Jumat, November 30, 2007

Angkot 59 (lagi)

Karena alasan ngirit, maka kembali aku naik angkot untuk transport dari rumah (Cikarang) ke kantor (Cawang). Banyak memang teman-teman yang nanya, “kenapa gak naik mobil aja?” atau pertanyaan lain “kok gak pindah rumah aja ke dekat cawang sih?”

Untuk pertanyaan itu, aku sering menjawab diplomatis (dan sok moralis). Angkot adalah bentuk kepedulian kita terhadap polusi udara. Makin banyak pemilik kendaraan pribadi yang tertarik naik angkot, maka polusi udara akan makin menurun.

Kenapa tinggal di Cikarang, kok nggak nyari yang dekat-dekat Jakarta?

Ya jelas kan, tinggal di Cikarang biaya hidupnya lebih rendah dibanding di Jakarta. Udaranya masih relative lebih bersih, hari Minggu bisa jalan2 diseputaran rumah atau sepedaan. Pokoknya “back to nature” deh…!:-)

Seperti biasa, sore itu aku pulang kantor langsung nongkrong di tempat angkot 59 “ngetem” menunggu penuh penumpang. Di depanku seorang laki-laki ganteng yang ramah dan disampingku cewek cantik yang cuek dengan headphonenya (kayaknya kesambung dengan Nokia N73 deh).

Obrolan dengan lelaki ramah itu “ngalor ngidul” seputaran orang yang sering salah naik angkot. Maunya naik angkot 56 (jurusan Cibubur) tetapi selalu naik 59 (jurusan Cikarang). Kesamaan wajah (cat) mobil dan kemiripan angka (56 dengan 59) selalu dituding sebagai penyebabnya. Saat sore yang melelahkan, maka perbedaan angka 9 dan 6 sudah tak terlihat lagi, maka terjadilah salah naik angkot.

Kubilang sama mas yang didepanku itu, pernah waktu aku ngumpulin ongkos baru ketahuan kalau ada yang salah naik, padahal sebelum ngumpulin ongkos hampir semua penumpang pada membahas tentang orang yang salah naik angkot.

Pembicaraan terus berlanjut, dengan topik yang tetap sama. Maklum banyak banget kejadian yang mirip-mirip. Akhirnya tiba giliran ngumpulin ongkos, nah… terjadi lagi yang barusan dibahas.

Lha mas-mas yang duduk disamping mas yang kuajak ngobrol ternyata salah naik angkot. Yaaah, apes deh mas itu. Nggak mau ndengerin obrolan di sekitarnya sih. Mungkin karena bener-bener udah teler dihantam kerjaan seharian jadi masnya gak konsentrasi lagi waktu naik angkot, maunya tidur dan segera sampai di rumah untuk melanjutkan tidurnya.

Untung masih bisa turun di Jatibening dan kembali lagi ke Cawang. Peristiwa yang lain, kadang2 yang salah naik, baru bisa turun ketika sampai di Cikarang. Jadi rugi waktu 2 (dua) jam + 2x (dua kali) ongkos Cawang Cikarang deh.

Maghrib akhirnya sampai di Cikarang, cewek cantik di sebelahku teriak kenceng banget deh,

“KIRI!”.

Abis itu dia kaget sendiri dan ngomong sekali lagi dengan lirih. “kiri bang”, sambil melepas headphonenya.

Hi..hi…hi… kayaknya dia kekencengan nyetel music deh..

Yah ada-ada aja, akupun tersenyum manis membalas senyum tersipu-sipu sang cewek. Di pinggir jalan kulihat seorang laki-laki ganteng sudah menunggu cewek itu. Mereka kelihatan ketawa-ketiwi, mungkin mbahas cerita barusan.

Angkot 59, I Love You Forever, meskipun dirimu kusam, tapi hanya kau satu-satunya angkot termurah menuju Cikarang.

Berpikir Positip

Subject: Fw: [Forum-Pembaca-KOMPAS] Contoh BERPIKIR POSITIF
Ada seorang ibu rumah tangga yang memiliki 4 anak laki-laki. Urusan belanja, cucian, makan, kebersihan & kerapihan rumah dapat ditanganinya dengan baik. Rumah tampak selalu rapih, bersih & teratur dan suami serta anak-anaknya sangat menghargai pengabdiannya itu.
Cuma ada satu masalah, ibu yg pembersih ini sangat tidak suka kalau karpet di rumahnya kotor. Ia bisa meledak dan marah berkepanjangan hanya gara-gara melihat jejak sepatu di atas karpet, dan suasana tidak enak akan berlangsung seharian. Padahal, dengan 4 anak laki-laki di rumah, hal ini mudah sekali terjadi terjadi dan menyiksanya.
Atas saran keluarganya, ia pergi menemui seorang psikolog bernama Virginia Satir, dan menceritakan masalahnya. Setelah mendengarkan cerita sang ibu dengan penuh perhatian, Virginia Satir tersenyum & berkata kepada sang ibu :
"Ibu harap tutup mata ibu dan bayangkan apa yang akan saya katakan" Ibu itu kemudian menutup matanya. "Bayangkan rumah ibu yang rapih dan karpet ibu yang bersih mengembang, tak ternoda, tanpa kotoran, tanpa jejak sepatu, bagaimana perasaan ibu?"
Sambil tetap menutup mata, senyum ibu itu merekah, mukanya yg murung berubah cerah. Ia tampak senang dengan bayangan yang dilihatnya.

Virginia Satir melanjutkan; "Itu artinya tidak ada seorangpun di rumah ibu. Tak ada suami, tak ada anak-anak, tak terdengar gurau canda dan tawa ceria mereka. Rumah ibu sepi dan kosong tanpa orang-orang yang ibu kasihi".

Seketika muka ibu itu berubah keruh, senyumnya langsung menghilang, napasnya mengandung isak. Perasaannya terguncang. Pikirannya langsung cemas membayangkan apa yang tengah terjadi pada suami dan anak-anaknya.

"Sekarang lihat kembali karpet itu, ibu melihat jejak sepatu & kotoran disana, artinya suami dan anak-anak ibu ada di rumah, orang-orang yang ibu cintai ada bersama ibu dan kehadiran mereka menghangatkan hati ibu".
Ibu itu mulai tersenyum kembali, ia merasa nyaman dengan visualisasi tsb.
"Sekarang bukalah mata ibu" Ibu itu membuka matanya "Bagaimana, apakah karpet kotor masih menjadi masalah buat ibu?"
Ibu itu tersenyum dan menggelengkan kepalanya. "Aku tahu maksud anda" ujar sang ibu, "Jika kita melihat dengan sudut yang tepat, maka hal yang tampak negatif dapat dilihat secara positif".
Sejak saat itu, sang ibu tak pernah lagi mengeluh soal karpetnya yang kotor, karena setiap melihat jejak sepatu disana, ia tahu, keluarga yg dikasihinya ada di rumah.
Kisah di atas adalah kisah nyata. Virginia Satir adalah seorang psikolog terkenal yang mengilhami Richard Binder & John Adler untuk menciptakan NLP (Neurolinguistic Programming) . Dan teknik yang dipakainya di atas disebut Reframing, yaitu bagaimana kita 'membingkai ulang' sudut pandang kita sehingga sesuatu yg tadinya negatif dapat menjadi positif, salah satu caranya dengan mengubah sudut pandangnya.
Berikut ini beberapa contoh pengubahan sudut pandang :
Saya BERSYUKUR;
1. Untuk istri yang mengatakan malam ini kita hanya makan mie instan, karena itu artinya ia bersamaku bukan dengan orang lain
2. Untuk suami yang hanya duduk malas di sofa menonton TV, karena itu artinya ia berada di rumah dan bukan di bar, kafe, atau di tempat mesum.
3. Untuk anak-anak yang ribut mengeluh tentang banyak hal, karena itu artinya mereka di rumah dan tidak jadi anak jalanan
4. Untuk Tagihan Pajak yang cukup besar, karena itu artinya saya bekerja dan digaji tinggi
5. Untuk sampah dan kotoran bekas pesta yang harus saya bersihkan, karena itu artinya keluarga kami dikelilingi banyak teman
6. Untuk pakaian yang mulai kesempitan, karena itu artinya saya cukup makan

7. Untuk rasa lelah, capai dan penat di penghujung hari, karena itu artinya saya masih mampu bekerja keras
8. Untuk semua kritik yang saya dengar tentang pemerintah, karena itu artinya masih ada kebebasan berpendapat
9. Untuk bunyi alarm keras jam 5 pagi yg membangunkan saya, karena itu artinya saya masih bisa terbangun, masih hidup

10. Untuk semua masalah dan penderitaan hidup yang saya alami, karena itu artinya saya memiliki pengharapan hidup kekal yang penuh sukacita di surga.

Rabu, November 28, 2007

Disukai Orang Lain

Menjadi Pribadi Yang Disukai Di Kantor

APA yang diperlukan untuk memudahkan peningkatan karir?
Ternyata pencapaian karir yang baik tidak melulu diukur dari keterampilan, keahlian, loyalitas, maupun prestasi. Semua ini belum cukup untuk mengantarkan anda kepada jenjang karir yang tinggi.
Ada hal lain yang tidak kalah penting, yaitu kepedulian terhadap rekan dan lingkungan kerja yang pada intinya, untuk mendukung mulusnya karir anda, anda dituntut untuk menjadi pribadi yang disukai. Coba simak berikut ini :

 Hargai Privasi Orang Lain
Dimanapun anda berada, anda tetap harus menjaga privasi orang lain. Kalau anda termasuk orang yang kurang bisa menghargai wilayah pribadi orang lain, mulai sekarang belajarlah untuk melakukannya. Termasuk untuk hal-hal yang kesannya sepele. Misalnya mengetuk pintu ruangan kerja orang lain sebelum anda masuk, Tahan pula keinginan anda untuk membaca surat-surat atau apapun yang berada dimeja kerja rekan anda. Jika ingin menggunakan benda milik rekan, biasakan untuk meminta ijin dulu

 Patuhi Peraturan
Sekalipuun perusahaan anda tempat bekerja tergolong longgar dalam menetapkan peraturan terhadap karyawannya, jangan pernah sekalipun mengambil keuntungan atau memanfaatkan kondisi tersebut. Misalnya, kebiasaan datang terlambat kekantor hanya karena tidak ada yang menegur. Menelepon rekan keluar kota bahkan keluar negeri berjam-jam atau menggunakan mesin kopi yuntuk kepentingan pribadi hingga berlembar-lembar.

 Jaga Kebersihan dan Kerapihan
Dimana-mana, kebersihan harus selalu dijaga, terlebih dilingkungan kantor. Pribadi yang jorok dan malas menjaga kebersihan jelas bukanlah pribadi yang menyenangkan. Jangan biarkan sisa makanan atau kertas kotor berserakan dimeja kerja anda. Meja yang rapih dan bersih akan membuat anda lebih nyaman dan menambah semangat kerja, selain itu gunakan pakaian yang bersih dan telah disetrika dengan baik.
 Jaga Mulut
Di lingkungan kantor, anda harus pandai-pandai menjaga mulut anda. Harus tahu kapan saatnya angkat bicara dan kapan harus menutup mulut rapat-rapat. Jangan mengobrol omongan tentang keburukan teman atau menyebarkan gosip atau membicarakan hal negatip tentang orang lain. Jika bos menyampaikan suatu rahasia pada anda, jangan sekalipun membocorkannya pada rekan-rekan yang lain. Karena kebiasaan bermulut ember akan mengurangi kredibilitas anda di mata rekan-rekan.
Jangan Berhutang
Kadang dalam kondisi kepepet anda terpaksa meminjamkan duit rekan anda untuk suatu keperluan. Misalnya saat makan bareng, sementara anda lupa membawa uang. Kalau memang anda terpaksa meminjam, kembalikan secepatnya. Jangan sampai anda dicap pura-pura lupa karena kelamaan membayar. Walaupun jumlah yang anda pinjam itu kecil, tetapi yang namanya hutang harus segera anda lunasi. Jangan lupa ucapkan terima kasih ketika mengembalikannya.
 Bersedia Membantu
Jika rekan anda meminta bantuan anda dan kebetulan anda mampu melakukannya, jangan ragu untuk membantunya. Kesediaan meringankan beban orang lain akan membuat anda semakin disegani oleh rekan-rekan anda. Bukankah sekali waktu anda pun memerlukan bantuan rekan anda ?

Nah, Tidak terlalu sulit kan untuk menjadi pribadi yang disukai di kantor? Tapi ingat lakukan semuanya dengan tulus. Jangan sekalipun melakukannya hanya sekedar topeng pergaulan dan basa-basi. Jika anda melakukannya dengan baik, anda bukan hanya berhasil merebut simpati rekan-rekan anda tetapi juga akan membantu memuluskan lajunya karir anda kejenjang yang lebih tinggi. Bukankah kesuksesan seseorang dalam karir juga ditunjang oleh pribadinya yang mempesona?


Sumber : Internet

Senin, November 26, 2007

ESQ (lagi)






Hari Sabtu dan Minggu, 24-25 Nopember 2007 ada 4 titik training ESQ secara serempak di sekitar Jakarta: Eksekutif di JCC, Reguler Jak Sel, Reguler Bekasi, Reguler Bogor.

Sungguh ESQ makin fenomenal saja. Hari Sabtu Minggu itu aku nganter istriku yang belum sempat ikut ESQ reguler di Bekasi, sehingga sekarang tinggal si kecil bungsu yang belum sempat ikut ESQ.

Dalam anganku, bila satu keluarga sudah ikut ESQ, maka kita sudah punya platform yang sama, frekuensi ngomong kita sama, sehingga semoga keluargaku menjadi keluarga yang sakinah, mawadah warochmah.

Amin



Rabu, November 21, 2007

Berbagi Ilmu

Sepulang dari rapat panitia Workshop Value Engineering di kantor Menpera, aku mampir untuk makan siang di RM Ny. Suharti. Sambil menunggu pesanan datang, aku ambil air wudhu dan bersiap untuk sholat Dhuhur.

Saat itulah aku bertemu dengan beberapa kawan dari PP (Pembangunan Perumahan), yan juga akan menunaikan sholat Dhuhur. Mereka memintaku menjadi imam, dan kamipun sholat jamaah.

Saat memakai sepatu, seusai sholat, kamipun ngobrol ngalor ngidul, dan mereka (kawan-kawan PP) bercerita bahwa sedang melakukan sharing knowledge antar proyek. Beberapa personil proyek dari berbagai proyek berkumpul dan melihat pelaksanaan proyek lain, sehingga terjadi interaksi positif yang memberikan sinergi bagi perusahaan.

Akupun jadi inget, sekitar 10-15 tahun lalu. Waskita Wilayah I (Sumut-NAD-Riau) sering mengadakan acara semacam ini. Yang paling berkesan ketika ngadain acara “sharing knowledge” di Pematang Siantar. Saat itu, belum banyak proyek Gedung di Wilayah I, sehingga kemampuan yang dipunyai oleh personil Wilayah I belum merata untuk mengerjakan proyek Gedung.

Ada tanya jawab tentang pelaksanaan pekerjaan di item-item tertentu dan ada juga presentasi untuk melaksanakan pekerjaan di item-item tertentu. Tips-tips berhamburan disini, dan (sayangnya) saat itu lupa dicatet, sehingga hanya nempel di kepala personil Waskita tapi belum nempel di organisasi Waskita.

Minggu depan, Senin 26 Nopember 2007, Waskita akan mencoba sharing knowledge pada workshop value engineering untuk pembuatan rumah susun sederhana bertingkat tinggi. Di forum ini Waskita mencoba tidak hanya melakukan sharing dengan sesama personil Waskita, tetapi sudah melakukan sharing knowledge dengan masyarakat, mulai dari user, pengembang, LSM, perguruan tinggi, pemda, dan siapapun pemerhati yang hadir pada acara tersebut.

Saat ini biaya rusun dipatok sekitar 2.2 juta per m2, diharapkan dengan adanya workshop ini akan ada penghematan disana-sini, sehingga angka tersebut bisa dikurangi lagi.

Harapannya memang terciptanya rusun yang murah (tapi tidak murahan), kokoh (tahan gempa) dan laik pakai.

Intinya, semua pihak yang terlibat dalam pembuatan rusun ini ada dalam posisi beruntung, tidak ada satupun yang dirugikan, Ini seperti ajaran Muhammad SAW saat melakukan perniagaan, “kita harus memastikan bahwa semua pihak yang terlibat dalam perniagaan ini dalam kondisi beruntung dan tidak ada yang dirugikan”.

Insya Allah, harapan ini terkabul.

Amin.

Sabtu, November 03, 2007

Kalung SBY

Ketika ngobrol dengan pak Prihadi, direktur BRIngin Life, kaget juga mendengar istilah kalung SBY. Darimana muncul istilah itu, tapi akhirnya maklum juga, soalnya hampir semua penjual kalung biofir selalu membawa foto pak SBY yang sedang memakai kalung putih itu.

Tahun 2006 lalu, ketika masuk di ruangan pak Prihadi (yang lain), Kepala Divisi I PT Waskita Karya, aku dikenalkan dengan kalung itu. Wuihhh mahalnya kalung itu. Satu juta tiga ratus rebu untuk seuntai kalung yang terlihat tidak terlalu istimewa. Dengan setengah hati, kubeli kalung itu, maklum sayang juga duit sebanyak itu hanya dapet seuntai kalung putih yang nggak jelas manfaatnya.

Ketika pak Herman Budiarto, kabag loglat Divisi I masuk membawa sepotong es batu yang airnya menetes melalui sela-sela jarinya maka aku sedikit terbelalak. Ternyata ketika kalung itu didekatkan dengan potongan es batu itu, tetesan air dari potongan es terlihat makin deras, Sedikit tidak percaya kuulangi lagi proses itu, dan akhirnya aku jadi mantap.

Langsung saja aku beli tiga kalung, satu untuk ibu tercinta, bapak mertua dan untuk aku sendiri. Maklum, semenjak pindah ke Jakarta gak lagi bisa berolah raga dengan teratur. Di Surabaya saja yang bisa olah raga, hasil medical check up kurang menggembirakan apalagi kalau nggak bisa olah raga kayak di Jakarta ini.

Aku akhirnya harus bilang inilah kalung yang ajaib. Ternyata hasil medical check upku tidak ada nilai merahnya. Semua item terkontrol dengan baik. Di umur 48 ini, kolesterolku masih bagus, asam urat tidak masalah, dan begitu juga ukuran-ukuran kesehatan yang lain. Semua masih ada di toleransi aman dan tidak ada yang keluar dari toleransi. Ini sungguh berbeda dengan hasil medical check-up di Surabaya yang banyak merahnya.

Alhamdulillah, puji syukur pada Allah swt yan telah mengenalkan aku dengan kalung ini. Semoga semua orang yang membaca cerita ini dan pingin memakai kalung itu mendapat manfaat yang sama dengan yang kuterima.

Amin।



Human Capital Management (lanjutan)

Pada era Human Resources Management, yang dikejar-kejar adalah bagaimana seseorang mempunyai kompetensi sesuai dengan jabatan/posisi kerjanya. Sementara itu para CEO sudah mulai berpikir bagaimana caranya bersaing dalam bisnis yang semakin ketat. Metode kerja sudah "menthok", model pemasaran sudah optimal, kompetensi setiap orang sudah sesuai dan kinerja perusahaan masih belum memberikan pertumbuhan yang menggembirakan.

Konsep Human Capital Management (HCM) menjawab pemikiran itu dengan menempatkan insan pekerja yang bertalenta tinggi untuk menempati jabatan/posisi yang cocok dengan talenta mereka. Pertanyaan yang muncul memang kemudian adalah bagaimana jika dalam suatu organisasi ditemukan sebagian besar talenta insan pekerja ternyata tidak sesuai dengan posisi mereka. Apakah perlu PHK besar-besaran, atau adakah jurus ampuh untuk menangani hal tersebut?

Nampaknya para ahli akan kesulitan menjawab pertanyaan itu, apalagi kalau organisasi itu adalah organisasi pemerintah atau BUMN. PHK untuk pegawai negeri sipil ataupun pegawai BUMN tentu butuh perjalanan yang berliku. Itu sebabnya Sofyan Djalil, Meneg BUMN, ketika bicara tentang HCM di forum ekselen BUMN Nopember 2007, sangat gembira ketika mengetahui insan pekerja barunya ternyata bertalenta sangat tinggi. Dia tidak pernah cerita tentang pekerja lamanya, karena nampaknya lebih bermanfaat kalau meningkatkan talenta insan pekerja barunya daripada pusing menempatkan insan pekerja lamanya.

Manusia dalam suatu organisasi sudah bukan dimonopoli oleh bagian personalia saja. Pengelolaan mereka sudah menjadi tanggung jawab semua unsure organisasi. Semua bagian mempunyai peran dalam membina insan pekerjanya. Urusannya bukan hanya masalah administrasi saja, tetapi sudah lebih luas lagi.

Pimpinan yang baik adalah seseorang yang mampu menunjukkan komitmennya, mampu menjadi "role" model yang baik, mampu member motivasi anak buahnya, memberdayakan anak buahnya dan memberikan hadiah/hukuman sesuai prestasi kerja anak buahnya. Artinya disinilah peran pimpinan, dimanapun dia berada, untuk mengelola manusia yang ada dalam pimpinannya untuk melakukan sinergi, menyelesaikan job load yang ada agar kinerja organisasi meningkat.

Malcolm Baldrige Criteria for Performance Excellence versi 2007, juga sudah mulai mengadopsi HCM ini. Kategori 5 yang tadinya membahas manusia sebagai sumber daya, sudah membahas manusia sebagai workforce, sehingga siapapun dia, asal terlibat dalam penyelesaian suatu misi, maka harus dikelola dengan baik, artinya tidak hanya pekerja kita yang diperhatikan, tapi bisa melebar ke konsultan, tamu, komunitas. LSM, dll.

Kepuasan pegawai saja dianggap tidak cukup, harus ada proses lain yang membuat manusia/pekerja merasa terikat oleh organisasi. Harus ada proses yang menciptakan iklim keterikatan tersebut. Inilah inti dari workforce engagement. Semua pekerja merasa terikat secara emosional maupun intelektual dengan perusahaan. Mereka tidak lagi perlu disuruh untuk bekerja, karena mereka merasa bekerja adalah bagian dari kebutuhan hidup, dan kalau bekerja sudah menjadi kebutuhan, maka bila memang pekerja itu adalah termasuk "the right man on the right place", maka kinerja organisasi dipastikan akan meningkat.

Pelatihan yang diadakan oleh ESQ Way 165 yang menghebohkan, karena mahalnya dan larisnya, juga menggarap manusia sebagai modal paling berharga dari organisasi. Mereka cuci otak peserta pelatihan dan memberikan isi otak baru berupa suara hati yang harus diikuti. Tentu saja dengan mengikuti suara hati, dan selalu merasa ada malaikat yang mencatat semua perbuatan baik mereka, maka merekapun akan bekerja dengan sepenuh hati. Hasilnya kembali pada kinerja organisasi yang meningkat.

Saat ini HCM sudah menjadi paradigma baru yang populer, dan bagi yang tidak mau mengikuti paradigma ini, tentu akan ketinggalan "sepur", dibanding mereka yang sudah menerapkan HCM dalam pengelolaan insan pekerja mereka.

Jumat, November 02, 2007

Human Capital


Era manusia sebagai sumber daya perlahan mulai tergeser dengan paradigma baru, yaitu manusia sebagai modal. Manusia bukan lagi menjadi obyek, seperti sumber daya air, minyak atau apapun.


Manusia adalah subyek yang harus dikelola seperli layaknya mengelola modal. Pelatihan terhadap peningkatan kompetensi manusia sudah dilakukan tidak mengutamakan analisa gap, tapi sudah berdasar analisa talenta.


Pada era Human Resources Management, maka manusia dilihat kompetensinya dan dibandingkan dengan kompetensi yang dipersyaratkan untuk menduduki jabatan/posisinya saat ini. Bila kompetensi yang didapat berdasar hasil pengukuran melebihi atau sama dengan kompetensi yang dipersyaratkan, maka pelatihan yang diberikan lebih bersifat sebagai pengembangan diri atau pengkayaan (enrichment).


Namun bila hasil pengukuran menunjukkan lebih rendah dari kompetensi yang dipersyaratkan, maka untuk menghilangkan kelemahan ini (weakness) diberikanlah pelatihan yang sesuai. Jadi pada kasus ini, ekstrimnya seseorang "dipaksa" untuk bekerja ditempat yang tidak sesuai dengan kompetensinya dan diberi pelatihan agar kompetensinya sesuai dengan yang dipersyaratkan.


Pada Human Capital Management, maka manusia perlu dicari dulu talentanya dan kemudian pelatihan yang diberikan mengacu pada talenta yang dipunyai oleh manusia tersebut.


Jadi pada kasus ini, manusia dikembangkan berdasar talentanya, sehingga talenta yang dimilikinya termanfaatkan secara optimal.


Berdasar talenta yang dimilikinya, maka ditempatkanlah manusia di jabatan/posisi kerja yang sesuai. Disini dikenal dengan istilah the right man on the right place. Bila terjadi hal seperti ini, maka secara otomatis perusahaan/organisasi akan meningkat kapabilitasnya.


Setiap tindakan yang dilakukan terhadap manusia, harus dicari benang merahnya ke hasil apa yang akan ditingkatkan dengan tindakan tersebut. Sebagus apapun tindakan kita terhadap manusia, bila tidak mempengaruhi hasil/kinerja perusahaan/organisasi, maka itu adalah tindakan pemborosan yang sia-sia.


Duit satu rupiah yang dibelanjakan tidak pada tempatnya adalah pemborosan, sedangkan duit satu milyard, jika dibelanjakan sesuai dengan porsinya, maka tidak akan disebut sebagai pemborosan.


(istirahat dulu nulisnya....)

gambar diambil dari http://www.cepari.nl/resources/images/koortdanser.jpg