Jumat, November 28, 2008

Diskusi sehabis Subuh

Setelah lama gak berdiskusi dengan anak-anak, tadi pagi sehabis subuh akhirnya bisa juga kita berdiskusi.
Topiknya adalah apa yang sebaiknya dilakukan oleh orang tua menjelang sholat subuh .

Ini topik yang menarik [bagiku], karena akhir-akhir ini memang suasana menjelang sholat subuh selalu agak kacau balau. Kalau mau cari kambing hitamnya, maka pasti telkomspeedy yang akan dituduh sebagai penyebabnya.

Benarkah demikian?

Kalau coba ditelusuri, maka sebelum ada paket gratis telkomspeedy mulai jam 20.00 s.d jam 08.00, maka kehidupan keluargaku berjalan dengan normal, dalam arti sholat jamaah subuh dapat dilaksanakan dengan tidak banyak effort. Kalaulah ada yang tidak normal , masih dalam taraf wajar deh.

Sejak adanya paket gratis itu, maka kehidupan berinternet anak-anak jadi berubah total. Mereka dengan setia menanti datangnya jam 20.00, baik dengan tiduran atau tidur.

Begitu jam 20.00 lewat sedikit, maka mulailah akses internet dibuka dan merekapun bisa keasyikan berinternet sampai berjam-jam,"mumpung gratis pak", begitu alasannya.

Mau dilarang, gak mempan lagi, karena ortunya juga memanfaatkan jam gratis itu dengan penuh euforia.
Sebelum ada paket gratis itu, maka setiap anak-anak akan melakukan sambungan ke internet selalu dipagari dengan tingginya biaya internet.

Bayangkan dari tagihan normal yang seharusnya cuma 200 ribu [paket kuota 1 GB], bisa berlipat-lipat mbayarnya, bahkan bisa melebihi tagihan paket unlimited.

He..he..he... berarti bukan paket gratisnya yang salah, tapi pengarahanku pada anak-anak tentang mahalnya akses internet yang membuat anak-anak jadi seperti kuda liar yang dilepas dari kandang.

Sebaiknya pembatasan akses inetrnet tidak melulu didasarkan atas besarnya biaya internet, tetapi diutamakan pada perlunya menjaga kombinasi antara bermain internet [di depan komputer] dan bersosialisasi dengan lingkungan [dengan meninggalkan meja komputer].

Anak pertamaku sudah "cacat" matanya karena terlalu rajin membaca + nongkrong di depan komputer. Model kursi dan meja komputer yang dipunyai juga membuat anak-anakku tidak memperhatikan masalah ergonomis.

Anak kedua dan ketiga juga mulai "cacat" matanya. ALhamdulillah, anak ketiga masih bisa ditolerir tanpa harus memakai kaca mata, asal rajin makan buah atau vitamin untuk kesehatan mata.

Kembali ke acara diskusi setelah sholat subuh, maka [ternyata] banyak masukan dari anak-anak yang membuat aku harus meninggalkan juga kebiasaanku [yang enak-enak].

Hari ini disepakati beberapa aturan baru [tapi lama] dan yang sebaiknya kutulis di internet agar ada masukan juga dari teman-teman pembaca.


  1. Jam tidur anak-anak adalah jam 22.00 [artinya maksimal internet adalah 2 jam]
  2. Jam tahajud, anak-anak diperbolehkan main internet lagi, dengan himbauan menyempatkan sholat sunah 2 rakaat.
  3. Yang harus sudah wudhu pertama kali adalah anak kedua atau bapak dan setelah wudhu tidak ada kegiatan menunggu wudhu dengan duduk-duduk di depan komputer [ini kebiasaanku yang sulit dilakukan, tapi harus kulakukan, lah sudah "commit" je!]
  4. Cara membangunkan anak harus lembut dan tidak boleh dengan cara mengguncang-ngguncang badan anak-anak ["seperti yang bapak lakukan pagi ini", kata anakku], seolah-olah anaknya "pasti" susah bangun.
  5. Ibu paling akhir wudhu, dan kalau sedang "libur" [gak sholat] dilarang tiduran di dekat tempat sholat, tapi cari kegiatan lain yang tidak terlihat oleh orang yang sedang sholat.
  6. PR [pekerjaan rumah bukan page rank] anak-anak sebaiknya dikerjakan malam hari [kalau sehabis subuh hasilnya sering ribut terus]
  7. Bapak dilarang [keras] mengancam menghukum anaknya yang lambat bangun.


Alhamdulillah, ternyata banyak usulan anak-anak yang tadinya jarang kulakukan.

Makasih nak , kalian telah mengingatkan ortumu dengan cara yang baik. Semoga menjadi amalan bagi kalian semua.
Insya Allah. Amin.

2 komentar:

Nyante Aza Lae mengatakan...

aturan yang sepertinya sepele..tapi justru pencerahan nih mass..makasih infonya!

Anonim mengatakan...

@Nyante Aza Lee

betul mas, sepele tapi yang itu saja sulit dilaksanakan
[kalau bisa dipersulit kenapa tidak? he...he...he...]

salam kompak mas