Setelah tiga hari dihajar habis-habisan, akhirnya tugas lemburku selesai juga. Ternyata orang-orang pintar (baca lulusan S2) kalau bertemu dan berdiskusi, perlu orang yang tidak begitu pintar untuk menjadi katalisatornya. Syaratnya mudah, si orang yang tidak begitu pintar ini harus bia diterima oleh semua peserta diskusi dan selalu berpikiran jernih untuk memberi dorongan semangat.
Setelah diskusi berjalan dengan sendirinya, maka yang kenudian diperlukan adalah mempercepat proses diskusi agar outputnya segera ketahuan. Output masing-masing keompok diskusi ini perlu dipercepat karena sudah ada kelompok lain yang memerlukannya untuk dijadikan input.
Suatu proses yang sederhana memang, tapi ternyata cukup melelahkan dan menyita waktu. Yang tadinya dikira sudah merupakan output yang tanpa cacat, ketika ditayangkan dan dibahas kembali, ternyata masih banyak “lobangnya”.
Diskusipun kembali dilakukan, dengan arahan yang makin jelas dan output yang lebih akurat.
Pertanyaannya, apakah output yang dihasilkan sudah memadai? Jangan berpuas diri dulu. Ada kalimat bijak untuk hal ini, katanya “selalu ada yang lebih baik daripada yang aaat ini telah dilakukan”.
Semangat improvement adalah semangat kaizen yang tidak pernah puas dengan “orgasme sesaat”, dia akan terus mencari “orgasme” yang lebih bermutu, suatu pencarian yang tak akan kunjung selesai.
Kalau kita baca kitab suci, ada juga suatu kalimat yang patut kita renungkan, yaitu :
“setelah kesusahan pasti ada kemudahan …..
dan bila kita telah menyelesaikan suatu urusan, maka urusan yang lain sudah menunggu kita….”
Salam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar