Sabtu, November 15, 2008

Buku [jendela dunia], perlunya IQRA

Sejak tinggal di Jakarta, berturut-turut istriku ikut memeriahkan pameran buku 2007 dan 2008. Indonesia Book Fair yang tahun lalu sangat meriah, tahun ini ternyata jauh lebih meriah dibanding tahun lalu.

Buku memang adalah jendela dunia, dan rasanya "mongkok" [bangga banget] melihat antusias yang begitu besar dari para penikmat Indonesia Book Fair [IBF] 2008 ini. Apalagi ada buku yang sedang naik daun Blind Power karya Eko Ramaditya Adikara [blogger tunanetra , wartawan dan pakar IT]. Silahkan klik sendiri di http://www.ramaditya.com/

Entah siapa yang mengajak, apakah anak mengajak orang tua atau orang tua mengajak anaknya, tapi yang jelas arena IBF 2008 penuh sesak dengan kunjungan mereka.

Yang paling fantastis adalah ruang sholat dan tempat wudhunya. Sepanjang pengetahuanku, belum pernah orang mau wudhu saja sampai antri beberapa baris dan beberapa meter, sampai mereka keluar dari tempat wudhu.

Sejak tahun lalu sampai sekarang tempat wudhu di JCC memang sangat memprihatinkan. Lantainya selalu tergenang air, sehingga ada rasa tidak suci ketika selesai wudhu dan mengarungi lantai yang penuh genangan air [kotor] itu.

Mushola yang sangat kecil memang jadi tidak memadai untuk acara sebesar ini. Untuk acara rutin yang kecil-kecilan, memang mushola ini sudah memadai, tapi untuk acara ini mungkin perlu dipikirkan untuk merapikan ruang wudhunya, sehingga lebih membuat nyaman mereka yang akan menjalankan ibadah pada Tuhannya.

Di luar masalah itu, ada sedikit masalah dengan ramainya pengunjung dan acara talk show yang [mestinya] berbobot tapi jadi terasa kuran bobotnya karena audience tidak bisa konsentrasi dengan apa yang disampaikan dalam talk show.

Memasuki ruang pameran, rasanya aku memang kayak sedang surfing di internet. Bagaimana tidak, disitu langsung ketemu dengan nama Eko Ramaditya Adikara. Kemudian ketemu juga dengan Jonru Ginting, ketemu Greenpeace dll. Sementara itu aku harus mengurut dada, ternyata temanku di dunia nyata [non maya] hanya satu yang kujumpai nonton pameran itu.

Satu musuh kebanyakan, seribu sahabat masih terasa kurang, lalu kalau hanya satu sahabat yang kutemui, apa artinya itu?

Jangan-jangan musuhku juga lebih banyak di dunia nyata ini, padahal satu musuh saja, bagiku sudah kebanyakan.

"Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat." (Ali 'Imran: 105)

Pameran ini juga mengingatkan kita bahwa ayat pertama Al Quran adalah perintah membaca. Jadi kata membaca [iqra] adalah "magic word" untuk melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.

Tidak akan sempurna tulisan seseorang bila dia kurang membaca. Seperti juga tidak akan ada penceramah yang piawai sebelum dia juga rajin mendengarkan ceramah orang lain. Ada khotib yang selalu menyediakan salah satu hari Jumat dalam sebulan untuk tidak menjadi khotib dan dia kemudian mencoba menjadi pendengar yang baik.

Jadi jangan lupa setelah pandai membaca, perlu juga pandai mendengar. Ingat mendengarkan orang yang membaca Al Quran adalah suatu perbuatan yang sangat baik dan besar pahalnya [CMIIW], karena cukup dengan mendengar ayat Al Quran saja sudah tergetar iman kita.

"(yaitu) orang-orang yang apabila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka, orang-orang yang sabar terhadap apa yang menimpa mereka, orang-orang yang mendirikan sembahyang dan orang-orang yang menafkahkan sebagian dari apa yang telah Kami rezkikan kepada mereka"
(22:35)

"maha suci Allah yg telah menurunkan AL-QUR’AN kepada hambanya agar dia menjadi pemberi peringatan kepada seluruh alam. Yang kepunyaannyalah kerajaan langit dan bumi, dan dia tidak mempunyai anak, dan tiada sekutu baginya dalam kekuasaan (NYA) dan dia telah menciptakan segala sesuatu dan dia menetapkan ukuran-ukurannya dengan serapi-rapinya" (al-furqan 1-2 )

Tidak ada komentar: