Rabu, Januari 23, 2008

Kematian (itu Indah)


Kedatangan malaikat Maut, selalu saja diikuti dengan cerita-cerita yang baru jelas ketika kematian itu datang. Semua sikap, tingkah laku, perbuatan atau apa saja yang dilakukan sebelum meninggal, selalu saja baru jelas setelah Maut menjemputnya.

Tidak ada urutan yang jelas (bagi kita) tentang siapa yang meninggal duluan, siapa selanjutnya dan yang lebih tidak jelas lagi adalah kematian bersama alias Kiamat, meskipun tanda-tanda menuju kiamat sudah makin jelas saja.

Saat kakak dari seorang kawan meninggal, seluruh saudara dan tetangga menunjukkan sikap yang sangat mengharukan. Mereka mengenang segala kebaikan almarhumah dan Allah swt menunjukkan betapa mudahnya kematian menjemput, meskipun usia masih muda dan amal terlihat sangat baik.

Puluhan “pelayat” yang mengiringi almarhumah menuju ke pemakaman menunjukkan betapa dekatnya almarhumah dengan lingkungannya.

Ketika sampai di pemakaman, rupanya rombongan anak muda yang bertugas mengangkat keranda masih tertahan kemacetan jalan di Bandung, yang memang di hari Senin sore itu cukup padat.

Akhirnya, kami golongan kepala mendekati 5 dan 6 yang mengangkat keranda itu. Ini suatu hal yang sudah 20 tahun lebih tidak kulakukan. Sungguh ini adalah suatu kenangan yang membuat aku langsung bernostalgia, tentang kematian orang-orang dekatku selama ini.

Terakhir aku naik mobil ambulan adalah ketika membawa jenazah Eyang Aik di Medan, terakhir melepaskan sandal dan masuk ke kuburan adalah ketika ayah mertua meninggal di Yogya.

Sementara itu, aku sering tidak sempat mengikuti prosesi pemakaman beberapa keluarga dekat. Meskipun aku langsung beli tiket begitu mendengar berita kematian ibu mertua dan juga ayahku, tetap saja aku tidak sempat ikut menyaksikan prosesi itu. Demikian juga ketika adikku meninggal.

Semua itu memang sudah ada yang mengatur, dan kita hanya menjalani saja. Semoga semua amal baik mereka diterima Allah swt.
Amin

Sungguh kematian itu memang indah, bila kita punya bekal yang cukup.
Insya Allah, kita diberi kematian yang khusnul khotimah.
Amin.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Tentang Kematian

Beberapa hari ini burung Prenjak yang tiap hari berkicau di pohon Pete belakang rumah tak tampak, dan tak terdengar d sekitar rumah di dusunku. Diganti dg suara burung -entah apa namanya- yang berbunyi 'ngelangut', membuat hati miris.

Konon burung itu sering dsebut Burung Kematian, menandakan berita kematian bagi kerabat atau tetangganya.

Tak masuk akal dan cenderung 'Rasis Kebinatangan' memang.
Tapi suara nglangutnya dari kejauhan cukup menusuk hati.

Benar-benar selalu mengingatkanku kepada kesendirian dan kesunyian: kematian.

Lalu kuingat buku yang baru2 ini kubaca, Memaknai Kematian - Kang Jalaluddin Rakhmat.
Bahwa kematian adalah jalan pensucian diri.
Bahwa kesakitan yang diikuti kematian adalah Pensucian diri yang agung..
Maka, nikmat Tuhan yang mana lagikah yang layak kita ingkari?

Terlalu indah untuk diabaikan :
cara Tuhan menyayangi makhluk-Nya.