Selasa, Agustus 25, 2009

Pijet Pucat

Tadinya kubayangkan pijet itu seperti yang sering dilakukan oleh istriku. Lama, "liyer-liyer" [saking enaknya] dan tertidur tanpa sadar, tahu-tahu sudah dua jam nggeletak.

Jadi begitu mas Bambang [sang pijetER] duduk di depanku dan berkomat-kamit seperti sedang merapal ajian serat jiwa, aku senyam senyum saja. Begitu juga ketika tangan kecil mas Bambang menampar telapak kakiku, aku masih bisa senyum-senyum.

"Keras juga tamparan bapak ini", begitu pikirku.

Aku baru terjingkat ketika jari kelingking mas Bambang mampir di ujung jari kelingking kakiku. Seperti ada bara panas nempel di tempat mas Bambang menyentuhku.

mulai mengawali pijatan


"Kok tangannya jadi kayak api ya", pikirku.

Tangan mas Bambang memang sudah berubah menjadi tangan yang seperti mengandung api. Panas dan menyakitkan.

Aku tiba-tiba tersadar, ini kayaknya yang sering dibilang kawan-kawanku; pijat refleksi !

Aku tak kuasa lagi untuk tersenyum, perhatianku sudah terfokuskan pada rabaan ataupun totokan jari tangan mas Bambang. Begitu cepat tangannya bergerak kesana-kemari. Kadang menamparku dan kadang menotok titik jalan darahku.

Apapun yang dilakukan mas Bambang tidak ada nikmatnya sama sekali, yang ada hanya dua rasa saja, sakit dan sangat sakit !


Mas Bambang in Action

Aku baru bernafas lega ketika akhirnya mas Bambang mengakhiri pijatannya. Senyumnya yang tanpa dosa benar-benar melukaiku. Sedemikian sakit badanku dan dia hanya membalasnya dengan senyum tanpa dosa.

wuih sakitnya....

Kupaksakan untuk tersenyum dan mas Bambang ikut tersenyum, sampai akhirnya aku harus tersenyum kecut. Itu gara-gara suara kawanku.

"Pak, jangan senyum dulu lho, tadi itu baru kaki kiri lho! Ati-ati sebentar lagi yang kanan", begitu kata kawanku

Aku langsung protes ke mas Bambang.

"Apa harus dua kaki pak?", tanyaku [mode megharap : ON]

"Apa bapak mau jalan hanya dengan satu kaki saja? Ayo pak, gantian kaki yang kiri"

Dengan perasaan enggan, akupun menyodorkan kaki kananku pada mas Bambang dan terjadilah pembantaian seri kedua. Aku sudah seperti kuda luka yang diikat dan sedang disiksa oleh majikannya.

Suara nafasku sudah nggak teratur, kata-kata yang keluar dari mulutku juga sudah mulai meracau [ini kata orang saja, soalnya aku dalam keadaan setengah sadar]

Ternyata pijatan di kaki kedua ini luar biasa sakitnya, melebihi kaki yang tadi. Akupun makin tidak terkontrol, gerakanku seperti sudah bukan gerakanku lagi. Biasanya kan orangnya suka "jaim abiz", eh hari ini sudah nggak ingat kanan-kiri lagi. Menyepak kesana-kemari bagai kuda liar dan ajaibnya tetep nempel dengan tangan mas Bambang.

Setelah dua kaki ini dikerjain mas Bambang barulah aku merasa seperti lepas dari mulut buaya. Lega banget rasanya. Meski badan masih terasa sakit, terasa ngilu disana-sini, tetapi aku merasa sudah terbebas dari penderitaan berkepanjangan di siang yang panas terik ini.

Akupun mencoba tersenyum dan menyenderkan badan ke tembok, tempat aku membentur-benturkan kepala saat aku merasa kakiku kesakitan tadi.

Kamipun mulai bersenda gurau lagi sampai mas Bambang kembali menyuruhku untuk duduk besila. Ya ampun, ternyata acara pijat memijat ini belum selesai juga.

Mulailah babak pijet yang ke tiga. Tangan mas Bambang kembali menari-nari menotok-notok bagian belakang badanku, mulai dari belakang perut sampai ke pundak.
Akhirnya tarian tangan ini berakhir di kepalaku dan aku hanya bisa meringis pasrah.

Duh kalau tahu begini sakitnya aku tidak akan pernah minta dipijit deh. Kapoook......!:-)


Alhamdulillah, setelah semua selesai baru terasa manfaatnya. Badan jadi segar dan terasa lebih fit dibanding sebelum pijet.

...

.


Pingin Pijet Pucat?
Silahkan hubungi nomor di bawah ini
08174740899 & 087883288807 [Mas Bambang]

.


































4 komentar:

Anonim mengatakan...

NGebayangin doank, badan terasa ikut di pijat dengan bara, bagaimana kalau memang bener di pijet mas B...? jadi teringat waktu pijat sama sinse dari Shaolin,...liat orang meringis (dalam hati bilank cengeng) begitu giliran saya, cukup 1 kaki, untuk kaki ke 2 ...saya sudah ngacir duluan.....hahahha ini kejadian beneran di daerah tanah kusir

Eko Eshape mengatakan...

ya begitulah kira-kira yang terjadi pada diriku

Unknown mengatakan...

Wah saya kalau pijat yang dicari yaa yang seperti itu, kalau biasa ngga mempan.
Berat saya 115 tinggi 178

Eko Eshape mengatakan...

langsung telepon aja pak