Tampilkan postingan dengan label masak. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label masak. Tampilkan semua postingan

Sabtu, Mei 09, 2009

Mencari Bahagia

Perjalanan yang lumayan melelahkan akhirnya selesai juga di hari Sabtu sore ini. Dimulai dari naik angkot mandala ke Pekan Baru Riau pada hari Senin dan diakhiri dengan Angkot Garuda dari Yogya ke Jakarta pada Sabtu sore ini.

Aku langsung meluncur ke Cimart untuk mengecek isue yang beredar bahwa ada kutu di beras yang dijual cimart.

Disana kulihat dua orang pegawai di toko CiMArt sedang melakukan "Quality Control" terhadap beras yang diisukan mengandung kutu. Menurut laporan mereka, tidak ada kutu yang ditemukan, tetapi mereka tetap waspada karena begitu ada kutu beneran, maka pelanggan akan berpikir dua kali sebelum beli beras di Cimart.

Setelah puas bercengkerama sambil beli beberapa kebutuhan rumah, akupun meluncur ke PET CORNER untuk beli makanan kucing persia. Sun Diet !

Andai di CimaRt ada makanan kucing pasti kubeli disana, sayangnya belum ada peminat yang lain, jadi belum menjadi prioritas toko CimArt.

Sampai di rumah, kuajak anak-anakku untuk masak, karena ibunya sedang pergi ke Surabaya untuk melakukan terapi berbagi sehat energi kalung biofir.

Seperti biasa, suasana selalu heboh kalau kami masak bersama. Alhamdulillah, hasilnya cukup memuaskan. Tinggal satu piring yang tersisa di panci. He..he..he.. tadi kebanyakan sih memasukkan material yang dimasak.

Inilah masak makan malam yang murah meriah.

Uang memang bisa berbuat banyak tetapi kebahagiaan tetap tidak dapat dibeli dengan uang, kebahagiaan hanya dapat kita cari di diri kita sendiri. Jadi lebih mudah mencari kebahagiaan dibanding mencari uang.

Benarkah itu?

Hanya hati anda yang bisa menjawabnya.

Rabu, Desember 10, 2008

Pesta Daging Kurban

Idul Adha seperti hari ini, di Indonesia dan negara mayoritas muslim lainnya banyak orang (nggak kaya nggak miskin) yang berpesta daging kurban, entah sapi, kambing, domba bahkan unta. Memang hari raya ini dimaksudkan agar setiap orang bisa saling berbagi satu sama lain. Orang-orang bersuka cita dengan daging korbannya masing-masing. Banyak suguhan masakan yang disajikan, di Indonesia ada tongseng, gulai, sate, dll. Aku sendiri merasa senang karena sudah kenyang mencicipi masakan kambing buatan ibu. Siang tadi kami memasak tongseng dan sate kambing, meskipun sedikit rasanya tetap puas.


Sedikit cerita tentang hari raya idul Adha tahun ini. Sepertinya imbas krisis global ikut terasa dampaknya. Aku banyak menemukan di sekitar, banyak tetangga yang ikut berkurban tapi hewan kurbannya tampak kurus dan mengenaskan. Beberapa orang nekat malah mencoba berkurban anak kambing, tega banget deh. Kalau aku sih nggak tega untuk menyembelihnya, hidup hewan itu udah susah ditambah susah lagi, kasihan banget. Harusnya kalo emang uang sedang mepet, iuran aja untuk beli hewan kurban yang layak. Jangan nekat untuk mengorbankan hewan yang kondisinya mengenaskan seperti itu. Dunia ini memang tambah gila dan ada-ada saja. Tapi ada satu yang nggak berubah, yaitu acara masak-memasak yang tetep seru.


Acara masak memasak kadang sampai membuat terlena. Beberapa orang yang masak gila-gilaan seperti mau disantap semuanya. Gizi yang didapatkan dari daging kurban yang telah diolah seharusnya bisa dikontrol. Kalo nggak dikontrol bisa-bisa kelebihan gizi alias jadi gemuk. Untuk daging jenis kambing memang banyak yang bermasalah dengannya. Orang yang kena darah tinggi (hipertensi) pantang makan daging ini, jadi harus hati-hati. Tetanggaku ada yang mati muda karena menyepelekan penyakit darah tingginya dan menyantap daging kambing. Pokoknya bolehlah berpesta, asalkan bisa mengontrol nafsu makan. Disaat semuanya tersedia, memang orang jadi lupa diri. Untung tadi tidak semua daging kurban kami olah, sebagian disimpan untuk dimasak lain waktu. Perut aku saja saat ini sedikit-sedikit mulai membuncit.


Inget juga untuk terus berbagi, kadang-kadang distribusi daging kurban tidak merata. Masih ada saja orang yang harus berjuang berdesak-desakan untuk bisa mendapatkan daging yang harusnya banyak tersedia ini. Tadi saja di TV aku lihat betapa ricuhnya pembagian kupon daging kurban, hanya beberapa menit setelah sholat Eid. Bila ada tetangga yang masih belum kebagian, sisakan daging kurban untuk mereka. Jangan sampai menyimpan daging terlalu banyak, kalau tidak sempat diolah semua bisa jadi busuk. Ini bukan saat untuk rakus, tapi saat untuk saling berbagi kebahagiaan. Perut memang tidak ada habisnya untuk diganjal, sedikit terisi ingin diisi lagi dan lagi.


Yang jelas aku ingin mengucapkan Selamat Idul Adha buat semuanya saja. Jadikan momen hari raya ini saat untuk memperbaiki diri dan mempererat silaturahmi. Buat diri kamu semua bermanfaat bagi orang lain, masyarakat dan dunia. Selamat menyantap masakan daging kurban masing-masing juga. Bila punya resep masakan yang bisa dibagi, bolehlah aku ingin tahu. Sebenernya aku juga pengen bagi-bagi resep makanan, tapi udah lupa cara masak nih. Oh ya, buat temen-temen yang jauh di luar negeri sana, bagaimana suasana Idul Adha di tempat tinggal km? Sama nggak dengan yang di Indonesia? Take care all.


ITISRAMA.COM

[ditulis oleh ponakanku]

Minggu, Mei 18, 2008

Pas ada Hikmahnya (2)

Punya anak kecil yang sering ditinggal pergi, maka akibatnya anak jadi pinter masak telur sendiri (lihat di http://eshape.blogspot.com/2008/03/pasti-ada-hikmah.html), maka pada episode kali ini ternyata Lilo sudah pandai juga masak nasi sendiri.

Mulai dari nyuci beras, ngambil tempat masak nasi dari Rice Cooker, mencucinya, sampai memasukkan beras ke rice cooker, Lilo sudah mampu menyelesaikannya sendirian.

Mendengar ceritanya, aku langsung minta dia rekonstruksi ulang dan kuambil gambarnya dengan Nokia N-73.

Ini hasilnya.

Sabtu, Maret 22, 2008

Lomba Masak (nasi goreng)

Ada resep untuk menjadi juara lomba masak nasi goreng, dengan catatan yurinya memang cukup profesional, bukan asal yuri-yurian. Untuk yuri yang sangat profesional aku tidak yakin resep ini berlaku, meskipun yang ngasih tahu aku adalah yuri yang sangat profesional.

Sebelum memasak, lakukan hal-hal berikut :
1. Semua perlengkapan masak dalam kondisi siap pakai (bersih dan rapi di tata di atas meja lomba).
2. Wajah menunjukkan muka yang ikhlas untuk memenangkan lomba.

Pada saat proses memasak, pastikan hal-hal ini :
1. Setiap selesai melakukan satu proses memasak, meja langsung dibersihkan dan sampah dibuang di tempatnya.
2. Lakukan semua proses dengan gembira, ikhlas dan jangan pernah menyalahkan teman (bila lomba diadakan model grup bukan perorangan). Ingat senyum yang ikhlas adalah bibir ditarik 2 cm ke kiri dan 2 cm ke kanan (seimbang)

Setelah proses memasak selesai, maka yang dilakukan hanyalah merasa yakin sudah menang dan segera bersyukur karena telah diberi nikmat memenangkan lomba oleh Allah swt.

Resep ini ketika kulakukan ternyata aku “hanya” menjadi juara dua. Why?

Rasa masakanku dianggap paling lezat, proses masak juga mengindahkan kaidah K3 (bersih dan aman), hanya saja hiasan yang kita buat memang gak jadi-jadi. Tadinya mau buat hiasan pesawat pakai timun tapi sampai bel berbunyi hiasan gak jadi-jadi, sehingga dari sisi penampilan paling “enggak” deh…


Akhirnya memang kita harus ikhlas, bahwa ada yang lebih baik dari kita. Ini suatu pelajaran yang harus menjadi rangsangan untuk melakukan improvement di lomba yang akan datang.

Kemarin aku masak nasi goreng dengan berbagai macam ilmu, dan hasilnya sampai pagi ini nasi gorengnya belum habis dimakan (keasinan 'kali!:-)

Inysa Allah, bisa juara lagi dan di rumah juga bisa masak dengan lebih enak dibanding saat lomba. Amin.