Jumat, April 03, 2009

CIKARANG-JAKARTA-SURABAYA

Seperti film "mendadak dangdut", akupun "mendadak terbang ke Surabaya". Semuanya serba mendadak dan akupun pagi-pagi di kantor sudah mendadak sibuk.

Kawan-kawan staf di depanku pada "gojeg", ketawa-ketawa memasalahkan sesuatu hal, tetapi aku tidak konsens mendengarnya, yang kudengar hanya suara ketawa mereka. Aku sendiri larut dalam acara pemahaman traveller form Jembatan Suramadu.

Asyik bener mereka bekerja sambil bergurau. Tangan mengetik, tetapi mulut tak mau berhenti ngomong. Saling bersahutan dalam keceriaan.

Lama-lama aku terganggu juga, dan aku mulai mendengar apa yang mereka bahas.

"Iya tuh, ada yang hidup lagi. Padahal jelas sudah meninggal" [..wah ini cerita misteri ya? tapi kok pada ketawa-ketawa mbahasnya]

"Di tempatku ada bayi yang langsung punya KTP" [loh bayi ajaib nih, udah bisa dapet SIM donk..]

"Ada yang sakti tuh, mempunyai dua nyawa" [kembali cerita misteri nih]

Aku mengernyitkan kening mencoba memahami topik yang mereka bicarakan, sampai aku akhirnya ikut tertawa setelah tahu bahwa yang mereka bahas adalah DPT.

Dasar kurang kerjaan mereka itu. Sambil kerja masih saja sempat mbahas pemilu yang super rumit dan dengan sosialisasi yang super sederhana.

Siangnya, aku rapat sampai sore dan seusai rapat langsung meluncur ke Cengkareng. Jalanan ke bandara macet, seperti Jumat-jumat yang lain juga.

Alhamdulillah, masih bisa bernafas sebelum boarding. Masuk ke LOUNGE dan nanya sama Mbak-mbak yang njaga.

"Kartu apa yang bisa dipakai disini mbak?"

Mbaknyapun menunjukkan beberapa kartu yang tidak kupunyai atau kupunyai tapi harus potong bonus.

Masak aku nanya kartu kredit dijawab kartu debit. Wah, nggaklah yauw...

Aku sering ke LOUNGE ini, jadi aku pasti punya kartu yang cocok, Terpaksa mbuka dompet untuk ngambil kartu dan milih kartu yang cocok.

Sepintas tadi kulihat ada logo BCA, jadi pasti bisa pakai BCA.

Eh, baru sibuk bongkar-bongkar kartu, tiba-tiba orang yang ada di sampingku nanya ke mbaknya,"Kartuku ini bisa untuk berapa orang?"

Mbaknyapun menjawab,"Bisa dua pak"

Langsung orang di sampingku itu bilang,"Ya sudah dipakai bersama mas ini saja. Boleh kan?"

Wah, surprise banget nih. Aku sama sekali tidak kenal orang itu dan dia juga gak kenal aku [emang aku seleb?].

Dia mempersilahkan aku duduk sedangkan dia melanjutkan proses penggesekan kartunya.

Akupun pergi ke toilet dan ternyata dia juga ikut ke toilet. Wah, cocok banget nih orang ini sama aku. Hobinya sama-sama ke toilet.

Kami ngobrol sebentar di toilet dan akhirnya berpisah tanpa saling berkenalan. Makasih deh buat dia, semoga amalnya dibalas oleh Tuhan.
AMin.

Di pesawat, aku bersebelahan dengan pasutri dari Madura. Hmm ini pasutri yang ramah juga, belum semenit sudah ngobrol ngalor ngidul nggak keruan juntrungannya.

Ujung-ujungnya mbahas pemilu juga. Baru jadi topik sih, jadi apa saja bisa dilarikan ke masalah pemilu.

"Di Indonesia ini memang banyak hari liburnya ya", begitu pembicaraan kami.

"Iya tuh, minggu depan pada liburan lagi. Long wik en dan persetan dengan pemilu"

"Ha..ha..ha.. capek-capek nggak ada manfaatnya. Enakan liburan, manfaatnya jelas"

"He..he..he.. banyak ya orang yang berpikiran begitu"

Kamipun tertawa bersama dan akhirnya pembicaraan berhenti sendiri ketika pesawat mulai tinggal landas. Kuraih koran dan kubaca lembar demi lembar, sementara pasutri di sebelahku mulai pasang jurus mata terpejam hati mengantuk [halah ... jurus apa ini]

Di koran yang kubaca, aku kembali terhenyak. Ternyata berita yang kudengar selama ini benar adanya. Perhitungan kursi, nanti akan memakai sistem UNDIAN.

Benar-benar hil yang nustahal, tapi telah diputuskan oleh yang berwenang.

Kita bisa buat apa sih?

Akupun jadi paham kalau akhirnya angka golput tahun ini akan meningkat tajam. Prediksinya di kota besar sekitar 40 persen dan di desa-desa sekitar 20-30 %, tetapi surat suara tidak syah di desa bisa mencapai 10 - 20 %.

Nah angka itu darimana kudapat?

Jawabnya gampang,"..... dari UNDIAN !:-)"

6 komentar:

Hangga Nuarta mengatakan...

Mungkin karena terlalu banyak calegnya kali ya... Jadi bingung yang mau milih. Apa lagi orang awam.

Eko Eshape mengatakan...

@Hangga Nuarta

para caleg itu sekarang sangat aktif berkampanye karena biarpun nomor urutnya nomor sepatu dia tetap bisa melenggang k senayan kalau suaranya cukup,
sehingga antar caleg dalam satu partaipun bisa bersaing tuh
padahal banyak caleg yang jelas2 bermasalah
ya sudah
masyarakatpun jadi apatis


salam

nurandono mengatakan...

Bisa kebayang enggah sih... kita diwakilin oleh orang yang nggak jelas kualitas dan kapabilitasnya.. sementara mereka nanti yang akan mengawasi jalannya pemerintahan, akan mengatur kehidupan kita (dengan UU yang harus mereka buat), akan melakukan fit and proper test terhadap para pejabat negara dan perusahaan negara yang sangat strategis dan menentukan.. Ya ujung-ujungnya kuat-kuatan "gizi".. Lha wong kebanyakan dari mereka kaum "dhuafa".. secara jasmani atau rohani... atau yang paling berat ya dua-duanya (jasmani dan rohani)... Tetapi tidak golput tetap menjadi pilihan terbaik

Eko Eshape mengatakan...

@Nur Andono

sama dunk kita
jangan sampai golput
apapun pilihan kita
kerjanya ya tetep di kantor Waskita

he..he..he.. piye kabare negoro ARab kang?
apa masih tetap panas?

David Pangemanan mengatakan...

MENGGUGAT PUTUSAN SESAT HAKIM BEJAT

Putusan PN. Jkt. Pst No.Put.G/2000/PN.Jkt.Pst membatalkan Klausula Baku yang digunakan Pelaku Usaha. Putusan ini telah dijadikan yurisprudensi.
Sebaliknya, putusan PN Surakarta No.13/Pdt.G/2006/PN.Ska justru menggunakan Klausula Baku untuk menolak gugatan. Padahal di samping tidak memiliki Seritifikat Jaminan Fidusia, Pelaku Usaha/Tergugat (PT. Tunas Financindo Sarana) terindikasi melakukan suap di Polda Jateng.
Ajaib. Di zaman terbuka ini masih ada saja hakim yang berlagak 'bodoh', lalu seenaknya membodohi
dan menyesatkan masyarakat, sambil berlindung di bawah 'dokumen dan rahasia negara'.
Statemen "Hukum negara Indonesia berdiri diatas pondasi suap" (KAI) dan "Ratusan rekening liar terbanyak dimiliki oknum-oknum MA" (KPK); adalah bukti nyata moral sebagian hakim negara ini sudah terlampau sesat dan bejat. Dan nekatnya hakim bejat ini menyesatkan masyarakat konsumen Indonesia ini tentu berdasarkan asumsi bahwa masyarakat akan "trimo" terhadap putusan tersebut.
Keadaan ini tentu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. Masyarakat konsumen yang sangat dirugikan
mestinya berhak mengajukan "Perlawanan Pihak Ketiga" dan menelanjangi kebusukan peradilan ini.
Siapa yang akan mulai??

David
HP. (0274)9345675

CiMarT mengatakan...

@David

Siapa yang akan mulai??

>> jawabnya harus ditanyakan dulu pada rumput yang bergoyang pak
>> pertanyaan mudah yang sulit dijawab

salam