Minggu, Mei 20, 2012

Ulang Tahun

Sejak kecil aku terbiasa merayakan ulang tahun, bila ulang tahunku tidak dirayakan, maka mukaku jadi seperti ditekuk-tekuk. Aku ingat ketika ulang tahunku tidak akan diadakan, saat itu aku umur 14 tahun, rasanya seperti sedang mendapat musibah sangat besar.
Ketika akhirnya ulang tahun tetap diadakan, maka wajah tertekukku masih terlihat di beberapa foto ulang tahunku. Padahal waktu itu, tahun 1973, untuk urusan foto memfoto masih perlu usaha yang keras agar bisa terlaksana.
Rasanya ingin bersujud di hadapan bapak dan ibu yang telah bersusah payah mengadakan acara ulang tahun dan mendapat hadiah sebuah wajah tertekuk anaknya di depan tumpeng nasi kuning. Ampuni anakmu ini ya Bapak ya Ibu.
Astaghfirullah.

Menginjak dewasa, setelah bisa mencari uang sendiri dan mulai mengenal apa arti ulang tahun, maka aku mulai menyadari, bahwa makna ulang tahun bukan berada pada kue ulang tahun atau tumpeng nasi kuningnya, tapi pada makin berkurangnya umur kita. Angkanya bertambah tapi jatah hidupnya berkurang.
Aku tetap mengadakan acara ulang tahun, tetapi sudah meninggalkan simbol-simbol ulang tahun saat aku berulang tahun. Aku sering mengundang teman-teman dekat untuk kumpul pada hari ulang tahunku, tanpa mereka tahu bahwa hari pertemuan itu adalah hari ulang tahunku.

Sayangnya facebook telah membuat semua tahu hari ulang tahunku dan aku sudah tidak bisa lagi menyembunyikan hari ulang tahunku. Sejak punya anak yang tahu lezatnya kue tart, ulang tahunku juga mulai dihiasi simbol-simbol ulang tahun, mulai kue tart sampai ke jumlah lilin di atas kue tart.
Jam 00.00 pas hari lahir selalu diisi dengan berdiskusi bersama di antara keluarga ini. Kita saling bercanda di waktu "lingsir wengi" tersebut, sambil menikmati lezatnya kue tart. Sayang saat Haslita ulang tahun, aku terlalu capek untuk bangun, sehingga baru bisa mengucapkan ulang tahun ketika bangun untuk subuhan.
Semoga keluargaku memahami bahwa perayaan ulang tahun adalah saat kita melakukan hitungan terhadap apa yang sudah kita kerjakan dan yang belum kita kerjakan untuk menabung amal menghadapi saat Allah swt memanggil kita.
Kue tart, lilin dan hal-hal lain adalah pernak pernik duniawi yang tidak menjadi esensi dari perayaan ulang tahun.
Selamat ulang tahun mbak Lita, salah satu anakku yang hobinya sama denganku ; MEMOTRET !:-)


Minggu, Mei 06, 2012

Gowes tanpa Lilo

Biasanya Minggu pagi adalah acara rutin gowes dengan komunitas sepeda S3 UGM. Berkumpul di Gelanggang Mahasiswa UGM dan kemudian menuju ke warung terdekat. Jadi acaranya sebenarnya adlah wisata kuliner, tetapi pesrtanya semuany anaik sepeda.

Yang paling sering kuajak sepedaan Minggu pagi adalah Lilo, anak ragilku, meskipun pernah juga sepedaan dengan ibunya Lilo. Pagi ini Lilo tidak kuajak sepedaan, aku tidak ingin dia kecapekan dan tidak bisa konsentrasi belajar, padahal besok dia mau ikut ujian kelulusan SD.

Beda banget metode belajar anak sekarang dengan di jamanku dulu. Rasanya ada niat untuk belajar yang rajin, lulus menjadi yang terbaik dan mendapatkan sekolah lanjutan yang terbaik.

Sekarang kok kayaknya Lilo tidak begitu peduli dengan nilai kelulusan ya?

Dia bahkan sudah tahu bahwa nanti dia akan sekolah di SMP mana dengan prediksi nilai yang didapat selama sekolah dan mengikuti beberapa try out.

"Aku nanati sekolah di SMP Y pak, tenang saja"

"Kenapa tidak di SMP X? Bukankah lebih bagus?"

"Nilaiku tidak cukup pak untuk kesana biarpun aku belajar setengah mati"

"Jadi ?"

"Kan sama saja, yang penting sekolah di SMP yang dekat dengan rumah"

Aku dan ibunya Lilo sering geleng-geleng kepala melihat perilaku anak-anak jaman sekarang. Kadang orang tua lebih khawatir dibanding anaknya, sangat berbeda dengan jaman kita masih menjadi anak dulu, tidak ada orang tua yang kebingungan mengurusi belajar anak-anaknya.

Mau sekolah juga kita cari SMP/SMA yang cocok, nanti tinggal lapor. Bandingkan dengan jaman sekarang dimana orang tua yang dibuat kalangkabut mencarikan sekolah untuk anaknya. Jaman sudah berubah dan kita harus siap menghadapinya. Setiap hari kita belajar menjadi orang tua yang baik bualau ilmu mendidik anak kit amasih belum cukup.

Masih perlu terus belajar mendidik anak.



Jadilah pagi ini aku mengajak ibunya anak-anak dan salah satu anakku yang jarang di umah. Dengan anak yang lain aku sering bertemu, tapi kalau dengan anak yang satu ini aku harus lebih bersabar dan membuat jadwal  yang masuk akal agar bisa bertemu dengannya.

Tidak peduli tanggal merah atau hari libur, selalu saja ada kegiatan yang diikuti oleh anakku. Segala macam kepanitiaan diikutinya dan juga segala kegiatan sekolah yang bagi dia menarik semuanya akan dia ikuti.

Cari-cari makanan dan minuman akhirnya sampai juga di Bronkos PDHI dan dengan lahap sepiring penuh oseng-oseng mercon ditambah bronkos masuk sudah ke perut. Alhamdulillah, ternyata bahagia itu gampang ya... !:-)



.
.