Senin, Januari 07, 2013

Gowes Pagi

Seperti biasa, setiap minggu aku selalu gowes pagi bersama teman-teman alumni UGM. Kita kumpul di Gelanggang Mahasiswa dan kemudian setelah asyik ngobrol ngalor ngidul kita segera menentukan lokasi untuk wisata kuliner.

Setelah ketemu wisata kuliner (wiskul) yang paling cocok, maka kita tentukan rute mana yang akan diambil menuju lokasi wiskul tersebut. Biasanya penentuan rute inilah yang memakan waktu paling lama. Selalu terjadi perbedaan pendapat saat menentukan rute perjalanan menuju lokasi wiskul.



Akhirnya beberapa waktu lalu disepakati untuk membuat rute yang sering kit alewati, nanti tinggal memilih rute nomor berapa yang akan diambil. Ada sekitar 16 rute yang dibuat oleh pak +Joko Sumiyanto dengan harapan sudah memenuhi keinginan semua peserta gowes. Ternyata beberapa orang masih merasa ada rute baru yang perlu ditambahkan, sehingga 16 rute tersebut ditambahi dengan rute nomor 16a, 13a, 13b dan sebagainya.

Setelah lama berjalan akhirnya rute itupun dilupakan dan kembalilah pada kebiasaan untuk saling beradu argumen saat menentukan rute sepeda. Rupanya disinilah letak salah satu keasyikan bersepeda dalam sebuah komunitas.

"Saya ndak suka komunitas mas, lebih enak sepedaan sendirian, tidak bergantung pada orang lain", kata seorang peserta sepedaan dalam rangka Dies UGM beberapa minggu lalu.

"Kok gitu pak?", tanyaku menyelidik.

"Kalau ikut komunitas sepeda itu memang guyub, tapi kadang kita harus melawan hati nurani demi memenuhi keinginan komunitas"

"..... misalnya ...?"

"Ada saja mas keinginan komunitas yang kadang kita keberatan memenuhinya tetapi karena kita tergabung dalam komunitas tersebut, maka akhirnya kita penuhi juga apa yang sedang trend di komunitas itu"

Benar juga kata bapak itu. Saat sepedaan sendirian, kita santai saja naik sepeda sesuai keinginan kita, tetapi begitu masuk dalam komunitas, maka ada saja yang kita tambahkan pada sepeda kita. Bisa berupa spion, spedometer, sadel. lampu dan lain-lain.

Kadang yang lebih ekstrem, kita jadi ganti sepeda, karena teman-teman kita sering mengejek sepeda kita atau teman-teman kita mempunyai sepeda idaman kita dan kit amalas membelinya karena harganay yang mahal. Saat masuk dalam komunitas, sepeda yang mahal jadi terasa murah.

+Djoko Luknanto yang aktif berbagi kisah lucu


Kuperhatikan beberapa sepeda kawan-kawanku memang mulai berubah merk-nya. Ada yang beli merk yang sedang ngetrend, atau yang sedikit lebih baik dari merk sepedanya sekarang. Beberapa kawan sudah mulai memiliki sepeda lebih dari satu buah. Sebagian lagi mulai memakai sepeda built-up, bukan rakitan dalam negeri lagi.

Aku sendiri ikut terpengaruh membeli ban sepeda untuk sepeda gunungku. Padahal sebelum kenal komunitas ini aku baik-baik saja memakai sepeda gunung (MTB). Rupanya aku sudah terperangkap dalam komunitas ini, tapi karena aku menikmatinya, maka rasanya ini bukan perangkap tapi adalah istanaku.

Setiap hari Minggu selalu ada rasa rindu untuk bertemu dan tertawa bersama dengan komunitas sepeda UGM. Gowes pagi menjadi rutinitas yang membiusku. Canda tawa menjadi hiasan dunia yang selalu membuatku ingin datang lagi. Acara doa bersama sebelum bersepeda juga membrikan rasa aman dan nyaman di hati.

Indahnya gowes pagi bersama teman-teman. Gowes pagi memang banyak manfaatnya.