Tampilkan postingan dengan label pks. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label pks. Tampilkan semua postingan

Jumat, November 21, 2008

Presiden 2009 : SBY [lagi???]

Mendekati tahun 2009, gaung capres masih malu-malu terdengar. Sultan HB X, tidak pernah mengakui keinginannya untuk jadi Capres. Dia hanya bersedia untuk dicalonkan sebagai Capres. Demikianlah bahasa politiknya [kira-kira begitu ya...].

Orang Yogyapun terbelah, antara mendukung Sultan sebagai Capres atau mempertahankan Sultan sebagai pengayom di Yogya.

Capres yang sudah yakin akan kekuatannya memang sudah mencanangkan diri, maju sebagai Capres. Megawati, misalnya, sudah pasti mengajukan dirinya sebagai Capres dengan PDI P sebagai kendaraannya.

Golkar belum tegas mau mencalonkan siapa sebagai Capresnya. Golkar masih "wait and see", sementara partai Demokrat dipastikan akan mengajukan SBY sebagai capresnya. Kelihatannya ada keraguan dari Golkar untuk mendukung kadernya [Sultan HB X] sebagai capres, sementara itu dukungan dari partai non Golkar justru terus mengalir ke Sultan.

Disini ada fenomena "Blarak" Obama yang menjadi presiden dengan karir awal sebagai gubernur. Mungkinkah Indonesia akan meniru Amerika?

Persyaratan Capres tahun 2009, membuat tidak ada partai yang bisa mencalonkan Capresnya tanpa harus melakukan koalisi.

Para pengamatpun mulai berhitung. PDI P mungkin akan merangkul partai yang punya basis Islam, sehingga mungkin akan kembali mendekati para pengikut NU [mulai dari PKB, sampai P3].

Sementara itu, Golkar bila sudah tidak mau gabung dengan Demokrat, mungkin akan melirik partai Islam lain, selain pengikut NU. Bisa jadi mereka akan merangkul Yusril sebagai cawapresnya, tentu bersama dengan partai pendukungnya.

Saat ini kepercayaan rakyat terhadap partai terlihat makin anjlok. Secara kasar ini ditandai dengan tingginya swing voter [berdasar hasil survey Lembaga Survei Indonesia].

Hal ini akan sangat menguntungkan presiden saat ini [SBY]. Bukan tidak mungkin "Swing voter" atau perilaku pemilih yang tidak terikat oleh sebuah partai politik akan memberikan suaranya pada SBY, presiden yang sudah membuktikan dapat bertahan dengan baik, meskipun selalu didera bermacam kasus, mulai dari blue energy sampai super toy.

Siapa pasangan SBY yang paling pas?

Saat ini, dengan kreatifitas yang begitu tinggi dari PKS, maka bukan tidak mungkin pada pemilu 2009 nanti PKS akan melejit perolehan suaranya, sehingga akan nyaman bersanding dengan SBY.

Koalisi Demokrat dan PKS dipastikan akan mendulang banyak perolehan suara. Citra sebagai partai bersih, sampai saat ini masih belum luntur dari PKS, sehingga tentu akan makin memperkuat pasangan Demokrat PKS.

Benarkah demikian?

Hanya Tuhan yang tahu. Tulisan ini hanya coretan dari orang yang tidak faham politik kok. Sok-sokan saja nulis tentang Capres [sambil berdoa, semoga Presiden 2009 adalah putra terbaik Indonesia yang mampu membuat Indonesia Bangkit ! Amin]

Salam

Senin, November 17, 2008

PKS, Partai Cerdas [?]

Tak pelak lagi, iklan "politik" PKS menuai pro dan kontra di kalangan masyarakat. Ada yang bilang bahkan menuai kontra juga di kalangan internal partai.

Kalau dilihat dari sisi lain, maka iklan ini adalah iklan cerdas, yang mungkin sedang menunjukkan kecerdasan partai ini untuk mempersiapkan diri dalam ajang pemilu 2009.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa kelompok pemilih yang akan menentukan kemenangan partai, saat ini ada di kalangan pemilih baru yang masih mengambang. Para pemilih di kalangan ini tidak pernah fanatik terhadap suatu partai, atau relatif tidak sefanatik pemilih lama [pemilih mapan].

Saat ini sosok capres 2009 masih belum terlihat dengan jelas, yang bila kondisi ini terus berlanjut, bukan tidak mungkin SBY akan terus melenggang tanpa saingan [berarti] di pemilu 2009 nanti.

Melihat sikon saat ini, melihat belum jelasnya capres masing-masing partai, melihat perlunya koalisi [wajib malah!], maka iklanpun di"publish".

Bagi penggemar PKS, maka apapun komentar orang terhadap iklan ini tidak akan menggoyahkan pilihan mereka yang sudah "pejah gesang nderek PKS". Kelihatannya para pimpian PKS sangat yakin akan fenomena itu, sehingga ketika masyarakat terbelah, maka di sisi penggemar PKS tidak akan ada pengurangan suara.

Di sisi lain, para penggemar tokoh-tokoh yang ditampilkan dalam iklan PKS akan tersugesti untuk mulai melirik ke PKS atau bahkan mungkin menjadi "penggemar" baru PKS.

Tidak bisa dipungkiri lagi, bahwa saat ini masih banyak masyarakat ramai yang melihat kondisi jaman Suharto jauh lebih enak dibanding kondisi sekarang. Bagi mereka banyak sekali parameter yang membuat mereka yakin jaman sekarang ini lebih buruk dari jaman Suharto.

Inilah salah satu segmen yang dibidik oleh PKS. Demikian juga para penggemar tokoh-tokoh lain yang ada dalam iklan PKS. Penggemar pendiri Muhammadiyah, misalnya. Mungkin mereka bingung mau milih PAN atau PMB, lalu sekarang ada PKS, jangan-jangan mereka malah lari ke PKS.

Mereka yang memprotes iklan PKS memang dari dulu dianggap tidak pernah menjadi penggemar PKS, sehingga diprediksi tidak akan mengurangi perolehan suara PKS di pemilu 2009 yad.

Benarkah PKS partai yang cerdas?

Bagaimana menurut anda?

Selasa, November 11, 2008

Guru Bangsa

Waktu aku kecil, aku begitu mendewakan Suharto. Tahun 1966 sampai tahun 70an, rasanya sosok Suharto adalah sosok yang begitu "adem", sangat mengayomi dan sangat berjiwa kebapakan.

Tahun-tahun ketika Suharto rajin berdialog dengan para petani adalah tahun yang membuat aku terpana dengan beliau. Seorang presiden yang mampu berdialog dengan rakyatnya dalam suasana yang segar dan hangat. Presiden mana yang bisa seperti itu?

Sudah begitu, rasa kedaerahan juga membuat aku makin angkat topi buat beliau. Sampai akhirnya, aku mulai ragu-ragu dengan sikap beliau yang mendua dan terlihat sangat diktator.

Dia begitu sayang sama anak-anaknya sampai melupakan kewajibannya sebagai kepala negara, dan mulai menghasilkan keputusan-keputusan yang mendukung bisnis anak-anaknya. Hutang negara yang makin besar tiak menjadi perhatiannya, dmeikian juga korupsi yang akhirnya sudah melebur dalam budaya pemerintahan.

Aku tercenung ketika negara terkaya sumber dayanya ini makin terpuruk, bahkan mendapat predikat sebagai negara dengan tingkat korupsi yang sangat memprihatinkan.

Kehebatan beliau di mataku makin turun dan akhirnya seperti timbul tenggelam. Ajakannya untuk mencintai produk Indonesia [eh ini ajakan Suharto atau Bimbo ya?] masih relevan sampai saat ini [bahkan sangat diperlukan pada krisis global moneter saat ini], tapi tindakannya yang makin jauh dari jiwa demokrasi membuat kehebatannya kembali tenggelam.

Ketika akhirnya beliau terguling, aku malah bersyukur. Bahkan aku justru tertarik dengan sosok Wiranto yang kala itu terlihat begitu PeDhe untuk menjalankan hak dan kewajibannya sebagai tentara nasional Indoensia.

Saat ini ingatan pada Suharto kembali terusik. Partai yang tidak kucoblos tetapi selalu kuhargai telah "menobatkan" Suharto sebagai pahlawan dan guru bangsa.

Nilai plus Suharto bagi Indonesia memang banyak, tapi [mungkin] sebanyak itulah "dosa" dia untuk Indonesia. Kebaikan setahun saja hilang oleh hujan sehari, apalagi kalau hujannya lebih dari sehari.

[pas nulis ini pas ada iklan Guru Bangsa di TiPi].

Menurut anda, benarkah Suharto itu Guru Bangsa?