Biasanya sehabis Isya, aku sudah siap-siap bergulat dengan gulingku. Katanya, "malam diciptakan untuk tidur dan siang untuk kerja", jadi kumanfaatkan benar-benar saat malam untuk tidur.
Malam itu ketika aku sudah diambang tidur, kira-kira mata sudah nggak sampai 5 watt, anakku nomor dua menyodorkan telepon.
"Dari pak XX", kata anakku. Wah, kalau dari pak XX biasanya berita yang kurang bagus. Jadi kusiapkan diri untuk meyakinkan diriku, bahwa yang akan disampaikan pasti tentang suatu kesalah pahaman.
Pasti ada "missed" komunikasi disini. Jadi hati langsung pasan mode "ikhlas" dan "khuznudzon".
Bener saja, kalimat pertama sudah langsung menusuk, dan terus begitu sampai menit ketiga (kurang lebih). Kalimat atau kata-kata yang keluar dari mulutku hanya ita-itu saja.
"Oh ya?"
"Waduh, maaf ya pak..."
"Iya..iya..iya..."
Sampai menit ke lima, dia kayaknya sudah kehabisan kata-kata juga, sehingga kalimatnya mulai diulang-ulang.
Akupun mulai berani menambah kata lain, sehingga dia termotivasi untuk bercerita lagi. Lama-lama dia jadi lupa kalau harus marah-marah, yang terjadi kemudian adalah curhat yang saling melegakan masing-masing.
Aku dapat banyak ilmu dari dia, dan diapun dapat mencurahkan isi hatinya tanpa ada perlawanan dari lawan bicaranya.
Dia memang seorang bapak yang sangat berprestasi dan sangat banyak amalnya. Sayang saat ini dia sering dapet info dari orang yang kurang suka dengan keluargaku, sehingga dia jadi "negatif thinking" pada keluargaku.
Aku tidak bisa mencegah orang punya "negatif thinking" pada keluargaku, meskipun sering hati jadi sakit mendengarnya, tapi aku bisa mencegah untuk tdiak "negatif thinking" pada orang lain, jadi itulah yang kulakukan.
38 menit berlalu dan akhirnya acara telepon menjelang tidur selesailah sudah. Akupun melanjutkan tidurku dengan nyenyak. Semoga pembicaraan ini memberi manfaat bagi kita semua.
Inysa Allah. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar