Karena pindah lantai, maka aku segera survey lokasi tempat kerjaku yang baru. Kulihat menjanya jauh lebih bagus dari meja yang ada di ruanganku dulu, lemarinya juga lebih bagus. Kekurangannya cuma meja komputer yang kurang ergonomis. Ini adalah kekurangan yang umum terjadi dimana-mana.
Dulu aku selalu bermasalah dengan kekurangan seperti ini, karena aku harus menjadi contoh sebagai pengguna meja komputer yang ergonomis. Namun setelah membaca buku Quantum Ikhlas, The Secret, dan sekarang ini Setengah Kosong Setengah Isi, maka pola pikirku kayaknya mulai terpengaruh.
Mari kita merasa nersyukur telah memiliki sesuatu dan terus berusaha melengkapi kekurangan yang ada dengan berusaha sebaik kemampuan kita. Jangan lupa kita selalu memakai rumus “3 IR”, Dzikir, Pikir dan Kikir (aku lebih suka menyebutnya hemat atau optimal, cuma rumusnya akan berubah menjadi “2 IR 1 AT” donk!:-).
Meja komputerku yang besar dan ergonomis, dulu kubeli bukan dengan biaya kantor, kulipat dan kubawa pulang saja, karena tidak akan muat di tempat kerja yang baru. Itu memang meja yang ergonomis (banget) dan mahal, jadi akan baik kalau ditaruh di rumah saja (he…he…he…. Sudah cukup tugasnya sebagai percontohan meja ergonomis)
Petunjuk pemasangan meja itu, seperti biasa selalu kulekatkan di salah satu bagian meja yang tersembunyi, jadi kalau sewaktu-waktu dilipat, maka ketika dipasang lagi tidak perlu panggil tukang.
Kutelepon anakku yang paling besar dan kuberi tugas untuk memasang meja itu, kemudian kuteleon juga anak nomor duaku untuk membantu kakanya merangkai meja itu. Aku percaya, meskipun mereka belum pernah merangkai meja, tapi kemampuan mereka cukup memadai untuk memasang meja itu. Kreativitas anak “mbarepku”, sejauh ini kulihat berjalan dengan baik.
Meskipun ibunya menyangsikan kemampuan anak-anaknya, tapi buku Quantum Ikhlas mengajarkan bahwa kalau kita pecaya akan sesuatu, maka energi positif itu secara tidak sadar akan memancar dari diriku ke lingkunganku, sehingga aku tidak perlu ngomong, tapi anakku akan menerim apancaran enrgi positif dariku.
Buku Quantum Ikhlas memang luar biasa isinya. Sekarang aku jadi bisa mengerti, mengapa lingkungan rumahku (RT/RW), lingkungan kerjaku selalu penuh dengan orang-orang yang baik dan saling mengasihi. Sejak kecil, aku tinggal di Yogya, kemudian saat besar aku kerja dan pindah ke Aceh, Medan, Surabaya dan Jakarta. Di semua tempat itu aku selalu memperoleh lingkungan yang luar biasa baiknya. Bahkan orang yang tidak suka berteman denga orang lain, mereka pada berteman denganku.
Sampai di rumah, kulihat meja komputerku berserakan dan belum terbangun sedikitpun. Ini tantangan buatku. Aku harus mampu membuktikan bahwa energi positif yang kupancarkan mampu diserap oleh anak-anakku.
Kutunjukkan pada mereka dimana letak kertas petunjuk merangkai meja yang tersembunyi dengan aman di potongan meja itu. Satu persatu meja itu mulai dirangkai oleh anak mbarepku, dibantu adiknya (yang terlihat kurang bergairah, karena dia punya PR yang belum terselesaikan dan menunggu aku untuk menemaninya mengerjakan PR itu).
Setelah berkutat dengan berbagai masalah, ada kasus lampu mati (kelebihan beban), kemudian tidak samanya gambar dengan barang yang ada, maka akhirnya meja itu berhasil kita selesaikan dengan baik.
Alhamdulillah, dengan senyum yang ikhlas ternyata semua bisa terselesaikan. Buku Quantum Ikhlas kembali menambah warna hidup keluargaku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar