Minggu, Juli 13, 2008

BBM dan AnGkOt 59





Naiknya BBM bulan Mei 2008 kemarin membuat ongkos angkot 59, jurusan Cawang-Cikarang, naik menjadi 6 ribu rupiah (tadinya 5 ribu). Bila sopir mampu narik 5 kali jalan (2,5 rit), maka kenaikan pendapatan sopir adalah sekitar 44% (penadapatan sopir sesudah BBM naik 187 ribu dan sebelum BBM naik 130 ribu). Namun bila sopir hanya mampu narik 4 kali jalan (2 rit), maka prosentase kenaikannya adalah sekitar 14% (94 ribu/82,5 ribu). 

Angka kenaikan pendapatan sebesar 44% dan 14% bisa dibandingkan dengan tingkat inflasi bulan Juni 2008 yang angkanya hanya sekitar 11%. 

Data kenaikan ini tidak akurat memang, tapi data pendapatan sopir saat ini cukup akurat, yaitu bila mampu narik 2 rit, sekitar 90 ribu hari. Kalau sang sopir mampu narik 5 kali, maka pendapatan sopir bisa sekitar 187 ribu per hari dan kalau nariknya 25 hari, maka pendapatannya bisa 4,6 juta per bulan. Suatu jumlah yang lumayan besar.

Jumlah angkot ini ada 40 buah, melayani jurusan Cikarang-UKI (Cawang). Masing-masing sopir bisa narik 2 rit per hari pada kondisi normal, tetapi saat musim liburan angka itu adalah angka maksimal yang bisa didapat. Pada hari Sabtu dan Minggu penumpang biasanya tidak seramai hari Jumat. Ini kondisi yang cukup sulit, karena bila hanya mampu narik 3 kali (1,5 rit), maka pendapatan sopir hanya cukup untuk makan dan rokoknya pak sopir doank.

Dulu, saat jumlah angkutan belum sebanyak sekarang, pendapatan sopir cukup tinggi, karena bisa narik lebih dari 2 rit. Saat itu, ibaratnya mau punya rumah dua juga sanggup (ini guyon aja ya..!:-), namun kondisi itu akhirnya berubah karena jumlah angkot ditambah.

Saat ini, ada berita kalau akan ada penambahan armada angkot ini. Kalau benar terjadi, entah apa jadinya nasib mereka. Kesadaran masyarakat untuk naik angkot masih kurang dan akibatnya tarikan akan makin seret bila jumlah armada ditambah.

Masyarakat juga males naik angkot 59 ini, norma K3 sama sekali tidak terlihat di angkot ini. Penumpang angkot ini sungguh penuh sesak (di depan 4 orang termasuk sopir, di belakang 9 orang di baris kanan, dan masing-masing 7 orang di baris tengah dan kiri). Pintu keluar samping untuk penumpang yang duduk di belakang yang sulit dibuka, membuat penumpang akan kesulitan keluar bila terjadi kecelakaan di jalan.

Kalau memang mau ditambah armadanya, maka jumlah penumpang harus dikurangi, sehingga masing-masing sopir tetap dapat narik 2 rit. Konsekuensinya ongkos penumpang harus dinaikkan lagi, agar ada yang bisa dibawa pulang oleh pak sopir. Akibatnya penumpang juga makin malas naik angkot yang mahal.

Untung aku sudah tidak jadi sopir lagi, jadi tidak ikut pening memikirkan berita penambahan angkot. Namun kenangan menjadi sopir saat mahasiswa dulu sekarang terasa manis banget.

Sungguh aku memang harus makin pandai mensyukuri nikmat Tuhan yang tak pernah putus ini.


source gambar

Tidak ada komentar: