Mendekati hari "H" Lebaran, maka masjid makin sepi saja. Kemarin malam hanya ada beberapa orang yang hadir di Masjid Hutama Karya. Satu deret jamaah saja tidak penuh, banyak jamaah yang hari itu tidak bisa datang ke masjid.
Hari ini, kulihat jamaah Isya dan Tarwikh cukup banyak. Aku sedikit tersenyum, alhamdulillah, berarti kemarin malam ada yang berhalangan sehingga masjid jadi sepi. Hari ini terbukti masih banyak yang hadir sebagai jamaah setia masjid Hutama Karya ini.
Setiap malam aku memang sering sholat jamaah di masjid ini dibanding sholat jamaah di masjid Waskita. Soalnya di masjid Waskita lebih seru kalau siang hari. Jamaahnya padat dan sebagian besar tetap berada di Masjid begitu usai sholat, bukan untuk tidur tapi untuk mendengarkan cerita ustadz tentang segala hal yang perlu dikaji dari Al Quran dan Hadits.
Malam ini begitu iqomah dikumandangkan, aku langsung berdiri seperti biasa, tetapi ternyata beberapa jamaah mendorongku untuk maju terus.
"Astaghfirullah", kataku dalam hati. Ternyata dari begitu banyak jamaah ini, wajah imam ataupun pendamping imam yang kukenal biasanya duduk di barisan paling depan ternyata tidak ada terlihat satupun.
"Ayo pak, sekali-kali jadi imam di sini", kata beberapa orang sambil mendorong pelan tubuhku.
Tanpa terasa aku sudah sampai di deretan terdepan di sajadah imam masjid. Ya sudah, bismillah, kumulai tugasku sebagai imam yang pertama kali di masjid ini.
Pikiranku tiba-tiba kembali ke dua puluh tiga puluh tahun lalu, saat aku masih aktif di masjid Perumnas Condong catur. Dunia ini seperti berputar kembali lagi ke peristiwa yang kualami dulu.
"Astaghfirullah", kembali aku berucap. Kenapa saat jadi imam pikiranku bisa multitasking kemana-mana ya, bukankah ini tanggung jawab yang besar bagiku. Apa jadinya kalau aku salah dalam memimpin jamaah di masjid ini?
Kucoba singkirkan beberapa gangguan pikiran multitasking ini. Meski sulit, akhirnya aku berhasil menyelesaikan tugas sebagai imam sholat Isya, Tarwikh dan Witir.
"Alhamdulillah"
Entah kenapa aku selalu merasa sangat puas setiap kali sholat Tarwikh dengan model 4-4-3 bukan 2-2-2-2-2-1. Bukan karena aku merasa metode ini yang paling benar atau yang lain tidak benar, tapi kenangan betapa nyamannya sholat tarwikh waktu kecil selalu muncul setiap aku sholat dengan model 4-4-3.
Aku tawarkan dulu model sholat ini pada para jamaah sebelum aku mulai mengangkat takbir. Beberapa jamaah mengangguk dan salah satu jamaah malah bilang, "kayak MU pak".
Aku yang kurang dengar dengan kalimat itu minta komentar itu agar diulangi lagi dan aku terpaksa jadi ikut tersenyum.
"Ada-ada saja bapak ini, mau sholat kok malah cerita MU"
Fenomena makin sedikit jamaah sholat di suatu masjid adalah fenomena yang hampir terjadi di setiap masjid. Di hari terakhir Ramadhan, kadang hanya ada tiga orang jamaah masjid dan ketiga-tiganya adalah panitia Zakat Fitrah.
Kita memang sering lupa akan esensi Ramdhan, seperti juga kita sering lupa esensi acara Buka Bersama. Acara yang seharusnya bernuansa religi itu lebih sering jadi acara mengumbar nafsu saja. Lebaran tidak ditangisi karena berpisah dengan Ramadhan tapi justru dirayakan karena baru terima THR.
Acara Buka bersama juga sering tidak dilanjutkan dengan sholat berjamaah tarwikh, bahkan lokasi buka bersama kadang-kadang mencari tempat sholatnya saja susah.
Aku ajak diriku sendiri untuk selalu ingat Allah dimanapun berada. Semoga Allah menunjukkan yang benar adalah yang benar dan aku diberi kemudahan untuk melaksanakan kebenaran itu.
Amin.
Salam Sehati
Tampilkan postingan dengan label buka puasa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label buka puasa. Tampilkan semua postingan
Selasa, September 07, 2010
Selasa, November 17, 2009
Sahur Sama LiLo
"Besok dibangunin pagi-pagi ya pak", kata LiLo padaku.
"Iya nak", kataku sambil sedikit heran, karena biasanya agak susah mbangunin Lilo untuk diajak sholat subuh berjamaah. Cuma karena aku juga sedang sibuk makan [halah...sibuk kok urusan makan], aku jadi kurang konsentrasi mendengarkan permintaan lilo.
"Mau ngapain bangun pagi-pagi?", kataku kemudian setelah melihat roman muka kecewa Lilo.
"Bapak nggak tahu ya, besok itu bulan haji, kita harus puasa biar mendapat banyak pahala", jawab Lilo melecehkan aku. Pasti dia kecewa dengan sikapku tadi sehingga njawabnya sambil jengkel.
"Oooo...iya ya...oke deh", jawabku.
Bener juga, pagi-pagi, begitu aku menyalakan lampu kamar Lilo dan kudekati tempat tidurnya Lilo langsung bangun.
"Wah surprise nih", begitu pikirku
"Jadi sahur nak?"
"Lauknya apa pak?"
"Ups...gak ada lauk nih", belum nyiapin lauk sih tadi malam. Aku langsung berlari ke lemari es.
"Bagaimana kalau goreng telor...eee...atau nasi goreng?"
"Nasi goreng aja pak"
"Yup!", aku langsung beraksi masak nasi goreng. Kulihat jam sudah mendekati imsya', jadi kulakuakn secepat yang aku bisa tanpa tergesa-gesa [njur piye carane kesusu tapi gak tergesa-gesa...?"]
Kami berduapun makan sahur pagi ini.
"Lo, ini idemu, ide gurumu atau ide siapa yang membuat kamu makan sahur?", kataku sambil duduk-duduk di meja makan.
"Ideku"
"Ha?"
"Iya..ideku..."
Kulihat bola mata besar Lilo dan kutemukan kejujuran disana.
"Bukan ide gurumu?"
"Guruku hanya menyuruhku mandi sebelum subuh terus ke masjid, tapi nggak nyuruh aku puasa. Aku hanya mendengar cerita guruku tentang faedah puasa, jadi aku hari ini mau puasa"
"Oooo...begitu ya...?"
Hebat juga pengaruh pak Guru di sekolah Lilo, Al Azhar 12 Cikarang. Makasih ya Bu. Aku jadi enak ngajar si Lilo, Ibu sudah memberi banyak bantuan pada keluargaku.
Di perjalanan ke masjid, Lilo kembali cerita tentang gurunya. Kali ini topiknya adalah anak gurunya.
"Anak guruku hebat pak"
"Kenapa?"
"Kalau mbangunin dia, hanya cukup ketok pintu kamarnya dan dia langsung terbangun"
"Hebat ya?"
"Iyya..", Lilo suka menjawab kata iya dengan dua huruf "yy".
"Kamu juga hebat lo. Hari ini aku hanya menyalakan lampu kamarmu dan kamu sudah bangun"
Dalam ghelap aku tidak lihat apakah wajah Lilo berubah dengan ucapanku ini. Semoga semenjak hari ini Lilo jadi rajin bangun pagi lagi dan rajin ke masjid. Terima kasih ya Allah.
Insya Allah kita jadi rajin subuhan [lagi] ke masjid. Amin.
Kalau Lilo rajin ke Masjid, maka surga dunia di Surabaya terulang lagi di Jakarta bagian Cikarangh ini.
"Iya nak", kataku sambil sedikit heran, karena biasanya agak susah mbangunin Lilo untuk diajak sholat subuh berjamaah. Cuma karena aku juga sedang sibuk makan [halah...sibuk kok urusan makan], aku jadi kurang konsentrasi mendengarkan permintaan lilo.
"Mau ngapain bangun pagi-pagi?", kataku kemudian setelah melihat roman muka kecewa Lilo.
"Bapak nggak tahu ya, besok itu bulan haji, kita harus puasa biar mendapat banyak pahala", jawab Lilo melecehkan aku. Pasti dia kecewa dengan sikapku tadi sehingga njawabnya sambil jengkel.
"Oooo...iya ya...oke deh", jawabku.
Bener juga, pagi-pagi, begitu aku menyalakan lampu kamar Lilo dan kudekati tempat tidurnya Lilo langsung bangun.
"Wah surprise nih", begitu pikirku
"Jadi sahur nak?"
"Lauknya apa pak?"
"Ups...gak ada lauk nih", belum nyiapin lauk sih tadi malam. Aku langsung berlari ke lemari es.
"Bagaimana kalau goreng telor...eee...atau nasi goreng?"
"Nasi goreng aja pak"
"Yup!", aku langsung beraksi masak nasi goreng. Kulihat jam sudah mendekati imsya', jadi kulakuakn secepat yang aku bisa tanpa tergesa-gesa [njur piye carane kesusu tapi gak tergesa-gesa...?"]
Kami berduapun makan sahur pagi ini.
"Lo, ini idemu, ide gurumu atau ide siapa yang membuat kamu makan sahur?", kataku sambil duduk-duduk di meja makan.
"Ideku"
"Ha?"
"Iya..ideku..."
Kulihat bola mata besar Lilo dan kutemukan kejujuran disana.
"Bukan ide gurumu?"
"Guruku hanya menyuruhku mandi sebelum subuh terus ke masjid, tapi nggak nyuruh aku puasa. Aku hanya mendengar cerita guruku tentang faedah puasa, jadi aku hari ini mau puasa"
"Oooo...begitu ya...?"
Hebat juga pengaruh pak Guru di sekolah Lilo, Al Azhar 12 Cikarang. Makasih ya Bu. Aku jadi enak ngajar si Lilo, Ibu sudah memberi banyak bantuan pada keluargaku.
Di perjalanan ke masjid, Lilo kembali cerita tentang gurunya. Kali ini topiknya adalah anak gurunya.
"Anak guruku hebat pak"
"Kenapa?"
"Kalau mbangunin dia, hanya cukup ketok pintu kamarnya dan dia langsung terbangun"
"Hebat ya?"
"Iyya..", Lilo suka menjawab kata iya dengan dua huruf "yy".
"Kamu juga hebat lo. Hari ini aku hanya menyalakan lampu kamarmu dan kamu sudah bangun"
Dalam ghelap aku tidak lihat apakah wajah Lilo berubah dengan ucapanku ini. Semoga semenjak hari ini Lilo jadi rajin bangun pagi lagi dan rajin ke masjid. Terima kasih ya Allah.
Insya Allah kita jadi rajin subuhan [lagi] ke masjid. Amin.
Kalau Lilo rajin ke Masjid, maka surga dunia di Surabaya terulang lagi di Jakarta bagian Cikarangh ini.
Jumat, September 11, 2009
Sekali-kali buka puasa sehabis Tarwikh
Biasanya aku sampai di rumah sebelum maghrib, jarang pas maghrib pas sampai rumah. Tetapi itu adalah kejadian umum, hari ini telah terjadi peristiwa entah dimana yang menyebabkan hampir semua ruas jalan di Jakarta macet total.
Hampir sejam kudengarkan radio ElShinta, dan isinya laporan macet di ebrbagai ruas jalan. Bukan macet biasa tapi macet total dan sampai berjam-jam terjadinya.
Aroma macet ini memang sudah terasa begitu aku masuk jalan DI Panjaitan. Jalan yang setiap sore selalu lengang, karena terimal bayangan di Cawang sudah dihapuskan, hari ini terlihat sangat padat. Ini pasti terjadi kecelakaan atau peristiwa tertentu di depan sana yang mengakibatkan jalan menjadi semacet ini.
Dugaanku ada ebnarnya sedikit, karena tepat di depan simpang Cawang kulihat sebuah truk besar yang macet. Namun di depan truk macet itu kondisi jalan juga sama macetnya, artinya ada truk macet maupun tidak kondisi jalan akan sama.
Di jalan DI Panjaitan, dari arah Priok, aku belok kiri menuju tol Cawang Cikampek. Kondisinya sama juga, macet. Sebentar jalan sebentar berhenti.
Akhirnya terjadilah peristiwa yang belum pernah terjadi bagiku, yaitu mendengar suara adzan padahal belum buka.
Aku harus berjuang dulu untuk bisa parkir di Rest Area KM 19. Mampir di warung minum dan beli teh dalam kemasan. Harganya dua kali lipat dibanding harga di CiMart.
Habis meneguk satu minuman kemasan, aku langsung menuju mushola dan menyelesaikan sholat jamah Maghrib di situ dan kemudian meluncur lagi menuju ke rumah.
Alhamdulillah, sampai di rumah lampu PLN mati. Kuperiksa box panel PLN yang ada di pinggir jalan. Aku jadi ingat beberap abulan lalu, sekeringnya putus dan diganti kawat.
Kubuka box panel PLN dan kulihat kondisinya masih seperti dulu. Sekering jenis ini memang sulit dicari barangnya dan PLN kayaknya males untuk membeli lagi. Jadi gimana donk nasib kita, kalau sekering tidak ada dan hanya diganti kawat.
Akhirnya aku masuk rumah dan mandi dengan lampu darurat. Habis tiu aku keluar lagi nyari lauk, karena kulihat tidak ada makanan buka puasa di meja. Kulihat istriku sedang kecapekan di kamar tidur, jadi aku cari makan sendiri saja di luar.
Begitu sampai di rumah ada telpon masuk. Rupanya LiLo minta dijemput di sekolah. Terbengkalailah makan malamku, karena aku tidak mau LiLo kesepian sendiri di sekolah.
LiLo langsung "nyengklak" di motor, begitu melihat aku masuk ke pekarangan parkiran sekolahnya. Dalam waktu beberapa menit aku dan Lilo sampai di rumah. Ternyata ada tamu di rumah, padahal PLN masih mati. Terpaksalah tamunya diajak bercanda dalam gelap.
Sementara itu, aku sembunyi di ruang makan dan makan malam dengan diterangi cahaya lilin yang romantis. Sayang istriku sedang nemani tamu, sehingga aku hanya bisa makan sendirian saja.
Habis makan akupun menuju ke CiMart. Ada pak Anas yang butuh kendaraan untuk angkut beras. Sayang pak Anas sudah menyelesaikannya dengan pak Rifky, sehingga aku tidak kebagian pahala mengantar barang itu.
Jadi hari ini beberapa acara telah berjalan tidak sesuai dengan "default" acara.
Pelajaran hari ini :
1. Manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan [kayak ramalannya Womg Kam Fu aja nih]
2. Ujian kesabaran itu tidak akan pernah putus, karena kita adalah hambaNya yang akan dinaikkan derajatnya [insya Allah]. Amin
3. Makan di bawah cahaya lilin memang nikmat.
Hampir sejam kudengarkan radio ElShinta, dan isinya laporan macet di ebrbagai ruas jalan. Bukan macet biasa tapi macet total dan sampai berjam-jam terjadinya.
Aroma macet ini memang sudah terasa begitu aku masuk jalan DI Panjaitan. Jalan yang setiap sore selalu lengang, karena terimal bayangan di Cawang sudah dihapuskan, hari ini terlihat sangat padat. Ini pasti terjadi kecelakaan atau peristiwa tertentu di depan sana yang mengakibatkan jalan menjadi semacet ini.
Dugaanku ada ebnarnya sedikit, karena tepat di depan simpang Cawang kulihat sebuah truk besar yang macet. Namun di depan truk macet itu kondisi jalan juga sama macetnya, artinya ada truk macet maupun tidak kondisi jalan akan sama.
Di jalan DI Panjaitan, dari arah Priok, aku belok kiri menuju tol Cawang Cikampek. Kondisinya sama juga, macet. Sebentar jalan sebentar berhenti.
Akhirnya terjadilah peristiwa yang belum pernah terjadi bagiku, yaitu mendengar suara adzan padahal belum buka.
parkir di KM 19
Aku harus berjuang dulu untuk bisa parkir di Rest Area KM 19. Mampir di warung minum dan beli teh dalam kemasan. Harganya dua kali lipat dibanding harga di CiMart.
Habis meneguk satu minuman kemasan, aku langsung menuju mushola dan menyelesaikan sholat jamah Maghrib di situ dan kemudian meluncur lagi menuju ke rumah.
Alhamdulillah, sampai di rumah lampu PLN mati. Kuperiksa box panel PLN yang ada di pinggir jalan. Aku jadi ingat beberap abulan lalu, sekeringnya putus dan diganti kawat.
sekering masih pakai kabel saja
Kubuka box panel PLN dan kulihat kondisinya masih seperti dulu. Sekering jenis ini memang sulit dicari barangnya dan PLN kayaknya males untuk membeli lagi. Jadi gimana donk nasib kita, kalau sekering tidak ada dan hanya diganti kawat.
Akhirnya aku masuk rumah dan mandi dengan lampu darurat. Habis tiu aku keluar lagi nyari lauk, karena kulihat tidak ada makanan buka puasa di meja. Kulihat istriku sedang kecapekan di kamar tidur, jadi aku cari makan sendiri saja di luar.
Begitu sampai di rumah ada telpon masuk. Rupanya LiLo minta dijemput di sekolah. Terbengkalailah makan malamku, karena aku tidak mau LiLo kesepian sendiri di sekolah.
LiLo langsung "nyengklak" di motor, begitu melihat aku masuk ke pekarangan parkiran sekolahnya. Dalam waktu beberapa menit aku dan Lilo sampai di rumah. Ternyata ada tamu di rumah, padahal PLN masih mati. Terpaksalah tamunya diajak bercanda dalam gelap.
candle light dinner
Sementara itu, aku sembunyi di ruang makan dan makan malam dengan diterangi cahaya lilin yang romantis. Sayang istriku sedang nemani tamu, sehingga aku hanya bisa makan sendirian saja.
lilo main lilin
Habis makan akupun menuju ke CiMart. Ada pak Anas yang butuh kendaraan untuk angkut beras. Sayang pak Anas sudah menyelesaikannya dengan pak Rifky, sehingga aku tidak kebagian pahala mengantar barang itu.
Jadi hari ini beberapa acara telah berjalan tidak sesuai dengan "default" acara.
Pelajaran hari ini :
1. Manusia merencanakan, Tuhan yang menentukan [kayak ramalannya Womg Kam Fu aja nih]
2. Ujian kesabaran itu tidak akan pernah putus, karena kita adalah hambaNya yang akan dinaikkan derajatnya [insya Allah]. Amin
3. Makan di bawah cahaya lilin memang nikmat.
Kamis, September 11, 2008
11 SePteMbEr

Di berbagai belahan dunia, tanggal 11 September ini mempunya arti yang bisa sangat berbeda.
Ada yang mengutuk kejadian itu, namun ada juga yang membanggakan kejadian itu. Ada juga yang mengambil hikmah dari kejadian itu, karena memang pada peristiwa apapun selalu ada yang tersirat dibalik yang tersurat.
Pagi ini, selesai sholat subuh jam menunjukkan pukul 04.55, dan setelah selesai kultum jam menunjukkan pukul 05.02, pas banget waktu yang dipakai untuk kultum [kuliah tujuh menit] dari pak ustadz ini.
Padahal ustadznya gak lihat jam tuh.
Isi ceramahnya juga pas banget, pertama dia cerita tentang kita yang harus bersegera pada ampunan Allah.
"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa"
Qs. Ali ‘Imran [3]: 133.
Kemudian, yang kedua dia menganjurkan untuk mematikan TiVi selama kurang lebih satu jam, yaitu pada saat habis maghrib sampai Isya.
Ustadz itu gak anti sinetron, tapi kayaknya dia ingin supaya waktu yang kita pakai di bulan puasa ini benar-benar termanfaatkan dengan baik.
Mumpung bulan diskon, mari kita manfaatkan sebaik-baiknya. Nyari diskon yang asli seperti bulan puasa ini sungguh sulit didapat. Diskon yang terjadi, seringnya adalah harga dinaikkan dulu baru diturunkan.
Begitulah tipu menipu di dunia, karena memang dunia ini penuh dengan kesenangan yang menipu. Sebaik-baik dunia, tetap akhiratlah yang paling baik.
Semoga kita mampu menjadi hambaNya yang mampu memanfaatkan bulan diskon ini.
Amin.
source gambar :
http://www.entwurf-online.de/images/sept-M4.jpg
Minggu, September 07, 2008
Jajan Buka Puasa [jababeka]
Di Yogya ada kampung yang kalau bulan puasa menjadi luar biasa ramainya, itulah kampung Kauman. Menjadi ramai karena banyaknya penjual makanan kecil [sekarang ada juga makanan beratnya] yang berjualan mulai dari Asar sampa menjelang Maghrib.
Di CIkarang, tidak jauh berbeda. Muncul penjual makanan kecil di depan deretan penjual makanan yang sudah biasa mangkal.
Akibatnya, menjelang maghrib, mulai jam 17.00 jalanan menjadi macet. Jalan ini memang sering macet kalau pas malam minggu, tetapi saat ini sepanjang hari [menjelnag maghrib] selalu macet.
Kalau pingin lewat, sebaiknya sebelum jam 17.00, Begitu juga kalau pingin beli makanannya tanpa berdesak-desakan, sebaiknya sebelum jam 17.00.
Enak enggak ya makanannya?
Buktikan saja sendiri. Lidah kita kan lain-lain. He..he..he...
Silahkan singgah kalau pas lewat.
MaiN BoLa [di bulan puasa]
Ketika masih aktif di Tapak Suci, aku pernah bikin acara long march dengan jarak sekitar 17 km [yogya - prambanan] di bulan puasa. Tim medis sudah disiapkan, siapa tahu nanti ada yang perlu dilarikan ke rumah sakit atau perlu istirahat di tempat yang teduh.
Ternyata semua sehat-sehat, tidak ada yang bermasalah. Padahal aspal panas yogya prambanan cukup menyengat juga tuh. Kuncinya hanya ada dua, yaitu keyakinan bahwa bulan puasa tidak identik dengan "lemas, loyo, letih dan lesu".
Yang kedua, sebelum berangkat olesi kaki dengan ramuan khusus, yaitu bawang merah yang diuleg [dihancurkan] dicampur minyak makan ["lengo klenthik"].
Saat masih aktif latihan teater, pernah juga latihan alam di pantai baron pas bulan puasa. Diterpa angin laut dan ombak pantai, berteriak-teriak kayak orang gila [aslinya memang agak gila], dan tidak ada rasa harus "mokel", berbuka sebelum waktu berbuka.
Sore ini, kuajak anakku untuk main bola di lapangan jababeka, di pinggir lapangan golf, di belakang rumah.
Berdua berlari-larian, saling berganti pose, sampai menjelang buka, kita pulang, mandi dan ke masjid untuk ngumpul dengan teman-teman, berbuka puasa bersama.
Sore ini takjilnya enak banget dan buanyak banget, sehingga biarpun yang datang juga banyak banget, nggak ada yang kekurangan makanan.
Jumat, September 05, 2008
BerBuKa [godaan puasa]
Siapa sih yang tidak senang diajak mendengarkan pengajian sambil menunggu saat adzan maghrib. Apalagi kalau ketemu ustadz yang menarik, wah tahu-tahu sudah masuk waktu maghrib sedangkan ustadznya masih asyik ngasih ilmu.
Hari Kamis, godaan berbuka itu datang. Kenapa tak sebut godaan? Ada beberapa sebab disebut godaan, antara lain adalah sebagai berikut
1. Rata-rata undangan berbuka puasa adalah makan [berat] sebelum sholat Isya, sangat jarang yang makan berat setelah tarawikh. Ini godaan untuk hidup kurang sehat.
2. Kadang-kadang tidak diikuti dengan sholat Isya dan apalagi tarawikh, sehingga harus mendirikan sholat Isya di rumah sendiri. Ini godaan untuk sholat dengan bacaan yang itu-itu saja.
Nah, anak-anakku dapet godaan untuk berbuka bersama di acara pertemuan alumni ESQ remaja [tetapi kemudian ternyata terbuka juga untuk yang bukan alumni ESQ].
Rencananya sih, anak-anakku tak jemput [sepulang dari kantor] dan kemudian langsung cari masjid terdekat di Taman Sentosa, sehingga tidak perlu sholat Isya di rumah.
Ternyata istriku tergoda untuk ikut berbuka di kantor, sehingga aku tidak bisa pulang cepat. Harus nungguin istriku dan anak terkecil [lilo] yang ikut acara berbuka di kantor Waskita.
Begitulah Tuhan mengatur rencananya hari itu. Kita hanya bisa berusaha, namun Tuhan jualah yang memutuskan, acara yang mana yang bisa diikuti.
Alhamdulillah, hari itu aku dapet pelajaran yang sangat bagus dari ustadz yang mengajar di Waskita.
"Sesungguhnya di dalam diri kita ada raksasa yang sedang tidur. Raksasa itu selalu mampu menguasai diri kita, tetapi jarang kita gunakan. Di bulan puasa ini kita bisa membuktikan bahwa kitalah yang mempunyai tubuh ini bukan hawa nafsu. Kita kalahkan hawa nafsu dan kita bisa mengatur hawa nafsu sesuai arahan kita.
Itulah kekuatan yang maha dahsyat, bila terus kita gunakan.
Sayangnya [kadang-kadang] kekuatan itu kita buang saat bulan ramadhan sudah habis"
Salam
Hari Kamis, godaan berbuka itu datang. Kenapa tak sebut godaan? Ada beberapa sebab disebut godaan, antara lain adalah sebagai berikut
1. Rata-rata undangan berbuka puasa adalah makan [berat] sebelum sholat Isya, sangat jarang yang makan berat setelah tarawikh. Ini godaan untuk hidup kurang sehat.
2. Kadang-kadang tidak diikuti dengan sholat Isya dan apalagi tarawikh, sehingga harus mendirikan sholat Isya di rumah sendiri. Ini godaan untuk sholat dengan bacaan yang itu-itu saja.
Nah, anak-anakku dapet godaan untuk berbuka bersama di acara pertemuan alumni ESQ remaja [tetapi kemudian ternyata terbuka juga untuk yang bukan alumni ESQ].
Rencananya sih, anak-anakku tak jemput [sepulang dari kantor] dan kemudian langsung cari masjid terdekat di Taman Sentosa, sehingga tidak perlu sholat Isya di rumah.
Ternyata istriku tergoda untuk ikut berbuka di kantor, sehingga aku tidak bisa pulang cepat. Harus nungguin istriku dan anak terkecil [lilo] yang ikut acara berbuka di kantor Waskita.
Begitulah Tuhan mengatur rencananya hari itu. Kita hanya bisa berusaha, namun Tuhan jualah yang memutuskan, acara yang mana yang bisa diikuti.
Alhamdulillah, hari itu aku dapet pelajaran yang sangat bagus dari ustadz yang mengajar di Waskita.
"Sesungguhnya di dalam diri kita ada raksasa yang sedang tidur. Raksasa itu selalu mampu menguasai diri kita, tetapi jarang kita gunakan. Di bulan puasa ini kita bisa membuktikan bahwa kitalah yang mempunyai tubuh ini bukan hawa nafsu. Kita kalahkan hawa nafsu dan kita bisa mengatur hawa nafsu sesuai arahan kita.
Itulah kekuatan yang maha dahsyat, bila terus kita gunakan.
Sayangnya [kadang-kadang] kekuatan itu kita buang saat bulan ramadhan sudah habis"
Salam
Langganan:
Postingan (Atom)