Senin, Januari 28, 2008

Kontroversi Suharto


Media komunikasi, apapun bentuknya, sekarang sedang kenyang oleh berita mangkatnya mBah Suharto. Menarik memang saat mendengar suara pro dan kontra tentang Suharto.

Koran Tempo mengulas tentang tidak tuntasnya kasus Suharto, sehingga tidak bisa menjadi contoh untuk anak cucu. Emha, bingung tentang apa yang harus dimaafkan dari Suharto, karena selama ini kita tidak pernah diberi tahu apa sih salahnya Suharto, atau apa yang perlu dimaafkan dari Suharto.

Amin Rais, menilai kita ini bangsa yang besar, jadi tidak perlu ada keberatan memaafkan Suharto, yang lalu biar berlalu, yang penting bagaimana kita menghadapi masa depan yang masih perlu perjuangan.

Suharto sudah dihukum secara tidak langsung, kehilangan kehormatan yang telah dipegangnya selama 32 tahun, anak tercintanya masuk penjara, anak-anak yang lain rumah tangganya bermasalah, keluar masuk rumah sakit, dan semuanya itu tentu suatu hal yang tak pernah dibayangkannya. Ada Orang bilang, itulah hukum karma.

Pagi ini, sepanjang jalan menuju halim, banyak orang berdiri di pinggir jalan membawa bunga. Mereka ingin melepas orang yang mereka anggap sangat berjasa pada republik ini. Dibawah Suharto kita pernah swasembada pangan, hidup serba tentram dan kerinduan akan jaman Suharto ini terus hidup di hati mereka.

Emha bilang, tidak ada yang salah kalau rakyat punya pandangan berbeda-beda terhadap pemimpinnya. Ahli sejarah yang salah kalau nanti dia menulis roda sejarah berdasar “pesanan”.

Apapun yang telah terjadi, Suharto memang orang besar. Selamat jalan jendral, pengadilan yang paling adil sudah menantimu.

Jam 8.10 iring-iringan jenazah pak Harto kulihat dari balik jendela kantorku dan kuposting tulisan ini.

http://cache.eb.com/eb/image?id=61107&rendTypeId=4

Tidak ada komentar: