Tampilkan postingan dengan label ongkos. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label ongkos. Tampilkan semua postingan
Senin, April 25, 2011
Naik Becak di Yogya kok makin dekat makin mahal ya?
Kami semua terbahak-bahak mendengar cerita seorang turis lokal ketika bercerita tentang pengalamannya naik becak di Yogya.
"Kami waktu itu tidak berniat untuk pergi kemana-mana lagi setelah capek jalan-jalan di seputaran malioboro. Eh...ada tukang becak nawarin ke kami dengan ngototnya..."
"Apa katanya?"
"Mari mbak, pergi ke tiga tempat cuma lima ribu saja. Murah mbak, nanti saya anter balik lagi ke sini..."
".............."
"Ketika kami tetap tidak mau, abang becakny amenurunkan harganya sampai tiga ribu dan kami tetap saja tidak mau, namanya saja sudah capek"
"......"
"Eh terakhir dia masih bilang rong ewu limang atus, halah berapa itu..."
"Dua ribu lima ratus"
"Nah bayanganku pasti lebih murah dari tiga ribu deh pokoknya"
"...terus...?"
"Akhirnya kami memutuskan naik becak tapi tidak ke tempat yang jauh-jauh itu, Kami putuskan kembali ke hotel di jalan Sosrowijayan, eh ternyata biaya naik becak dari Hotel Mutiara ke jalan Sosro wijayan malah sepuluh ribu. Kok bisa ya? Lebih dekat kok malah lebih mahal???"
Begitulah cerita pecahnya tertawa kami. Setelah reda baru kita jelaskan bahwa abang becak itu sebenarnya tidak perlu dibayar mahal untuk ke tiga tempat tujuan, soalnya mereka akan mendapat tips dari para pemilik tempat yang dikunjungi oleh turis lokal itu.
Temanku akhirnya ikut ngakak ketika tahu darimana asalnya angka sepuluh ribu itu.
Rabu, April 29, 2009
Serba Serbi Flight A59
"Aku pakai Deliani [note book mini] pak untuk bongkar-bongkar FB bapak di atas 121", begitulah kira-kira imil yang masuk ke BB-ku.
Sesama pengemar transportasi masal memang saat ini dimanjakan dengan koneksi yang unlimited dari beberapa penyedia layanan akses internet, sehingga sepanjang jalan dari rumah menuju ke kantor bisa asyik ber"hubungan" dengan sesama teman "maya"-nya masing-masing.
Itu pula yang membuat aku makin cinta pada penerbangan nomor Flight A59 dari Cikarang ke Cawang. Bagaimana tidak, naik penerbangan Airbus A59 ini sangat nyaman kok.
Ini daftar kenyamanan dari penerbangan Flight A59
1. Setiap hari selalu tambah kenalan baru, meskipun hanya kenal wajah tanpa kenal nama [ini terutama bagi yang suka narikin ongkos dalam rangka membantu sopir yang sibuk mengemudi]
2. Kalau ngantuk tidak perlu menepi dulu, tapi langsung tidur dengan segala gaya [bebas], sehingga sampai Cawang sudah seger lagi.
3. Mengurangi penggunaan BBM pribadi [untung di kantong dan secara berjamaah mengurangi konsumsi sumber daya alam dalam hal ini BBM]. Yang ini adalah keuntungan yang agak dipaksain tapi sebenarnya tindakan yang nyata dan bermanfaat.
4. Mengurangi kemacetan [meski efeknya sangat sedikit, tapi lumayan deh]
5. dll dll dlll [masih banyaktapi kalau ditulis semua takut kalau gak dibaca [he..he..he...]
Ketidak nyamanan juga pasti ada, tapi kalau dihadapi dengan senyum pasti rasanya tetap nyaman juga.
Contoh, ketika kemarin aku narikin ongkos pada para penumpang. Ternyata mereka pada menyodorkan uang 50 ribuan padaku padahal ongkosnya cuma 5.500.
Dari sejumlah orang yang ada di bagian belakang Flight A59 akan terkumpul uang sebanyak 126.500, nah kalau sekarang sudah terkumpul sejumlah uang yang lebih dari jumlah itu, darimana aku mesti memberi kembalian pada mereka itu.
Kupandangi lembar-lembar 50 ribuan ini dengan senyum simpul.
Alhamdulillah, aku masih bisa membayar ongkos dengan uang pas, cuma kadang-kadang secara manusiawi jengkel juga melihat mereka dengan tanpa dosa membayar uang 50 ribuan.
Bahkan pernah ada yang marah-marah gak mau dititipin uang angkot, Padahal cuma minta tolong untuk disampekan ke "kondektur". Dia mengangap dirinya kaya raya, sehingga tak pantas ikut menarik ongkos penumpang angkot ini.
Wah, tetanggaku yang hidupnya mapan dan punya mobil bagus di garasi, rela juga kok naik angkot ini dan tetap bersikap seperti penumpang lain yang bersahaja dan penuh senyum persahabatan.
Setelah lama melihat-lihat lembaran 50 ribuan, akupun menukarkan satu lembar ke pak Sopir dan menawarkan pada penumpang untuk menukar uang 50 ribuan ini dengan pecahan berapapun.
Yang pertama mendapat pengembalian uang adalah mereka yang membayar ongkos 50.500, artinya kembalianya bulat 45.000. Kalau yang membayar 50.000 utuh kembaliannya agak sukar 44.500, jadi kunomor duakan.
Kebetulan yang mbayar 50.500 adalah seoranhg cewek muda, sehingga ada kesan aku milih-milih, tapi cuek ajalah. Kusodorkan kembalian 45.000 dan ada ucapan terima kasih dari bibir tipis itu [emang tahu kalau bibirnya tipis?].
Begitulah sebaiknya yang dilakukan oleh mereka yang menerima kembalian ongkos yang mereka bayarkan. Ucapan terima kasih atau minimal pandangan yang penuh pancaran persahabatan adalah etika yang pantas untuk hal ini.
Biarpun aku tidak mengharap ucapan itu, tapi kalau melihat mereka yang acuh menerima kembalian yang susah payah diusahakan, rasanya jengkel juga deh [wah.. artinya aku memang mengharap ucapan terima kasih nih, berarti aku masih belum ikhlas melakukan hal ini ya, astaghfirullah].
Senang juga kalau melihat pasutri yang berdiskusi sepanjang jalan di angkot ini. Bagaimana tidak, berbisikpun akan didengar oleh orang yang duduk di sekitar kita, apalagi kalau ngomongnya sampai diisi dengan emosi yang naik turun.
Wah kayak nonton sinetron 3Dimensi deh.
Begitu juga kalau ada yang nelpon dan lupa kalau sedang naik angkot. Wah, jadi ngebayangin apa yang sedang diomongkan oleh lawan bicara penelpon yang ada di samping kita nih.
Naik Angkot 59 memang penuh sensasi. Jangan sekali-kali berani nyoba naik kalau belum pernah naik, takut kecanduan.
He..he..he... salam mesra penuh persahabatan buat penumpang Angkot 59.
...... .........
Sesama pengemar transportasi masal memang saat ini dimanjakan dengan koneksi yang unlimited dari beberapa penyedia layanan akses internet, sehingga sepanjang jalan dari rumah menuju ke kantor bisa asyik ber"hubungan" dengan sesama teman "maya"-nya masing-masing.
Itu pula yang membuat aku makin cinta pada penerbangan nomor Flight A59 dari Cikarang ke Cawang. Bagaimana tidak, naik penerbangan Airbus A59 ini sangat nyaman kok.
Ini daftar kenyamanan dari penerbangan Flight A59
1. Setiap hari selalu tambah kenalan baru, meskipun hanya kenal wajah tanpa kenal nama [ini terutama bagi yang suka narikin ongkos dalam rangka membantu sopir yang sibuk mengemudi]
2. Kalau ngantuk tidak perlu menepi dulu, tapi langsung tidur dengan segala gaya [bebas], sehingga sampai Cawang sudah seger lagi.
3. Mengurangi penggunaan BBM pribadi [untung di kantong dan secara berjamaah mengurangi konsumsi sumber daya alam dalam hal ini BBM]. Yang ini adalah keuntungan yang agak dipaksain tapi sebenarnya tindakan yang nyata dan bermanfaat.
4. Mengurangi kemacetan [meski efeknya sangat sedikit, tapi lumayan deh]
5. dll dll dlll [masih banyaktapi kalau ditulis semua takut kalau gak dibaca [he..he..he...]
Ketidak nyamanan juga pasti ada, tapi kalau dihadapi dengan senyum pasti rasanya tetap nyaman juga.
Contoh, ketika kemarin aku narikin ongkos pada para penumpang. Ternyata mereka pada menyodorkan uang 50 ribuan padaku padahal ongkosnya cuma 5.500.
Dari sejumlah orang yang ada di bagian belakang Flight A59 akan terkumpul uang sebanyak 126.500, nah kalau sekarang sudah terkumpul sejumlah uang yang lebih dari jumlah itu, darimana aku mesti memberi kembalian pada mereka itu.
Kupandangi lembar-lembar 50 ribuan ini dengan senyum simpul.
Alhamdulillah, aku masih bisa membayar ongkos dengan uang pas, cuma kadang-kadang secara manusiawi jengkel juga melihat mereka dengan tanpa dosa membayar uang 50 ribuan.
Bahkan pernah ada yang marah-marah gak mau dititipin uang angkot, Padahal cuma minta tolong untuk disampekan ke "kondektur". Dia mengangap dirinya kaya raya, sehingga tak pantas ikut menarik ongkos penumpang angkot ini.
Wah, tetanggaku yang hidupnya mapan dan punya mobil bagus di garasi, rela juga kok naik angkot ini dan tetap bersikap seperti penumpang lain yang bersahaja dan penuh senyum persahabatan.
Setelah lama melihat-lihat lembaran 50 ribuan, akupun menukarkan satu lembar ke pak Sopir dan menawarkan pada penumpang untuk menukar uang 50 ribuan ini dengan pecahan berapapun.
Yang pertama mendapat pengembalian uang adalah mereka yang membayar ongkos 50.500, artinya kembalianya bulat 45.000. Kalau yang membayar 50.000 utuh kembaliannya agak sukar 44.500, jadi kunomor duakan.
Kebetulan yang mbayar 50.500 adalah seoranhg cewek muda, sehingga ada kesan aku milih-milih, tapi cuek ajalah. Kusodorkan kembalian 45.000 dan ada ucapan terima kasih dari bibir tipis itu [emang tahu kalau bibirnya tipis?].
ini cewek yang mbayar 50.500 itu [tipis gak ya bibirnya?]
Begitulah sebaiknya yang dilakukan oleh mereka yang menerima kembalian ongkos yang mereka bayarkan. Ucapan terima kasih atau minimal pandangan yang penuh pancaran persahabatan adalah etika yang pantas untuk hal ini.
Biarpun aku tidak mengharap ucapan itu, tapi kalau melihat mereka yang acuh menerima kembalian yang susah payah diusahakan, rasanya jengkel juga deh [wah.. artinya aku memang mengharap ucapan terima kasih nih, berarti aku masih belum ikhlas melakukan hal ini ya, astaghfirullah].
Senang juga kalau melihat pasutri yang berdiskusi sepanjang jalan di angkot ini. Bagaimana tidak, berbisikpun akan didengar oleh orang yang duduk di sekitar kita, apalagi kalau ngomongnya sampai diisi dengan emosi yang naik turun.
Wah kayak nonton sinetron 3Dimensi deh.
Begitu juga kalau ada yang nelpon dan lupa kalau sedang naik angkot. Wah, jadi ngebayangin apa yang sedang diomongkan oleh lawan bicara penelpon yang ada di samping kita nih.
Naik Angkot 59 memang penuh sensasi. Jangan sekali-kali berani nyoba naik kalau belum pernah naik, takut kecanduan.
pasutri yang asyik ngobrol
He..he..he... salam mesra penuh persahabatan buat penumpang Angkot 59.
...... .........
Rabu, Februari 11, 2009
Nasib Sopir Angkot dan BBM yang turun 3 kali
Ketika jalan-jalan sore [tapi naik mobil], Lita dan LiLo melihat beberapa mobil angkot yang "ngetem" di berbagai tempat. Salah satu tempat ngetem, di dekat Lippo Mall, terlihat begitu panjang antriannya, padahal sore itu tidak terlihat calon penumpang yang antri. Suasana bahkan cenderung sepi, mungkin karena mendung yang terlihat merata di semua tempat.

"Kalau nganggur begitu, rugi ya pak sopirnya?"
"Ya kalau terlalu banyak mobil dan penumpangnya sedikit, pasti sopir angkot itu pada rugi"
"Enakan yang punya angkot pak. Makin banyak angkot makin banyak uang masuk ya pak?"
"Kasihan sopir angkotnya, makin banyak angkot, mereka makin banyak kawan sesama sopir, tetapi pendapatan akan makin berkurang"
Sopir angkot di Cikarang, saat ini memang masih terus dalam kondisi yang memprihatinkan. Terlihat angkot yang bersliweran dalam kodnisi penumpangnya cuma satu atau beberapa orang saja. Sementara itu suara agar ongkos angkot diturunkan terus mengumandang [kan BBM sudah turun 3x?]
Angkot yang terlihat selalu penuh, nampaknya hanya angkot yang melayani rute ke Bekasi atau ke Cawang atau rute-rute lain yang hanya mau jalan kalau penumpangnya sudah penuh. Angkot ini memang tidak menurunkan dan menaikkan penumpang di sepanjang jalan, paling banter hanya menurunkan doank, tapi tidak pernah sambil menaikkan penumpang. Angkot 59 jurusan Cikarang Cawang ini memang beda dengan angkot Cawang Cibubur, meskipun warnanya sama persis [yang bikin orang sering salah naik]
Angkot A59, dengan tarif 5.500 [non AC] atau 6.000 [AC], ini sekali jalan bisa menarik uang sebesar [7+7+9+3=26] x 5.500/6.000 = 143.000/156.000.
Setiap sopir, diasumsikan rata-rata bisa menarik 4 kali, sehingga uang yang masuk ke sopir adalah 4 x 143.000/156.000 = 572.000/624.000
Kalau diasumsikan ada 40 armada angkot, dengan kombinasi 25 angkot AC dan 15 angkot non AC, maka uang yang beredar di angkot A59 adalah sekitar 23.660.000 per hari atau 709.800.000.
Dari perputaran uang sebesar itu, sekitar 382.500.000 masuk ke kantong "tauke" angkot, atau sang pemilik angkot. Angka itu bisa makin besar kalau jumlah armada angkot ditambah atau jumlah setoran dinaikkan.
Ini yang anakku bilang, lebih enak jadi orang kaya dan punya Angkot A59.
Menurutku sih, semua permainan angka itu hanya asyik dilihat, tapi yang menjalaninya mungkin masih merasa kurang.
Sang sopir yang punya penghasilan 4,6 juta per bulan [maksimal pendapatan untuk 2,5 rit atau 5 kali jalan], belum tentu membawa uang sebesar itu dalam setiap bulannya [apalagi kalau cuma bisa narik 1,5 rit, dijamin rugi alias nombok]. Pasti banyak uang siluman yang menggerogoti uang sebesar itu, belum lagi kalau sang sopir juga demen main kartu [sambil menanti giliran "narik"], maka uang sebesar itu atau sekitar [maksimal] 184 ribu/hari bisa habis di tengah jalan.
Seorang sopir bahkan hanya bis atersenyum kecut jika dia hanya mampu menarik 1,5 rit alias 3 kali jalan. Hanya uang rokok yang dia dapet, uang untuk anak istri terpaksa NIHIL.
Setali tiga uang dengan sang sopir adalah sang pemilik angkot. Biaya pemeliharaan angkot bisa murah bisa mahal, tergantung dari perlakuan mobil oleh sang sopir dan mekaniknya. Jika dipakai asal-asalan dan di"maintenance" seenaknya sendiri, maka biaya perbaikan per bulan bisa membuat kantong sang "tauke" kebobolan.
Itu sebabnya, saat ini kualitas mobil angkot A59 terlihat sudah mulai memprihatinkan. Dia sudah memerlukan akselerasi beberapa menit lebih lama dibanding tahun lalu yang begitu digas langsung melaju kencang.
Jadi, mungkin ini salah satu sebab, mengapa biarpun BBM turun tetapi ongkos angkot di Bekasi masih juga belum mau turun. Para pelakunya masih merasa belum untung banyak dengan ongkos angkot saat ini. "Masak masih disuruh turun lagi?", begitu mungkin yang ada di dalam benak mereka.
So, daripada pusing mikir ongkos angkot, lebih baik kita mikir diri sendiri. Bagaimana supaya hidup kita terus bahagia, meskipun ongkos angkot tidak mau turun lagi.
"Berbahagialah hari ini, karena Tuhan ingin kita bahagia"
"Kita bisa memilih untuk bahagia atau tidak, jadi lebih baik pilihlah untuk bahagia hari ini", begitu nasihat orang-orang "pintar".
Karena aku bukan orang pintar,maka aku hanya bisa bilang,
"Yuk Bahagia Yuk....!"
[atau anda punya pilihan lain?]
"Kalau nganggur begitu, rugi ya pak sopirnya?"
"Ya kalau terlalu banyak mobil dan penumpangnya sedikit, pasti sopir angkot itu pada rugi"
"Enakan yang punya angkot pak. Makin banyak angkot makin banyak uang masuk ya pak?"
"Kasihan sopir angkotnya, makin banyak angkot, mereka makin banyak kawan sesama sopir, tetapi pendapatan akan makin berkurang"
Sopir angkot di Cikarang, saat ini memang masih terus dalam kondisi yang memprihatinkan. Terlihat angkot yang bersliweran dalam kodnisi penumpangnya cuma satu atau beberapa orang saja. Sementara itu suara agar ongkos angkot diturunkan terus mengumandang [kan BBM sudah turun 3x?]
Angkot yang terlihat selalu penuh, nampaknya hanya angkot yang melayani rute ke Bekasi atau ke Cawang atau rute-rute lain yang hanya mau jalan kalau penumpangnya sudah penuh. Angkot ini memang tidak menurunkan dan menaikkan penumpang di sepanjang jalan, paling banter hanya menurunkan doank, tapi tidak pernah sambil menaikkan penumpang. Angkot 59 jurusan Cikarang Cawang ini memang beda dengan angkot Cawang Cibubur, meskipun warnanya sama persis [yang bikin orang sering salah naik]
Angkot A59, dengan tarif 5.500 [non AC] atau 6.000 [AC], ini sekali jalan bisa menarik uang sebesar [7+7+9+3=26] x 5.500/6.000 = 143.000/156.000.
Setiap sopir, diasumsikan rata-rata bisa menarik 4 kali, sehingga uang yang masuk ke sopir adalah 4 x 143.000/156.000 = 572.000/624.000
Kalau diasumsikan ada 40 armada angkot, dengan kombinasi 25 angkot AC dan 15 angkot non AC, maka uang yang beredar di angkot A59 adalah sekitar 23.660.000 per hari atau 709.800.000.
Dari perputaran uang sebesar itu, sekitar 382.500.000 masuk ke kantong "tauke" angkot, atau sang pemilik angkot. Angka itu bisa makin besar kalau jumlah armada angkot ditambah atau jumlah setoran dinaikkan.
Ini yang anakku bilang, lebih enak jadi orang kaya dan punya Angkot A59.
Menurutku sih, semua permainan angka itu hanya asyik dilihat, tapi yang menjalaninya mungkin masih merasa kurang.
Sang sopir yang punya penghasilan 4,6 juta per bulan [maksimal pendapatan untuk 2,5 rit atau 5 kali jalan], belum tentu membawa uang sebesar itu dalam setiap bulannya [apalagi kalau cuma bisa narik 1,5 rit, dijamin rugi alias nombok]. Pasti banyak uang siluman yang menggerogoti uang sebesar itu, belum lagi kalau sang sopir juga demen main kartu [sambil menanti giliran "narik"], maka uang sebesar itu atau sekitar [maksimal] 184 ribu/hari bisa habis di tengah jalan.
Seorang sopir bahkan hanya bis atersenyum kecut jika dia hanya mampu menarik 1,5 rit alias 3 kali jalan. Hanya uang rokok yang dia dapet, uang untuk anak istri terpaksa NIHIL.
Setali tiga uang dengan sang sopir adalah sang pemilik angkot. Biaya pemeliharaan angkot bisa murah bisa mahal, tergantung dari perlakuan mobil oleh sang sopir dan mekaniknya. Jika dipakai asal-asalan dan di"maintenance" seenaknya sendiri, maka biaya perbaikan per bulan bisa membuat kantong sang "tauke" kebobolan.
Itu sebabnya, saat ini kualitas mobil angkot A59 terlihat sudah mulai memprihatinkan. Dia sudah memerlukan akselerasi beberapa menit lebih lama dibanding tahun lalu yang begitu digas langsung melaju kencang.
Jadi, mungkin ini salah satu sebab, mengapa biarpun BBM turun tetapi ongkos angkot di Bekasi masih juga belum mau turun. Para pelakunya masih merasa belum untung banyak dengan ongkos angkot saat ini. "Masak masih disuruh turun lagi?", begitu mungkin yang ada di dalam benak mereka.
So, daripada pusing mikir ongkos angkot, lebih baik kita mikir diri sendiri. Bagaimana supaya hidup kita terus bahagia, meskipun ongkos angkot tidak mau turun lagi.
"Berbahagialah hari ini, karena Tuhan ingin kita bahagia"
"Kita bisa memilih untuk bahagia atau tidak, jadi lebih baik pilihlah untuk bahagia hari ini", begitu nasihat orang-orang "pintar".
Karena aku bukan orang pintar,maka aku hanya bisa bilang,
"Yuk Bahagia Yuk....!"
[atau anda punya pilihan lain?]
Langganan:
Postingan (Atom)