaiknya jangan pernah bosan beribadah, karena setiap langkah kita mendekati Tuhan akan dibalas Tuhan dengan langkah yang lebih cepat. Selalulah berbaik sangka padaNya, karena kita tidak ingin Tuhan bosan sama kita.
Sebaliknya bila kita menjauh dari Tuhan, maka boleh dikata kita sudah menentang Tuhan. Kalau berani dengan Tuhan berarti sudah "BOSAN HIDUP". Bumi dan langit ini milik Allah swt, terus mau tinggal dimana kalau kita tidak mau berTuhan pada Allah swt.
Bener mau "BOSAN HIDUP"?
Nggak ah, lebih baik bekerja secara ikhlas, agar nanti saat dipanggil Tuhan, bekal kita sudah memadai.
Insya Allah. Amin.
2 komentar:
Waw!!!
Jadi apa yag harus kulakukan agar aku bisa lebih optimal di masa muda ini....
Mengganti rutinitas dengan hal yang lebih menyenangkan, atau membuat yang membosankan menjadi lebih tidak membosankan?
Enakan pindah ke yang menyenangkan, kali yah..... Tapi, pindah itu kadang hal yang sulit dilakukan.....
Sudah kadung enak di comfort zone yang gak comfort sih... hihihihihi....
Btw, ni tulisan se bebas wajah orangnya! Huebat euy!
Mas Alam [yang smart], perubahan itu memang sesuatu yang paling abadi di dunia ini,
anehnya justru perubahan adalah sesuatu yang paling tidak disukai di dunia ini
mari kita sepakati bahwa tidak ada perjuangan yang mudah untuk mendapat hasil yang optimal
salam
Posting Komentar