Senin, November 28, 2011

Sekuntum Mawar Merah buat Istri Tercinta

Pagi-pagi aku dibuatkan ayam bacem. Sebuah menu kesayanganku yang lama kuidamkan, meskipun rencananya aku yang akan masak sendiri untuk anak-anakku.

Seusai menyajikan menu masakan kesayangan ini, yang cukup lama dibuatnya, sampai aku teler nunggunya, tapi semua jadi terlupakan ketika lidah ini mengecap rasa nikmatnya ayam bacem khas bu Eko. Inilah ayam bacem SEHATI ! Dibuat dengan hati bukan dengan kaki.

Istriku masih di belakang ketika aku pelan-pelan, mengendap-endap mengambil sekuntum mawar merah yang kusimpan di tas ranselku. Kulihat kondisi mawar masih bagus dan tidak rusak sedikitpun meskipun sudah mengarungi perjalanan cukup jauh.

Tanpa kalimat panjang kuserahkan mawar merah untuk istriku yang sedang berjalan keluar dari dapur.

"Untuk ibu yang kusayangi"

Akibat kalimat singkat itu, akupun diberi sebuah pelukan hangat dan mesra. Ah... anda tahu sebelumnya, aku akan tiap hari membawa bunga mawar merah agar mendapat pelukan seperti ini. (*lebay mode ON).

Pelukan sudah didapat, apa lagi ya yang akan kudapat dari istriku (wah.. malah mode tidak ikhlas yang muncul).

Benar juga, gara-gara mode nggak ikhlas muncul, akhirnya aku malah disuruh nyuci piring seabrek.

"Gakda pembantu hari ini dan cucian semua numpuk. Bapak cuciin ya?"

Akupun tersenyum manisssss banget (kubuat seikhlas mungkin) dan akupun menuju tempat cuci piring. Lengkaplah sudah cucian hari itu kuselesaikan berdua dengan istriku. Mulai dari gelas, piring, wajan, semua alat masak jadi bersih kinclong kembali.

Alhamdulillah, aku bisa ikhlas menjalaninya.


Kamis, November 24, 2011

Sepedaan ditemani mas LiLo

Seperti biasa, setiap hari Minggu pagi, aku selalu menyempatkan diri untuk bersepeda bersama mas LiLo. Kali ini kita memakai seragam KULINUS, Kuliner Nusantara, yang baru kita terima dari komunitas Kulinus.

Sehari sebelumnya, aku kontak mas Tri Sudarsono, kawan lama main teater dan mengajaknya untuk ikut bersepeda gembira di hari Minggu. Mas Tri menyanggupi untuk kujemput dan kitapun bersama-sama menuju Gelangagng Mahasiswa UGM.



Ternyata suasana Gelanggang Mahasiswa masih sepi, sehingga kita melanjutkan sepedaan menuju ke Lapangan Pancasila (GSP) UGM. Disini ada lomba Kambing Etawa dan Lilo mengabadikannya melalui camera ponselnya. Lilo yang berumur 12 tahun ternyata kalah besar dibandingkan dengan seekor kambing yang berumur 13 bulan.



Beberapa kali Lilo mengambil gambar sang Kambing yang memang gedhe banget. Mungkin Lilo sangat terkesan dengan kambing yang begitu besar dan dirawat dengan begitu penuh perhatian oleh para pemiliknya. Ada puluhan Kambing sejenis yang dilombakan oleh Fakultas Kedokteran Hewan UGM di hari itu.


Pagi yang cerah dan suasana hati yang riang gembira membuat acara sepedaan sambil nonton Kambing Etawa ini terasa sangat menyenangkan.


Begitu melihat ada panggung di tengah lapangan, akupun jadi ingin naik panggung. Acara narsis berjamaah di Panggungpun berlangsung dengan aman.


Dulu, waktu anak-anakku masih kecil semua, kita memang sering bersepedaan bersama-sama. Ada beberapa sepeda di rumah dan semua kita pakai. Saat ini ketika anak-anak sudah besar, sudah SMA, maka kegiatan bersepeda bersama jadi sangat langka. Selalu saja ada kendala kalau mau bersepedaan bersama.


Saat ini hanya Lilo yang masih setia menemaniku. Semoga sampai kapanpun Lilo masih setia menemani bapaknya yang kurang olah raga ini. Bersama Lilo, acara sepedaan selalu membuatku bergembira dan beersemangat, meskipun sering kalah adu balap dengan Lilo. Maklum napas tua ini kalah jauh kalau dibanding napas Lilo yang masih ABG.

Terima kasih ya mas lilo.

Minggu, November 13, 2011

Jalan Pagi berduaan

Pagi sudah datang dan aku juga sudah siap untuk menyambut pagi ini dengan jalan pagi ditemani istri tercinta + tersayang. Namanya juga istri, ya pasti tercinta dan tersayang.

Kita mulai dengan ngobrol tentang apa saja sepanjang jalan sampai akhirnya kita mulai saling memotret memakai ponsel. Tustel memang tadinya sengaja kita tinggal biar fokus ke jalan pagi sambil ngobrol berduaan, tapi lama-lama semangat narsis ternyata tidak bisa hilang begitu saja.



Yang jadi model pertama adalah patung Ikan Sura dan Buaya sebagai background dari wajah istriku. Setelah itu, gantian istri yang memotretku di posisi yang mirip.



Saat melewati jembatan, kita tidak lupa mengabadikannya. Lengkap dengan koran khas Surabaya. Jawa Pos. Inilah koran yang membuat kita selalu ingat dengan Menteri BUMN saat ini. Dahlan Iskan.



Setelah lewat jembatan, maka yang perlu diabadikan adalah MonKasel, Monumen Kapal Selam Surabaya.



Melewati Delta Plaza, ada sebuah jembatan penyeberangan. Naiklah kita berdua dan ngobrol lagi di atas jembatan yang masih sepi. Tidak lupa kembali sang potographer beraksi mengambil gambar suasana di sepanjang jalan yang masih sepi.



Pengalaman yang bikin geli adalah ketika nonton film di Delta Plaza. Jam tayang yang cocok hanya film berjudul Perfect House. Tadinya kita pikir itu film import, ternyata film dalam negeri yang bergenre Psycho Thriller. Wah sudah nonton mbayar kok ya masih dibikin deg-degan segala ya.

Surabaya memang selalu indah dikenang karena lebih lima tahun aku bersliweran di kota ini. Minggu sebelumnya sempat juga ikut hadir di acara Blogger Nusantara. Kopdar Blogger terbesar yang dikemas dalam nuansa wong nDeso dan gendeng kabeh.

Malam menjelang dan akupun harus tidur, besok adalah perjalanan pagi-pagi banget ke Jakarta. Salam sehati.