Hari Senin selalu memunculkan tantangan yang berbeda dan aku sangat menyukainya. Perlu perhitungan yang cermat agar tidak kepagian dan tidak kesiangan saat masuk di jalan tol Cikampek Jakarta.
Bila kepagian, maka puluhan konvoi kendaraan besar akan membuat laju kendaraan kita jadi terhambat. Truk dan Bus memadati jalur tol saat dini hari. Mereka ada di semua lajur, baik kiri, tengah maupun kanan yang seharusnya hanya untuk lajur mendahului.
Biasanya aku ditemani radio Gema Annisa (RGA) saat meluncur dari rumah dan ganti channel ke Radio Dakta begitu sudah sampai di jalan tol Cikampek Jakarta Km 30. Saat macet mulai melanda, maka teman di jalan bertambah dengan aplikasi PLURK yang tertanam di ponsel. Artinya kalau aku sudah mulai nulis di PLURK, maka laju kendaraan sudah melambat atau berhenti beberapa saat.
Menjelang pintu tol Pondok Gedhe, sebelum membayar tiket tol, maka channel kuganti ke Radio GEN FM. Lalu lintas yang kacau balau sering jadi terlupakan kalau sudah mendengar ocehan Kemal Gendut yang selalu segar.Kadang aku juga ndengerin Farhan di Deltanesia. Musiknya sering cocok dengan tema yang disampaikan Farhan.
Bila jalanan benar-benar macet, maka aku akan sempat mendengarkan dua kali acara salah sambung, yaitu di jam 6.30 dan 7.30.
Senin, 5 Juli 2010, lalu lintas tiba-tiba berubah karakternya. Baru masuk jalan tol sudah terjadi perlambatan beberapa kali. Kulihat ada beberapa kendaraan besar yang terduduk di pinggir jalan dan menyebabkan menurunnya laju kendaraan.
Namun belum sampai Bekasi Timur, laju kendaraan benar-benar sudah tidak seperti karakternya lagi. Kalau sudah begini, maka secara reflek tanganku langsung memencet channel El Shinta.
"Saya berangkat dari rumah jam 2 siang dan seharusnya dalam waktu dua jam saya sudah sampai tol Jagorawi, tapi sampai saat ini saya masih terjebak di Puncak. Sudah 15 jam saya disini menikmati kemacetan ini mbak", begitu suara salah satu pendengar radio yang dihubungi oleh El Shinta.
"Saya sudah mematikan mesin sejak semalem. Kalau nanti sudah bergerak, biasanya hanya 1 atau 2 meter berhenti lagi dan mesin kembali saya matikan",
Beberapa diskusi antara pendengar radio El Shinta dengan Penyiar Radio dan pejabat dari Kepolisian berlangsung dalam suasana yang teduh dan adem. Tidak ada lontaran caci maki di antara mereka. Polisinya ngayomi dan pendengar El Shinta juga sangat memaklumi bahwa semua ini bukan kesalahan polisi.
"Banyak sekali simpul-simpul yang harus diurai di beberapa titik dan saya tidak berani menjanjikan jam berapa kemacetan ini akan mencair", begitu kata pak Polisi.
"Penyebab terbesar kejadian ini adalah ketidak sabaran para pengemudi kita. Di beberapa simpul kemacetan terlihat bahwa para pengguna jalan itu memakai jalan yang bukan haknya. Mereka yang seharusnya sabar menunggu antrian, sering menyerobot jalur kanan milik pengguna jalan dari arah berlawanan, sehingga begitu macet menjadi sangat susah diurai"
"Disini memang diperlukan kedisiplinan kita dalam menjadi pemakai jalan yang bukan milik pribadi tapi milik bersama. Ada etika berkendara yang harus kita patuhi bersama."
Hari Senin, 5 Juli 2010 ini memang ajang untuk latihan sabar yang sangat menantang. Semoga saat mudik dua bulan lagi, kondisi lalu lintas tidak separah hari ini. Baca tips mudik agar kita semua dapat menjadi pengguna jalan yang baik.
I Love Monday very much.
+++
Salut buat para pengatur lalu lintas Jalan Tol.
Tampilkan postingan dengan label sabar. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label sabar. Tampilkan semua postingan
Rabu, Juli 07, 2010
Senin, Mei 18, 2009
Sabar Yuk...!
Senin pagi adalah hari yang selalu sibuk, apalagi minggu-minggu ini waktu sholat subuh agak siangan, sehingga suasana pagi di Hari Senin di minggu-minggu ini selalu penuh dengan keriuhan.
Ada acara rebutan wudhu, rebutan kamar mandi, rebutan sarapan dan acara rebutan lain-lain yang biasanya tidak terjadi di hari lain.
Selesai dan sukses melaksanakan acara rebutan, maka sampailah pada acara berangkat ke kantor.
Alhamdulillah, hari ini, ada acara tambahan dari istri.
"NGajarin istri makai laptop dan LCD Projector!"
Kerjaan yang sangat gampang, tetapi menjadi penuh ketegangan, karena diburu waktu, sementara itu semua maunya instan.
Laptop yang akan dipakai adalah laptop yang biasa dipakai LuLuk dan ada dual [sistem] mode disitu dengan mode default adalah Linux Blankon 4.
Aku harus memberi pengertian tentang linux?
Pasti akan merepotkan istriku. lha wong windows saja masih kluthak kluthik kok mau pakai Linux, wessss pasti akan bermasalah deh.
Aku mencoba sesabar mungkin menghadapi istriku yang maunya instan, mungkin istriku jengkel dengan sikapku, tapi kalau aku menunjukkan semua caranya tanpa dia tahu dari mana asal caranya, maka pas ada kejadian [trouble] di laptop itu, tentu akan sulit mengatasinya.
Selesai acara dengan istri aku meluncur dengan niat yang sudah disiapkan untuk menjalani lalu lintas yang macet di hari Senin.
Sering kejadian, kalau aku pasang niat ini, maka justru perjalanan akan lancar, karena aku ikhlas menerima apapun yang terjadi.
Ternyata lalu lintas memang tidak seramai biasanya, kecelakaan lalin juga terjadi setelah aku melewati ruas jalan itu.
Sayangnya ada cobaan lain yang tidak pernah kualami, yaitu sopir angkot yang nyopir seenaknya sendiri. Sempat berantem dengan sopir bis [maksudnya adu mulut] dan sepanjang jalan antar gas dan rem selalu dipaksa untuk bekerja secara mendadak.
Badan kayak diguncang-guncang deh.
Alhamdulillah aku lulus menjalani semua cobaan sabar itu. Sampai di kantor tetap yang nomor satu.
Semoga Tuhan juga menganggap aku lulus.
Amin
Sesungguhnya sabar dan sholat adalah penolong kita, jadi marilah kita selalu senyum untuk meningkatkan kesabaran kita.
'''''
'''
'
Ada acara rebutan wudhu, rebutan kamar mandi, rebutan sarapan dan acara rebutan lain-lain yang biasanya tidak terjadi di hari lain.
Selesai dan sukses melaksanakan acara rebutan, maka sampailah pada acara berangkat ke kantor.
Alhamdulillah, hari ini, ada acara tambahan dari istri.
"NGajarin istri makai laptop dan LCD Projector!"
Kerjaan yang sangat gampang, tetapi menjadi penuh ketegangan, karena diburu waktu, sementara itu semua maunya instan.
Laptop yang akan dipakai adalah laptop yang biasa dipakai LuLuk dan ada dual [sistem] mode disitu dengan mode default adalah Linux Blankon 4.
Aku harus memberi pengertian tentang linux?
Pasti akan merepotkan istriku. lha wong windows saja masih kluthak kluthik kok mau pakai Linux, wessss pasti akan bermasalah deh.
Aku mencoba sesabar mungkin menghadapi istriku yang maunya instan, mungkin istriku jengkel dengan sikapku, tapi kalau aku menunjukkan semua caranya tanpa dia tahu dari mana asal caranya, maka pas ada kejadian [trouble] di laptop itu, tentu akan sulit mengatasinya.
Selesai acara dengan istri aku meluncur dengan niat yang sudah disiapkan untuk menjalani lalu lintas yang macet di hari Senin.
Sering kejadian, kalau aku pasang niat ini, maka justru perjalanan akan lancar, karena aku ikhlas menerima apapun yang terjadi.
Ternyata lalu lintas memang tidak seramai biasanya, kecelakaan lalin juga terjadi setelah aku melewati ruas jalan itu.
Sayangnya ada cobaan lain yang tidak pernah kualami, yaitu sopir angkot yang nyopir seenaknya sendiri. Sempat berantem dengan sopir bis [maksudnya adu mulut] dan sepanjang jalan antar gas dan rem selalu dipaksa untuk bekerja secara mendadak.
Badan kayak diguncang-guncang deh.
Alhamdulillah aku lulus menjalani semua cobaan sabar itu. Sampai di kantor tetap yang nomor satu.
Semoga Tuhan juga menganggap aku lulus.
Amin
Sesungguhnya sabar dan sholat adalah penolong kita, jadi marilah kita selalu senyum untuk meningkatkan kesabaran kita.
'''''
'''
'
Sabtu, November 15, 2008
Blogger Tunanetra [pertama]
Hari ini aku mendapat pencerahan besar gara-gara asyik mengunjungi blog Eko Ramaditya Adikara http://www.ramaditya.com/
Bagaimana bisa seorang tuna netra, yang masuk SD Luar biasa, kemudian bisa masuk SMP Negeri sampai akhirnya lulus dari UNIVERSITAS DARMA PERSADA – JAKARTA bisa menjadi blogger padahal dia tuna netra.
Yang tidak tuna netra saja susah mencapai prestasi seperti itu apalagi dia [hanya] seorang tuna netra biasa.
Pasti semua teman-temannya dan apalagi para dosennya bangga mempunyai kenalan seorang ERA [Eko Ramaditya Adikara ].
Menarik bahwa dia juga saat SLTA lebih memilih jurusan yang mempunyai porsi agama lebih banyak dibanding sekolah biasa. Dia ingin lebih dekat dengan Tuhannya dan dia berhasil dekat dengan Tuhannya.
Tulisan di blognya banyak berbicara tentang kisah dia, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuat mata menjadi panas dan tanpa terasa air matapun mengalir membasahi pipi.
Kita perlu malu dengan seorang tuna netra yang ternyata mempunyai kemauan dan kemampuan di atas rata-rata, sementara kita yang "lengkap" ini malah kadang terlihat "memble" tanpa prestasi dan kadang malah menjadi masalah dan bukan solusi.
Patut diacungi juga sikap keluarganya yang punya semangat yang pantang menyerah. Suatu semangat yang kadang masih sulit dicari di jaman kemerdekaan ini.
Silahkan baca sendiri saja di blognya atau beli bukunya yang hari ini laris manis di Indonesia Book Fair 2008 JCC.
Bagaimana bisa seorang tuna netra, yang masuk SD Luar biasa, kemudian bisa masuk SMP Negeri sampai akhirnya lulus dari UNIVERSITAS DARMA PERSADA – JAKARTA bisa menjadi blogger padahal dia tuna netra.
Yang tidak tuna netra saja susah mencapai prestasi seperti itu apalagi dia [hanya] seorang tuna netra biasa.
Pasti semua teman-temannya dan apalagi para dosennya bangga mempunyai kenalan seorang ERA [Eko Ramaditya Adikara ].
Menarik bahwa dia juga saat SLTA lebih memilih jurusan yang mempunyai porsi agama lebih banyak dibanding sekolah biasa. Dia ingin lebih dekat dengan Tuhannya dan dia berhasil dekat dengan Tuhannya.
Tulisan di blognya banyak berbicara tentang kisah dia, tapi itu sudah lebih dari cukup untuk membuat mata menjadi panas dan tanpa terasa air matapun mengalir membasahi pipi.
Kita perlu malu dengan seorang tuna netra yang ternyata mempunyai kemauan dan kemampuan di atas rata-rata, sementara kita yang "lengkap" ini malah kadang terlihat "memble" tanpa prestasi dan kadang malah menjadi masalah dan bukan solusi.
Patut diacungi juga sikap keluarganya yang punya semangat yang pantang menyerah. Suatu semangat yang kadang masih sulit dicari di jaman kemerdekaan ini.
Silahkan baca sendiri saja di blognya atau beli bukunya yang hari ini laris manis di Indonesia Book Fair 2008 JCC.
Rabu, November 12, 2008
Kesedihan Pak Dhe [1]
Pak Dhe begitu sedih mendengar berita pemecatan dirinya, sampai-sampai dia nggak bisa berkata-kata lagi. Krisis keuangan yang berkepanjangan telah membuat pabrik terpaksa mengurangi pekerjanya dan seorang satpam terpaksa dicoret dari daftar pekerja.
Pak Dhe dipilih karena telah cukup lama bekerja di pabrik dan manajemen memandang yang muda yang lebih diperlukan untuk menjaga pabrik. Lebih awas, lebih cekatan dan lebih murah gajinya.
Pihak manajemen tidak pernah berfikir kalau pak Dhe baru saja ditimpa berita yang membuat pak Dhe gemetaran. Istrinya baru saja dipecat juga dari pabrik yang lain dan anaknya baru saja mengajukan angka rupiah yang harus dipenuhinya pada minggu ini.
Semua itu masih ditambah pemilik kontrakan yang juga datang untuk menagih uang sewa yang telah beberapa bulan tidak dibayarnya.
Semakin lengkap penderitaan itu, ketika sepeda motor satu-satunya ditabrak angkot dan anaknya masuk rumah sakit. Sebegitu tegakah Tuhan telah memberikan cobaan yang begitu berat dan beruntun padanya.
Pak Dhe yang biasanya selalu bersemangat di situasi apapun pulang ke rumah dengan loyo. Hilang sudah keceriaan di wajahnya. Nasehat-nasehat yang biasa diberikan pada sahabat-sahabatnya yang tertimpa kesedihan tidak dapat diucapkannya untuk dirinya sendiri.
Dulu dia paling sering membacakan ayat-ayat Tuhan di depan sahabat-sahabatnya yang sedang menerima cobaan Allah.
"Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, ke¬kurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2: 155)
Diapun berdoa, agar diamini oleh sahabatnya.
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya… "(QS 2: 286)
Sekarang ketika cobaan itu datang menimpanya. Ternyata pak Dhe hanya sendirian menerimanya. Tidak ada sahabat yang membacakan ayat itu padanya.
Sebelum sampai ke rumah, pak Dhe mampir ke masjid. Tugasnya sebagai anggota Badan Kemakmuran Masjid membawa langkahnya masuk ke masjid.
Seperti kebiasaan yang selalu dijalaninya, maka langkah kakinyapun langsung menuju tempat wudhu dan air wudhuun membasahi wajah pak Dhe.
Tiba-tiba pak Dhe seperti tersadar. Ada suatu rasa di lubuk hatinya yang tiba-tiba menyeruak dari hatinya yang paling dalam. Rasa yang dari tadi ingin keluar tapi tertutup oleh kesedihan yang tidak terkira.
Perlahan, senyum pak Dhe muncul kembali. Dipandanginya masjid kesayangannya itu. Inilah rumah Allah, dimana pak Dhe mengabdikan dirinya secara utuh sebagai penjaganya.
Semangat hidup pak Dhe kembali muncul. Iapun jadi ingat semua kisah-kisah yang ada dalam Al Quran. Senyum pak Dhe makin mengembang ketika bertemu dengan salah satu jamaah di masjid itu.
Ditepuknya pundak jamaah itu dan selepas sholat untuk "menghormati masjid", mereka berdua asyik bercengkerama sambil menanti waktu sholat wajib tiba.
Wajah pak Dhe makin merekah ketika menjelang sholat tiba, dilihatnya anak istrinya mendatangi masjid untuk ikut sholat jamaah. Mereka datang dengan penuh senyum, seolah tak ada kesedihan di keluarga pak Dhe.
Anak istri pak Dhe memang telah terbiasa dengan kesulitan hidup dan nasehat-nasehat pak Dhe yang tak pernah putus membuat mereka selalu tegar menghadapi hidup ini.
"Pak, motornya sudah diperbaiki sama Miun, katanya gak usah bayar gak apa-apa. Mereka maklum kok", kata istrinya.
Pak Dhe tersenyum sambil manggut-manggut.
"Alhamdulillah"
"Santi juga sudah keluar dari rumah sakit. Dokternya si Jupri, anaknya bang Tohir, jadi gak usah bayar juga. Nanti akan pulang dari rumah sakit bareng sama dia"
"Alhamdulillah. Rupanya Jupri jadi pindah ke rumah sakit itu ya"
"Iya bang. Malah tadi Wak Ute juga datang. Dia mau ngembalikan hutang yang sudah terlalu lama dia pinjam, katanya."
"Wak Ute?"
"Iya bang, memang sudah lama banget. Sekarang dia udah jadi orang kaya beneran dan dia sudah lamaaa banget nyari-nyari kita, tapi gak pernah ketemu. Dia seneng dapat menemukan kita untuk membayar hutangnya, terutama membayar hutang budi sama kita. Berkat pinjaman dari bapak dulu yang membuat Wak Ute jadi kaya"
Mata pak Dhe mulai berkaca-kaca. Belum habis doanya, dan Tuhan sudah mengirimkan malaikatnya untuk memberikan kedamaian pada keluarganya.
"Kang Asep juga datang bareng Wak Ute. Ternyata rumah yang kita tinggali itu rumah Wak Ute bang, jadi kata Wak Ute, pakai saja terus rumah itu. Soal sewa nggak usah dipikirin lagi"
"Alhamdulillah", tanpa terasa pak Dhe bersujud. Bersyukur atas segala nikmat yang datang tanpa disangka-sangka dan dari arah yang tidak dia duga sama sekali.
Gunung kesedihan yang mulai dilepas saat air wudhu membasahi wajahnya telah hilang sirna. Tidak ada bekasnya sedikitpun.
Meski masih ada gunung-gunung kecil dan bukit-bukit terjal yang membentang di hadapannya, pak Dhe sudah tidak sedih lagi. Keyakinan akan kasih Allah membuat pak Dhe naik kelas. Ujian yang dihadapinya, kali ini, telah dilaluinya dengan baik.
Ke depan masih ada ujian yang lebih berat, tapi pak Dhe sekeluarga yakin, bersama Allah, semua ujian ataupun cobaan akan dapat dilalui dengan baik.
Benarlah semua isi Al Quran, tidak ada keragu-raguan di dalamnya. Semua mengajarkan bagaimana menghadapi hidup ini dengan senyum, sabar dan ikhlas.
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman"
[12:111]
Ali menutup buku bacaannya. Kisah pak Dhe di buku yang dibacanya telah memberi dia ilham atas kesedihan yang menimpanya. Rusaknya PS di rumah sangat tidak sebanding dengan kesedihan yang menimpa pak Dhe.
"Sungguh beruntung aku telah membaca kisah pak Dhe di buku ini. Alhamdulillah".
Pak Dhe dipilih karena telah cukup lama bekerja di pabrik dan manajemen memandang yang muda yang lebih diperlukan untuk menjaga pabrik. Lebih awas, lebih cekatan dan lebih murah gajinya.
Pihak manajemen tidak pernah berfikir kalau pak Dhe baru saja ditimpa berita yang membuat pak Dhe gemetaran. Istrinya baru saja dipecat juga dari pabrik yang lain dan anaknya baru saja mengajukan angka rupiah yang harus dipenuhinya pada minggu ini.
Semua itu masih ditambah pemilik kontrakan yang juga datang untuk menagih uang sewa yang telah beberapa bulan tidak dibayarnya.
Semakin lengkap penderitaan itu, ketika sepeda motor satu-satunya ditabrak angkot dan anaknya masuk rumah sakit. Sebegitu tegakah Tuhan telah memberikan cobaan yang begitu berat dan beruntun padanya.
Pak Dhe yang biasanya selalu bersemangat di situasi apapun pulang ke rumah dengan loyo. Hilang sudah keceriaan di wajahnya. Nasehat-nasehat yang biasa diberikan pada sahabat-sahabatnya yang tertimpa kesedihan tidak dapat diucapkannya untuk dirinya sendiri.
Dulu dia paling sering membacakan ayat-ayat Tuhan di depan sahabat-sahabatnya yang sedang menerima cobaan Allah.
"Dan Sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, ke¬kurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar." (QS 2: 155)
Diapun berdoa, agar diamini oleh sahabatnya.
"Ya Tuhan kami, janganlah Engkau bebankan kepada kami beban yang berat sebagaimana Engkau bebankan kepada orang-orang yang sebelum kami. Ya Tuhan kami, janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang tak sanggup kami memikulnya… "(QS 2: 286)
Sekarang ketika cobaan itu datang menimpanya. Ternyata pak Dhe hanya sendirian menerimanya. Tidak ada sahabat yang membacakan ayat itu padanya.
Sebelum sampai ke rumah, pak Dhe mampir ke masjid. Tugasnya sebagai anggota Badan Kemakmuran Masjid membawa langkahnya masuk ke masjid.
Seperti kebiasaan yang selalu dijalaninya, maka langkah kakinyapun langsung menuju tempat wudhu dan air wudhuun membasahi wajah pak Dhe.
Tiba-tiba pak Dhe seperti tersadar. Ada suatu rasa di lubuk hatinya yang tiba-tiba menyeruak dari hatinya yang paling dalam. Rasa yang dari tadi ingin keluar tapi tertutup oleh kesedihan yang tidak terkira.
Perlahan, senyum pak Dhe muncul kembali. Dipandanginya masjid kesayangannya itu. Inilah rumah Allah, dimana pak Dhe mengabdikan dirinya secara utuh sebagai penjaganya.
Semangat hidup pak Dhe kembali muncul. Iapun jadi ingat semua kisah-kisah yang ada dalam Al Quran. Senyum pak Dhe makin mengembang ketika bertemu dengan salah satu jamaah di masjid itu.
Ditepuknya pundak jamaah itu dan selepas sholat untuk "menghormati masjid", mereka berdua asyik bercengkerama sambil menanti waktu sholat wajib tiba.
Wajah pak Dhe makin merekah ketika menjelang sholat tiba, dilihatnya anak istrinya mendatangi masjid untuk ikut sholat jamaah. Mereka datang dengan penuh senyum, seolah tak ada kesedihan di keluarga pak Dhe.
Anak istri pak Dhe memang telah terbiasa dengan kesulitan hidup dan nasehat-nasehat pak Dhe yang tak pernah putus membuat mereka selalu tegar menghadapi hidup ini.
"Pak, motornya sudah diperbaiki sama Miun, katanya gak usah bayar gak apa-apa. Mereka maklum kok", kata istrinya.
Pak Dhe tersenyum sambil manggut-manggut.
"Alhamdulillah"
"Santi juga sudah keluar dari rumah sakit. Dokternya si Jupri, anaknya bang Tohir, jadi gak usah bayar juga. Nanti akan pulang dari rumah sakit bareng sama dia"
"Alhamdulillah. Rupanya Jupri jadi pindah ke rumah sakit itu ya"
"Iya bang. Malah tadi Wak Ute juga datang. Dia mau ngembalikan hutang yang sudah terlalu lama dia pinjam, katanya."
"Wak Ute?"
"Iya bang, memang sudah lama banget. Sekarang dia udah jadi orang kaya beneran dan dia sudah lamaaa banget nyari-nyari kita, tapi gak pernah ketemu. Dia seneng dapat menemukan kita untuk membayar hutangnya, terutama membayar hutang budi sama kita. Berkat pinjaman dari bapak dulu yang membuat Wak Ute jadi kaya"
Mata pak Dhe mulai berkaca-kaca. Belum habis doanya, dan Tuhan sudah mengirimkan malaikatnya untuk memberikan kedamaian pada keluarganya.
"Kang Asep juga datang bareng Wak Ute. Ternyata rumah yang kita tinggali itu rumah Wak Ute bang, jadi kata Wak Ute, pakai saja terus rumah itu. Soal sewa nggak usah dipikirin lagi"
"Alhamdulillah", tanpa terasa pak Dhe bersujud. Bersyukur atas segala nikmat yang datang tanpa disangka-sangka dan dari arah yang tidak dia duga sama sekali.
Gunung kesedihan yang mulai dilepas saat air wudhu membasahi wajahnya telah hilang sirna. Tidak ada bekasnya sedikitpun.
Meski masih ada gunung-gunung kecil dan bukit-bukit terjal yang membentang di hadapannya, pak Dhe sudah tidak sedih lagi. Keyakinan akan kasih Allah membuat pak Dhe naik kelas. Ujian yang dihadapinya, kali ini, telah dilaluinya dengan baik.
Ke depan masih ada ujian yang lebih berat, tapi pak Dhe sekeluarga yakin, bersama Allah, semua ujian ataupun cobaan akan dapat dilalui dengan baik.
Benarlah semua isi Al Quran, tidak ada keragu-raguan di dalamnya. Semua mengajarkan bagaimana menghadapi hidup ini dengan senyum, sabar dan ikhlas.
"Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal.
Al Qur'an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman"
[12:111]
Ali menutup buku bacaannya. Kisah pak Dhe di buku yang dibacanya telah memberi dia ilham atas kesedihan yang menimpanya. Rusaknya PS di rumah sangat tidak sebanding dengan kesedihan yang menimpa pak Dhe.
"Sungguh beruntung aku telah membaca kisah pak Dhe di buku ini. Alhamdulillah".
Minggu, November 09, 2008
SABAR SUBUR
Menjelang subuh aku ngePLURK dulu sebelum masuk ke kamar mandi.
"Abis Subuhan ngapain ya?"
"Jalan-jalan atau ngeBLOG ya?"
Salah satu tanggapan dari kawan plurker adalah : "sebaiknya ngeBLOG saja".
Saran yang menarik memang, tapi yang kupilih akhirnya bukan langkah itu. Aku keluarkan sepeda tandem dan sepedaan sama Lita [anak nomor duaku].
Melihat aku mau sepedaan sama Lita, adiknya [LiLo] rupanya tertarik untuk ikut. Jadilah kami bertiga sepedaan keliling komplek, sambi nyari pulsa XL [kelamaan nggak dipakai ternyata expired, padahal pulsanya masih banyak tuh]
Sejak beberapa minggu ini memang aku jarang di rumah. Mulai dari jalan-jalan ke Pantai Parai di Pulau Bangka, bercanda sampai malam di Proyek GOR Boker, ngobrol ngalor ngidul dengan para "executor" di Proyek Kali Progo [YoGyA] sampai bersantai ria bersama teman-teman Serikat Pekerja di Cisarua.
Semua "kesenangan" itu harus ditebus dengan jarangnya ketemuan dengan anak istri, sedangkan bagi anakku, mereka jadi jarang ketemuan sama bapaknya. Begitulah jika kita menjadi pekerja yang selalu mencoba menganggap pekerjaannya sebagi ladang amal yang perlu dikerjakan dalam kondisi yang penuh keceriaan.
Kadang saat menjelang tidur, terpikir olehku akan anak istri yang jarang kutemui. Kupikirkan dalam-dalam, apa sebaiknya yang kukerjakan bila nanti bertemu anak istriku. Ketika saat pertemuan dengan anak istri tiba, kadang apa yang ada dalam angan-angan lain dengan yang terjadi kemudian.
Pas sampai di rumah, kadang yang terlihat adalah piring kotor yang berserakan atau kendaraan yang ditaruh di tempat yang tidak semestinya, atau apa saja yang mengganggu pandangan mata.
Disinilah kesabaran dan ketenangan sangat dibutuhkan. Kadang emosi [karena kecapekan di jalan menuju rumah] langsung meledak melihat kondisi yang tidak sesuai dalam bayangan otak. Buyarlah sudah semua rencana pertemuan yang sudah disusun rapi. Senyum yang tadinya siap dikembangkan langsung meredup dan berganti dengan tarikan wajah kaku dan keruh.
Tidak ada saat sabar untuk bertanya, kenapa piring kotor begitu banyak atau kenapa lantai begitu kotor. Yang ada hanya rasa jengkel dan bobolnya tembok emosi.
Jika ada rasa berbaik sangka, tentunya hal seperti di atas tidak mungkin terjadi. Namun kata baik sangka memang hanya mudah diucapkan, tetapi sangat sulit dilaksanakan, padahal jika benar-benar mau berbaik sangka, maka semuanya akan mengalir begitu lancar.
Seperti mobil yang berhenti dan didorong, maka dibutuhkan kekuatan dorongan yang sangat besar di awal proses pendorongan mobil. Baru setelah mobil mulai bergerak, maka dorongan yang kecilpun akan sanggup membuat mobil tetap bergerak.
"Dan jadikan sabar dab shalat sebagai penolongmu ( Al-Baqarah:153 ) "
"Abis Subuhan ngapain ya?"
"Jalan-jalan atau ngeBLOG ya?"
Salah satu tanggapan dari kawan plurker adalah : "sebaiknya ngeBLOG saja".
Saran yang menarik memang, tapi yang kupilih akhirnya bukan langkah itu. Aku keluarkan sepeda tandem dan sepedaan sama Lita [anak nomor duaku].
Melihat aku mau sepedaan sama Lita, adiknya [LiLo] rupanya tertarik untuk ikut. Jadilah kami bertiga sepedaan keliling komplek, sambi nyari pulsa XL [kelamaan nggak dipakai ternyata expired, padahal pulsanya masih banyak tuh]
Sejak beberapa minggu ini memang aku jarang di rumah. Mulai dari jalan-jalan ke Pantai Parai di Pulau Bangka, bercanda sampai malam di Proyek GOR Boker, ngobrol ngalor ngidul dengan para "executor" di Proyek Kali Progo [YoGyA] sampai bersantai ria bersama teman-teman Serikat Pekerja di Cisarua.
Semua "kesenangan" itu harus ditebus dengan jarangnya ketemuan dengan anak istri, sedangkan bagi anakku, mereka jadi jarang ketemuan sama bapaknya. Begitulah jika kita menjadi pekerja yang selalu mencoba menganggap pekerjaannya sebagi ladang amal yang perlu dikerjakan dalam kondisi yang penuh keceriaan.
Kadang saat menjelang tidur, terpikir olehku akan anak istri yang jarang kutemui. Kupikirkan dalam-dalam, apa sebaiknya yang kukerjakan bila nanti bertemu anak istriku. Ketika saat pertemuan dengan anak istri tiba, kadang apa yang ada dalam angan-angan lain dengan yang terjadi kemudian.
Pas sampai di rumah, kadang yang terlihat adalah piring kotor yang berserakan atau kendaraan yang ditaruh di tempat yang tidak semestinya, atau apa saja yang mengganggu pandangan mata.
Disinilah kesabaran dan ketenangan sangat dibutuhkan. Kadang emosi [karena kecapekan di jalan menuju rumah] langsung meledak melihat kondisi yang tidak sesuai dalam bayangan otak. Buyarlah sudah semua rencana pertemuan yang sudah disusun rapi. Senyum yang tadinya siap dikembangkan langsung meredup dan berganti dengan tarikan wajah kaku dan keruh.
Tidak ada saat sabar untuk bertanya, kenapa piring kotor begitu banyak atau kenapa lantai begitu kotor. Yang ada hanya rasa jengkel dan bobolnya tembok emosi.
Jika ada rasa berbaik sangka, tentunya hal seperti di atas tidak mungkin terjadi. Namun kata baik sangka memang hanya mudah diucapkan, tetapi sangat sulit dilaksanakan, padahal jika benar-benar mau berbaik sangka, maka semuanya akan mengalir begitu lancar.
Seperti mobil yang berhenti dan didorong, maka dibutuhkan kekuatan dorongan yang sangat besar di awal proses pendorongan mobil. Baru setelah mobil mulai bergerak, maka dorongan yang kecilpun akan sanggup membuat mobil tetap bergerak.
"Dan jadikan sabar dab shalat sebagai penolongmu ( Al-Baqarah:153 ) "
Sabtu, Oktober 11, 2008
Kehangatan [perjalanan] Jakarta-Medan

Kejadian setengah tahun lalu kok terjadi lagi ya. Mirip banget deh.
Saat itu, aku pergi ke Padang dan tidak bisa segera pulang, karena masih dibutuhkan teman-teman di Padang, sehingga anak-anak jadi tanpa ortu, karena istriku juga harus "terbang" ke MALAKA.
Saat ini, aku diharapkan tinggal di MEdan dan Aceh sampai hari Selasa minggu depan, tapi aku akan balik hari Minggu saja, karena istriku akan terbang ke BEIJING. Begitulah, anak-anak kembali tanpa ortu di rumah.
Perjalanan ke Medan penuh dengan cobaan kesabaran hati [tertampung di http://www.plurk.com/eshape/]. Dimulai dari sistem manual dari Sriwijaya, sehingga aku tidak bisa mendaftar [check in] meskipun sudah antri paling depan.
Setelah di"ping-pong" petugas Sriwijaya, maka akhirnya aku duduk sendirian di depan tiket, sampai loketnya buka. begitu loket buka, ternyata harus antri di loket lain [HALAH..... bener-bener latihan sabar].
Bosen gonta ganti posisi duduk/berdiri, maka nyoba nge"PLURK" pakai Nokia N73 [ribet banget saking kecilnya layar dan mouse].
Begitu tiket udah oke, langsung masuk John Executive LOUNGE. Halah...... Mandiri Card gak berlaku disini [yang berlaku Mandiri Syariah]. Untung masih ada card yang lain.
Berkali-kali aku nanayain pesawat yang ke Medan, dan mbaknya sampai bosen, karena nggak punya jawaban yang pasti. Akhirnya kuhabiskan waktu dengan ngePLURK dan kenalan sama sesama penumpang [baik yang mau ke solo, palembang, surabaya, dll].
Ketika semua teman-teman baruku mulai "BOARDING", maka akhirnya akupun nekat keluar dari LOUNGE.
ALhamdulilah, firasatku ini benar. Sampai di ruang tunggu, suasana sudah sepiiiiiii banget. Ternyata penumpang tujuan Medan sudah pada naik pesawat. Wuihhhh, hampir saja terulang nasib di lounge BNI. Teladh masuk pesawat dan musti nungguin di depan pintu pesawat yang sudah ditutup [siap untuk take off].
Sampai di pesawat, ternyata para penumpang masih di luar. Mereka antri panjang sekali di pintu depan pesawat. Kulihat di pintu pesawat sisi belakang, nggak ada yang antri, yowis akupun naik dari belakang.
Seperti biasa, aku selalu milih duduk di dekat pintu darurat bagian gang. Dapetlah nomor 11C [nomor favorit].
Seperti biasa, pramugari pasti akan mendekati deretan pintu darurat untuk menjelaskan prosedur membuka pintu darurat.
Entah karena iseng atau nggak "dunk", maka penumpang paling kiri langsung menarik pintu darurat sehingga terbukalah pintu darurat.
Alhamdulillah, mbak pramugari yang cantik dan putiiiih banget kulitnya, meskipun terlihat jengkel, tapi tetap tersenyum manis dan mohon pintu yang satunya jangan dibuka, karena sudah delay, jangan sampai nanti malah tambah delay lagi, hanya untuk urusan nutup pintu darurat.
Sampai di hotel sudah jam 23.30. Langsung pesan kamar yang bisa internetan, dan dapetlah kamar nomor 622. Ternyata resepsionisnya nggak "dunk" atau katrok, di kamar 622 ini gak ada fasilitas internetannya.
Kok Tiara tidak seindah dulu ya?
Emang Hotel baik di Medan sekarang apa sih?
Dulu Tiara ini paling top deh, tahun 2001 saat aku meninggalkan Medan, hotel Tiara masih yang terbaik tuh. Gak tahu sekarang kok katrok banget.
Ya udah, pasang hape aja ke laptop. Rencananya mau internetan pakai hape aja, namun persoalan ternyata masih belum selesai. Nggak ada aplikasi PC Suite di laptopku [yang barusan masuk RS karena harddisknya ancur].
Dasar nasib baik, ternyata aku bawa USB SanDisk yang berisi PCSuite. Hasilnya, blog inipun jadilah.
Pelajaran hari ini :
- Cobaan terhadap kesabaran selalu ada dimana saja. Jadikanlah sholat dan sabar sebagai penolongmu [inget itu pak eshape!!!]
- Selalulah tersenyum pada setiap orang yang kau jumpai, niscaya mereka bisa menjadi obat kejenuhan perasaan. Jangan lupa rumus senyum 2-2-7 [tarik bibir 2 cm ke kanan, 2 cm ke kiri dan pertahanakan selama 7 detik]
- Bila mampu menahan sabar dan mampu bersyukur pada semua yang kita terima, maka pertolongan Tuhan akan datang dari tempat yang tidak kita duga.
Alhamdulillah.
Selesai.
Minggu, September 07, 2008
Puasa ke 7 di Mall
Meskipun baru sampai hari ke tujuh menjalani hari-hari di bulan puasa ini, tetapi mall sudah menyiapkan stand yang full discount.
Rasanya mencari discount 5-10 % belum juga ketemu, nemunya malah discount 50%. Terus darimana yang mereka dapat angka 50% itu. Apa enggak rugi tuh?
Memang ada yang bilang, harganya sudah dinaikkan dulu baru didiscount, jadi kelihatannya murah tetapi sebenarnya ya "sami mawon", sama saja dengan harga sebelum didiscount.
Itulah politik dagang.
Yang jelas meskipun belum ramai betul, tapi nyari parkir sudah susah. Biasanya selalu dapet tempat parkir yang enak, hari ini jangankan nyari yang enak, nyari tempat parkir yang asal ada saja susah.
Akhirnya memang dapet tempat, tetapi sebenarnya bukan tempat parkir. Yang penting bisa parkir aja deh, soal diusir ya terpaksa urusan nanti saja.
Setelah dipikir-pikir, apa gara-gara parkir gak bener ini aku dapet cobaan ya?
Saat jalan-jalan di lippo mall ini, anakku (umur 8 tahun) menghilang entah kemana, sehingga habis sejam untuk saling mencari.
Alhamdulillah, aku mencarinya tetap dengan tersenyum dan dengan kesabaran yang terjaga.
Jumat, Juli 25, 2008
Etika berkendara (3)
Setahun lalu aku ikut touring bersama para bikers dari Waskita. Habis itu musim hujan mulai datang dan rencananya mau touring lagi setelah musim hujan sudah pergi.
Ternyata, musim hujannya gak jelas antara masih ada atau sudah pergi. Jadinya acara touring jadi terkatung-katung. Keadaan makin diperparah dengan adanya kenaikan BBM. Peserta touring yang sebagian besar staf kantor tentu paling measakan betapa beratnya beban hidup akibat kenaikan BBM ini.
Kawan-kawanpun mulai pada rajin mencari alternatif menurunkan biaya transportasi. Antara lain dengan memasang alat penghemat BBM. Begitu banyak alat penghemat BBM, sampai-sampai kita nggak tahu lagi mana alat yang benar-benar efektif untuk menghemat pemakaian BBM.
Ternyata, musim hujannya gak jelas antara masih ada atau sudah pergi. Jadinya acara touring jadi terkatung-katung. Keadaan makin diperparah dengan adanya kenaikan BBM. Peserta touring yang sebagian besar staf kantor tentu paling measakan betapa beratnya beban hidup akibat kenaikan BBM ini.
Kawan-kawanpun mulai pada rajin mencari alternatif menurunkan biaya transportasi. Antara lain dengan memasang alat penghemat BBM. Begitu banyak alat penghemat BBM, sampai-sampai kita nggak tahu lagi mana alat yang benar-benar efektif untuk menghemat pemakaian BBM.
Lepas dari masalah pemilihan alat penghemat BBM yang akan dipilih, sebaiknya diperhatikan juga etika menggunakan mobil agar penggunaan BBM bisa optimal.
Ini beberapa saran yang kudapat dari "searching" di internet :
- Kalau punya kendaraan keluaran lama, jual saja (bila memungkinkan), karena biaya perawatan mobil ini cukup besar dan biaya perbaikan mobil agar menjadi irit sangat besar (contoh mobil corrola GL perlu biaya lebih dari 20 juta untuk mengganti mesinnya, sementara harga jualnya ya cuma 20 juta itu saja).
- Kalau gak mungkin menjualnya, maka jangan suka manasin kendaraan terlalu lama. Katanya 1 menit saja cukup, apalagi untuk kendaraan keluaran baru.
- Saat memakai kendaraan di jalan, jangan suka memainkan gas. Naikkan/turunkan gas secara perlahan.
- Untuk kendaraan yang berjalan di jalan tol, maka sebaiknya jangan lebih dari 100 km/jam, karena besar koefisien drag di jalan tol jauh lebih tinggi dibanding di perkotaan.
- Ikuti peraturan yang dikeluarkan oleh pabrikan (tekanan ban, jenis ban, jenis BBM, periode maintenance, dll). Pabrikan telah merancang kendaraan dengan design yang optimal.
- Minimalkan penggunaan rem untuk yang ahli berkendara, kalau nggak ahli malah nabrak-nabrak (BBMnya irit kendaraannya penyok!:-).
Dari rumus-rumus di atas, sebenarnya yang paling manjur adalah cukup ganti SEL kendaraan saja. Kamsudnya, ganti SELURUHNYA alias beli baru saja!
So, .... kalau mampu silahkan beli kendaraan yang model baru, tahun yang terbaru dan CC yang kecil, dijamin hemat.
Fotoku saat touring kemarin malah dijadikan model iklan oleh mbah MitroBani. Kendaraan yang kupakai adalah contoh kendaraan yang boros BBM, CC-nya gedhe dan kebetulan bukan punyaku (numpang eksyien saja tuh..!:-)
Intinya, kalau kita sabar dan ikhlas berkendara sesuai etika berkendara, maka pemakaian BBM akan lebih irit dibanding mereka yang suka grusah grusuh dalam mengendarai kendaraannya.
Langganan:
Postingan (Atom)