Hujan yang terus mengguyur Jababeka membuat aku tak bisa kemana-mana, meski begitu aku masih sempat mengantar Litha, anak nomor duaku ke rumah temannya. Menjelang sore hari, dikala hujan tidak juga reda ditambah bonus mati lampu, kegundahanku akan belum pulangnya Litha membuat aku menunggunya di ruang tamu depan.
Mumpung mati lampu, kita berkumpul di ruang depan, bicara ngalor ngidul tentang apa saja, sampai akhirnya Litha muncul dan membuat pembicaraan semakin hangat.
Aku mencoba sesekali menjadi pembicara, tetapi juga mencoba untuk menjadi pendengar yang baik, karena Litha ingin menceritakan pengalamannya hari ini selama dia pergi dengan temannya.
"Bapak jangan bilang terus..terus.. ya, aku mau cerita panjang", kata Litha
"Hmm..oke...", jawabku
"Aku tidak suka kalau bapak menyela ceritaku dengan berkata, terus..terus...?"
"Iya deh,aku coba..., tapi ceritanya to the point ya"
Begitulah Litha akhirnya cerita dan seperti biasa, aku tetap berkata "terus" saat dia kelamaan cerita.
Ini pergantian tahun yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya. Di kamar, istriku asyik sendiri untuk menyusun materi skenario dengan cara rajin membaca cerita apa saja, agar dia punya pencerahan untuk membuat suatu cerita baru dengan sumber bacaan yang luas.
Sejak ikut sekolah menulis, istriku memang jadi rajin di depan komputer. Pesaing mempergunakan komputerpun bertambah sejak saat itu.
Malam hari menjelang tengah malam, kawan-kawan mulai berdatangan. Selain mengucapkan turut berbela sungkawa terhadap meninggalnya ibunda tercinta, merekapun mulai asyik ngobrol ngalor ngidul membahas kondisi Indonesia saat ini. Topiknya jelas hanya satu, membahas Gus Dur!
Pak RT asyik bernyanyi memakai PSR 1500 sementara teman-teman asyik ngobrol di teras depan. Lagu-lagu lamapun mengalun di kesunyian malam ini. Modalnya cuma PSR 1500 dan sebuah flashdisk berisi lagu-lagu berformat *.kar
Menjelang pergantian kalender, kitapun keluar dari teras depan dan menyaksikan para tetangga dan beberapa anak muda yang membakar "uang" berujud kembang api. Anak-anakpun bermunculan dari beberapa rumah di dekat rumahku. Terang bulan membuat suasana malam ini begitu indah.
Puas melihat orang-orang membakar kembang api, kitapun kembali ke teras depan dan mulai khusyuk mendengarkan renungan dari pak RT. Akupun jadi ingat tahun 80an di sebuah kampung di Perumnas Condong Catur. Saat pergantian tahun, biasanya aku memimpin anak-anak muda untuk melakukan renungan di tengah malam menjelang pergantian tahun.
Kuajak mereka untuk turun ke jalan dengan cara duduk lesehan di jalan dan mulai memejamkan mata berkelana ke masa-masa mereka masih anak-anak sampai masa mereka saat ini.
Kami saling bersalaman, saling tersenyum dan mencoba membawa senyum itu sebagai awal dari pergantian tahun.
Jam sudah lewat tengah malam dan akhirnya LiLo keluar dari kamar. Ketika dilihatnya para tamuku keluar dari rumah, Lilo seperti ingin memperpanjang hari ini, karena memang sejak tadi sore dia ingin sekali menyaksikan suasana pergantian tahun di Jababeka ini.
Akhirnya kuajak Lilo keliling-keliling. Menembus malam dan menyaksikan sampah yang berserakan dimana-mana, akhirnya kita berhenti di toko Cimart. Ada pak Saparjan sekeluarga di toko Cimart dan kamipun ngobrol bersama.
Di depan toko, kulihat serombongan pedagang terompet yang sudah kelelahan menjual terompetnya. Terlihat mereka asyik menghitung uang pendapatan mereka, tetapi masih ada juga yang tetap setia menemani terompet mereka, meskipun sudah tidak ada lagi yang membeli terompet itu.
Itu adalah resiko bisnis yang harus mereka terima. kadang untung dan kadang belum untung.
Malam semakin larut dan akupun mengajak Lilo pulang ke rumah.
"Pak kita begadang yuk", ajak Lilo
"Ini baru jam 2, jadi kita tidur saja", kataku
"Gak papa pak, tinggal beberapa jam lagi kan sudah subuh"
Aku hanya tersenyum menjawab pernyataan Lilo ini. Sampai di rumah rupanya Lilo tahu diri dan segera masuk ke kamarnya.
"Aku tidur pak", kata Lilo dengan senyum khasnya
"Sampai jumpa besok subuh ya nak", jawabku dalam hati sambil tersenyum. Tidur boleh larut, tetapi sholat subuh harus tepat waktu, begitu yang selalu tertanam dalam diri LiLo.
Akupun masuk ke kamarku, kulihat istriku sudah terlelap dalam tidur dan kugelar sajadah untuk berdialog denganNya sebelum aku merebahkan diri di samping istriku.
Selamat datang tahun 2010. Insya Allah tahun ini adalah tahun yang lebih bermakna dibanding tahun lalu. Ini adalah tahun yang penuh dengan kesaksesan dunia dan akhirat. Amin
+++
Tidak ada komentar:
Posting Komentar