Baru sibuk rapat tiba-tiba dapat telepon dari nomor yang tidak kukenal. Antara iya dan tidak aku akhirnya mengangkat telepon itu. Biasanya sih telepon seperti itu tidak kuangkat.
"Bapak baru saja melakukan transaksi dengan kartu kredit bank permata ya pak?"
"Tidak tuh. Kenapa mbak?"
"Ada tranmsaksi sebesar 125 dolar atas nama bapak dengan kartu kredit Bank Permata"
"Lho?"
Baru mau rapat malah dapat masalah. Yah terpaksa duduk manis dulu dan menjelaskan pada mbak penelpon. Saat itu konsentrasiku terpecah antara kerjaan dan kecurangan penggunaan kartu kreditku.
Dengan setengah hati aku ikuti petunjuk mbak penelpon yang dengan sabar menjawab semua pertanyaanku.
Selesai memberi penjelasan aku langsung tenggelam dalam suasana rapat. Masalah kartu kredit baru terpikirkan lagi ketika aku melihat ada fax dari Bank Permata di mejaku.
Langsung saja lembar itu kuisi dan kukirim balik ke nomor yang ditulis di kertas itu. Selanjutnya aku kembali larut dalam rapat yang belum juga ada tanda berhenti.
Saat aku ada waktu luang dan terpikir lagi tentang penyalah gunaan kartu itu, aku perhatikan lagi nomor-nomor telepon yang ada disitu. Iseng-iseng aku coba search nomor itu dan ternyata Om Gugel tak bisa menemukan tautan terkait dengan nomor yang ada di lembar kertas itu.
Waduh aku jadi inget peristiwa beberapa bulan lalu tentang kartu kreditku yang ditolak tapi ternyata tagihannya tetap masuk.
Aku coba masuk ke situs Bank Permata dan mencoba mencari nomor yang ada di kertas itu. Ternyata juga tidak ada. Akhirnya aku putuskan untuk telepon saja langsung ke operator bank Permata.
Alhamdulillah, ternyata nomor itu benar-benar dari Bank Permata khusus untuk nomor penyalah gunaan kartu kredit.
Fraud Control Unit Permata Bank Card Center
+62 21 745 3038 (phone)
+62 21 745 5239 (fax)
Terima kasih buat Bank Permata yang begitu sigap melindungi pengguna kartu kreditnya. Kartu itu sekarang sudah tidak bisa dipakai lagi.
+++
Tampilkan postingan dengan label kartu keluarga. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label kartu keluarga. Tampilkan semua postingan
Rabu, Agustus 11, 2010
Sabtu, April 17, 2010
Ngurus Pindah KK
Setelah sukses mengurus KTP di Cikarang Bekasi, maka aku kembali ditantang untuk ngurus kepindahan anakku, Luluk dan Litha, dari Cikarang ke Yogya.
Pasti urusan ini hanya masalah yang sepele saja dan mungkin bukan tantangan bagi sebagian dari kita, apalagi kalau ngurusnya titip ke Biro Jasa, pasti bukan lagi menjadi tantangan.
Sayang tantangan ini tak bisa kujemput. Istriku yang menyelesaikan semuanya. Aku hanya bisa membantu dari belakang layar, mulai download foto anak-anakku, mencetaknya dan mengurus administrasi kecil-kecilan yang lain.
Malem-malem sepulang aku dari Cawang, istriku baru bercerita tentang perjalanannya mengurus kepindahan anakku ini.
"Sudah diikuti semua petunjuk dari pak RT, RW, petugas kelurahan dan semua yang berwenang dalam hal ini, masih saja pada ribut sendiri"
"......" (sambil merasakan lembutnya kasur)
"Foto-foto anak yang mau pindah harus berwarna, begitu kata pihak kecamatan, karena pasti ditolak di kabupaten kalau fotonya hitam putih, ternyata di kabupaten gak diminta tuh"
"......." (tersenyum)
".....pihak kecamatan marah-marah karena formulir dari kelurahan yang diisi adalah formulir yang salah..."
"terus?"
"...kubilang kalau memang salah ya aku bersedia ke kantor kelurahan lagi untuk mencari formulir yang benar..."
"......" (mulai sambil memandang wajah istri)
".. di kelurahan itu mbayar 30 ribu tapi malah salah ngasih formulir, bener-bener tidak profesional, untung dari pihak kecamatan akhirnya yang nelpon ke kelurahan dan menyelesaikan diskusi tentang kesalahan formulir itu..."
"......." (masih memandang wajah istri)
"...yang bikin jengkel lagi di kecamatan diminta kartu keluarga yang asli, kan tidak kubawa karena kata kelurahan cukup hanya formulir itu saja yang dibawa...eh ternyata setelah pimpinannya keluar, gak perlu pakai KK gak papa...."
"....hehehe...."
"....yah ahirnya mbayar sepuluh ribu di kecamatan dan urusan selesai, tinggal ke kabupaten, antri lagi dan diskusi lagi sama petugas kabupaten, soalnya baru naruh formulir sudah nanyain kapan selesainya...."
"..maksudnya?"
"...masak dibilang selesainya tidak hari ini, memang seberat apakah ngurus kepindahan KK ini..."
"...terus..."
".. ternyata gak lama kemudian urusan itu selesai dan langsung keluar dari kantor kabupaten, sampai lupa belum bayar, akhirnya nanya sama pegawai kabupaten yang kebetulan ketemu, kuceritakan kalau aku ngurus kepindahan KK dan kutanyakan berapa biayanya, kata petugas itu memang gak bayar, jadi aku langsung pulang saja..."
"..hehehe..aslinya semua itu gak bayar, cuma ibu baik hati saja jadi bayar 40 ribu untuk keluarahan dan kecamatan..."
"Alhamdulillah, inilah surat yang ditunggu Totok agar Lulita segera punya status di KK Totok"
"Alhamdulillah"
Tahu-tahu sudah pagi, hehehe...aku ketiduran rupanya.
Pasti urusan ini hanya masalah yang sepele saja dan mungkin bukan tantangan bagi sebagian dari kita, apalagi kalau ngurusnya titip ke Biro Jasa, pasti bukan lagi menjadi tantangan.
Sayang tantangan ini tak bisa kujemput. Istriku yang menyelesaikan semuanya. Aku hanya bisa membantu dari belakang layar, mulai download foto anak-anakku, mencetaknya dan mengurus administrasi kecil-kecilan yang lain.
Malem-malem sepulang aku dari Cawang, istriku baru bercerita tentang perjalanannya mengurus kepindahan anakku ini.
"Sudah diikuti semua petunjuk dari pak RT, RW, petugas kelurahan dan semua yang berwenang dalam hal ini, masih saja pada ribut sendiri"
"......" (sambil merasakan lembutnya kasur)
"Foto-foto anak yang mau pindah harus berwarna, begitu kata pihak kecamatan, karena pasti ditolak di kabupaten kalau fotonya hitam putih, ternyata di kabupaten gak diminta tuh"
"......." (tersenyum)
".....pihak kecamatan marah-marah karena formulir dari kelurahan yang diisi adalah formulir yang salah..."
"terus?"
"...kubilang kalau memang salah ya aku bersedia ke kantor kelurahan lagi untuk mencari formulir yang benar..."
"......" (mulai sambil memandang wajah istri)
".. di kelurahan itu mbayar 30 ribu tapi malah salah ngasih formulir, bener-bener tidak profesional, untung dari pihak kecamatan akhirnya yang nelpon ke kelurahan dan menyelesaikan diskusi tentang kesalahan formulir itu..."
"......." (masih memandang wajah istri)
"...yang bikin jengkel lagi di kecamatan diminta kartu keluarga yang asli, kan tidak kubawa karena kata kelurahan cukup hanya formulir itu saja yang dibawa...eh ternyata setelah pimpinannya keluar, gak perlu pakai KK gak papa...."
"....hehehe...."
"....yah ahirnya mbayar sepuluh ribu di kecamatan dan urusan selesai, tinggal ke kabupaten, antri lagi dan diskusi lagi sama petugas kabupaten, soalnya baru naruh formulir sudah nanyain kapan selesainya...."
"..maksudnya?"
"...masak dibilang selesainya tidak hari ini, memang seberat apakah ngurus kepindahan KK ini..."
"...terus..."
".. ternyata gak lama kemudian urusan itu selesai dan langsung keluar dari kantor kabupaten, sampai lupa belum bayar, akhirnya nanya sama pegawai kabupaten yang kebetulan ketemu, kuceritakan kalau aku ngurus kepindahan KK dan kutanyakan berapa biayanya, kata petugas itu memang gak bayar, jadi aku langsung pulang saja..."
"..hehehe..aslinya semua itu gak bayar, cuma ibu baik hati saja jadi bayar 40 ribu untuk keluarahan dan kecamatan..."
"Alhamdulillah, inilah surat yang ditunggu Totok agar Lulita segera punya status di KK Totok"
"Alhamdulillah"
Tahu-tahu sudah pagi, hehehe...aku ketiduran rupanya.
Langganan:
Postingan (Atom)