Dengan pengorbanan itu, maka acara jadi tepat waktu dan acara selanjutnya mengalir dengan enak, karena tidak ada yang mesti diburu.
Apa selalu begitu?
Selalu lancar acaranya?
Nggak juga, kadang ketemu ketua panitia yang mikir2 untuk pidato tanpa penonton, tapi pernah juga ketemu ketua panitia yang mengajukan diri untuk dikorbankan.
Acara selanjutnya juga kadangtidak berjalan mulus. Kebiasaan jam karet membuat mereka belum siap naik panggung ketika jamnya sudah siap.
Disinilah baru diperlukan kreativitas sang pembawa acara. Ini tantangan yang menarik dan ketika berhasil melewatinya, rasanya lega banget deh.
Sekarang, saat sering jadi instruktur pelatihan, akupun mencoba membudayakan jam "non" karet. Hasilnya, belum kelihatan bener, tapi minimal acaraku kebanyakan tepat waktu.
Ini kiatnya, jadi instruktur dan acara dapat tepat waktu :
1. Jika jam "kuliah" sudah masuk, dan belum ada "audience", maka gak perlu gugup, nervous, merasa acara kita gak dianggap penting, dsb, tapi segera sapa "audience" dengan "ice breaking". Rumus pertama ini adalah "hargai mereka yang sudah datang tepat waktu". Pada kali lain, mereka akan tahu bahwa di acarakita tidak ada salahnya datangteopat waktu. Dijamin tidak nganggur.
2. Minta "audience" yang sudah masuk untuk mengisi kuis, test atau apa saja yang bisa menyibukkan mereka dan membuat mereka merasa kedatangannya bermanfaat [tidak sia-sia]. Yang terlambat akan mendapat pelajaran bahwa kita serius dengan pelatihan ini, dan memulai pelatihan dengan tepat waktu.
3. Silahkan isi sendiri kiat anda dan "sharing"-kan ke teman-teman anda [termasuk aku dunk].
Selamat ber"apa-saja" dan menjauhkan diri dari jam karet.
Dengan doa dan keyakinan yang kuat, maka jam karet pasti akan jauh dari kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar