Ketika jalan-jalan sore [tapi naik mobil], Lita dan LiLo melihat beberapa mobil angkot yang "ngetem" di berbagai tempat. Salah satu tempat ngetem, di dekat Lippo Mall, terlihat begitu panjang antriannya, padahal sore itu tidak terlihat calon penumpang yang antri. Suasana bahkan cenderung sepi, mungkin karena mendung yang terlihat merata di semua tempat.
"Kalau nganggur begitu, rugi ya pak sopirnya?"
"Ya kalau terlalu banyak mobil dan penumpangnya sedikit, pasti sopir angkot itu pada rugi"
"Enakan yang punya angkot pak. Makin banyak angkot makin banyak uang masuk ya pak?"
"Kasihan sopir angkotnya, makin banyak angkot, mereka makin banyak kawan sesama sopir, tetapi pendapatan akan makin berkurang"
Sopir angkot di Cikarang, saat ini memang masih terus dalam kondisi yang memprihatinkan. Terlihat angkot yang bersliweran dalam kodnisi penumpangnya cuma satu atau beberapa orang saja. Sementara itu suara agar ongkos angkot diturunkan terus mengumandang [kan BBM sudah turun 3x?]
Angkot yang terlihat selalu penuh, nampaknya hanya angkot yang melayani rute ke Bekasi atau ke Cawang atau rute-rute lain yang hanya mau jalan kalau penumpangnya sudah penuh. Angkot ini memang tidak menurunkan dan menaikkan penumpang di sepanjang jalan, paling banter hanya menurunkan doank, tapi tidak pernah sambil menaikkan penumpang. Angkot 59 jurusan Cikarang Cawang ini memang beda dengan angkot Cawang Cibubur, meskipun warnanya sama persis [yang bikin orang sering salah naik]
Angkot A59, dengan tarif 5.500 [non AC] atau 6.000 [AC], ini sekali jalan bisa menarik uang sebesar [7+7+9+3=26] x 5.500/6.000 = 143.000/156.000.
Setiap sopir, diasumsikan rata-rata bisa menarik 4 kali, sehingga uang yang masuk ke sopir adalah 4 x 143.000/156.000 = 572.000/624.000
Kalau diasumsikan ada 40 armada angkot, dengan kombinasi 25 angkot AC dan 15 angkot non AC, maka uang yang beredar di angkot A59 adalah sekitar 23.660.000 per hari atau 709.800.000.
Dari perputaran uang sebesar itu, sekitar 382.500.000 masuk ke kantong "tauke" angkot, atau sang pemilik angkot. Angka itu bisa makin besar kalau jumlah armada angkot ditambah atau jumlah setoran dinaikkan.
Ini yang anakku bilang, lebih enak jadi orang kaya dan punya Angkot A59.
Menurutku sih, semua permainan angka itu hanya asyik dilihat, tapi yang menjalaninya mungkin masih merasa kurang.
Sang sopir yang punya penghasilan 4,6 juta per bulan [maksimal pendapatan untuk 2,5 rit atau 5 kali jalan], belum tentu membawa uang sebesar itu dalam setiap bulannya [apalagi kalau cuma bisa narik 1,5 rit, dijamin rugi alias nombok]. Pasti banyak uang siluman yang menggerogoti uang sebesar itu, belum lagi kalau sang sopir juga demen main kartu [sambil menanti giliran "narik"], maka uang sebesar itu atau sekitar [maksimal] 184 ribu/hari bisa habis di tengah jalan.
Seorang sopir bahkan hanya bis atersenyum kecut jika dia hanya mampu menarik 1,5 rit alias 3 kali jalan. Hanya uang rokok yang dia dapet, uang untuk anak istri terpaksa NIHIL.
Setali tiga uang dengan sang sopir adalah sang pemilik angkot. Biaya pemeliharaan angkot bisa murah bisa mahal, tergantung dari perlakuan mobil oleh sang sopir dan mekaniknya. Jika dipakai asal-asalan dan di"maintenance" seenaknya sendiri, maka biaya perbaikan per bulan bisa membuat kantong sang "tauke" kebobolan.
Itu sebabnya, saat ini kualitas mobil angkot A59 terlihat sudah mulai memprihatinkan. Dia sudah memerlukan akselerasi beberapa menit lebih lama dibanding tahun lalu yang begitu digas langsung melaju kencang.
Jadi, mungkin ini salah satu sebab, mengapa biarpun BBM turun tetapi ongkos angkot di Bekasi masih juga belum mau turun. Para pelakunya masih merasa belum untung banyak dengan ongkos angkot saat ini. "Masak masih disuruh turun lagi?", begitu mungkin yang ada di dalam benak mereka.
So, daripada pusing mikir ongkos angkot, lebih baik kita mikir diri sendiri. Bagaimana supaya hidup kita terus bahagia, meskipun ongkos angkot tidak mau turun lagi.
"Berbahagialah hari ini, karena Tuhan ingin kita bahagia"
"Kita bisa memilih untuk bahagia atau tidak, jadi lebih baik pilihlah untuk bahagia hari ini", begitu nasihat orang-orang "pintar".
Karena aku bukan orang pintar,maka aku hanya bisa bilang,
"Yuk Bahagia Yuk....!"
[atau anda punya pilihan lain?]
5 komentar:
wahhhh nasib memang punya bahasanya sendiri dalam meramaikan liku2 kehidupan seseorang
Bahagia adalah idaman setiap manusia. Kata orang bahagia itu ukurannya hati, maka jagalah hati kita. Dan hanya dengan mengingat Alloh lah hati akan menjadi tentram.
kadang-kadang yang membuat sopir angkot pulang cuma bawa duit buat makan karena toleransi sesama supir. walau bisa narik 3 rit, biasanya yang 1 rit disuruh temannya yang gak punya batangan untuk narik....
kita?
Mas Seno juga telah meramaikan liku2 blog ini.
He...he...he...makasih ya mas.
Salam
@Big Sugeng
makasih pencerahannya mas
semoga kit abis amembca suara hati dengan baik
amin
@Sibaho
bener tuh
kadang-kadang memang begitu tuh
Posting Komentar