Ramadhan ini, aku ikut dua kegiatan virtual, semuanya bertema Ramadhan 1440H, bedanya yang satu dibuat di aplikasi under android dan under iOS sedang yang satunya harus setoRUN memakai aplikasi masing-masing (Strava, Endomondo dll).
Sahur pertama Ramadhan 1440H kujalani bersama anak istri, minus anak nomor dua yang tinggal di lain kota. Saat berbuka puasa, barulah kujalani bersama anak nomor dua, menikmati menu berbuka puasa yangh sama modelnya. Memang kebetulan selera kita berdua pas sedang sama, jadi ketika beli lauk, pilihannya sama, IGA BAKAR !
Yang berbeda cara melahapnya, aku mencoba membiasakan sehabis sholat tarawikh, sedangjkan anak nomor dua, begitu maghrib langsung menyantap menu IGA BAKAr dengan lahap. Akhirnya akupun sepulang dari masjid ikut menyantap habis IGA bakarku. Saat sholat tarwikh baru terasa tidak nyamannya aku dalam mengikuti imam.
Perut yang kenyang dan AC yang sejuk semilir di masjid, membuatku harus penuh konsntrasi menjaga leher kepalaku yang mulai terserang kantuk, leherku jadi tak setegar ketika waktu masih puasa.
Memang nasihat untuk makan dan minum secukupnya tidak kupatuhi saat aku berbuka puasa. Semua hidangan hanya sekejap saja sudah berpindah ke mulut, sehingga "khusyu" menikmati alunan imam sholat yang kebetulan cukup panjang bacaannya. Setidaknya lebih panjang dari bacaan surat wajibku saat sholat sendirian.
Berbeda dengan sholat tarwikh pertamaku di Jogja, saat itu aku tidak kekenyangan dan badan terasa tegar menghadapi imam yang membaca surat Ar-Rahman dengan merdu mendayu. Surat yanhg tidak terlalu panjang itu dibaca imam dengan tajwid dan mahroj yang nikmat didengar, sehingga sampai selesai tidak terasa panjang, padahal durasinya cukup panjang.
Aku jadi ingat teori relitifitas dari Einstein, semenit di atas penggorengan yang panas dan semenit bersama kekasih hati (pacar) akan terasa jauh perbedaannya, padahal dua-duanya mempunyai durasi yang sama, SEMENIT !