Kamis, Mei 13, 2010

Bahagia di Gubug Derita

Pagi-pagi keluar rumah mau jalan-jalan sudah dicegat oleh Wartawan CikarangOnline, mas Wawan. Naik sepeda MTB 24 inch, lengkap dengan tas fotonya, mas Wawan langsung ngajak ngobrol ngalor ngidul dan akhirnya fokus di obrolan tentang bisnis panti pijat mini di NetcoMM.

Dengan modal 1,7 juta per orang, maka kita bertiga sepakat untuk mendirikan usaha bisnis panti pijat mini di lantai 2 NetCoMM. Nanti akan ada mas Wisnu yang bertindak sebagai orang ketiga, selain mas Wawan dan aku.

Obrolan akhrinya selesai karena anak-anak dan istriku sudah keluar rumah dan mengajak untuk jalan-jalan ke mana saja.

Jadi inget suasana di Surabaya dulu. Setiap hari libur selalu jalan-jalan ke "Ujung Dunia", menuju suatu tempat yang saat itu masih berupa jalan tak berujung dan yang sekarang sudah menjadi jalan tol ke Bandara Juanda.

Tadinya direncanakan jalan-jalan ke suatu tempat makan dan diakhiri dengan makan nasi kuning di warung itu, tetapi karena anak-anak punya pendapat lain, maka akhirnya disepakati untuk jalan-jalan sambil membawa makanan dari rumah untuk dimakan di suatu tempat yang kita anggap asyik.

Pas disepakati keputusan itu pas lewat sebuah sepeda yang dinaiki oleh penjual nasi kuning keliling. Langsung saja kita berhentikan dan kita pesan 5 nasi kuning ditambah beberapa lauk tambahan (bothok dan sambal goreng kentang).

"Berapa harga semua pak?", kataku

"Nasi kuning 5 bungkus berarti 17 ribu lima ratus, tambah lauk 8 ribu, totalnya.....", tampak dia berpikir keras untuk menjumlahkan angka itu

Saat aku membantu menjawab, saat itu pula dia menemukan jawabannya."lima belas ribu pak...", jawabnya ragu-ragu,membuat anakku jadi tertawa tanpa sadar

"Lho 25 atau 15 pak?", kataku sambil menyiapkan uang 26 ribu.

Dengan wajah yang masih kebingungan sang penjual menerima uangku dan menurutiku untuk mengembalikan uang sebesar 500 perak.

Selesai acara jual beli nasi kuning, maka berangkatlah kami menuju Botanic Garden. Acaranya mencari tempat yang nyaman untuk makan pagi. Sempat mampir sebentar ke toko mamin untuk beli air mineral, susu kotak dan air teh dalam kemasan.



Muter-muter di Botanic Garden alhirnya sampailah kita di sebuah jalan sunyi yang di pinggir jalannya ada sebuah rumah-rumahan dengan label "Gubug Derita".



Kami tertawa bersama dan kemudian menyempatkan diri untuk foto-foto di lokasi Gubug Derita itu. Setelah puas baru kita lanjutkan dengan pencarian lokasi makan yang kita anggap paling memadai.

Berbagai usulan dikemukakan saat lokasi makan sudah ditemukan. Ada yang ingin segera makan dan ada yang ingin mencari tempat yang lebih teduh lagi.

"Yuk kita ke Gubug Derita saja", usul anakku yang akhirnya disepakati bersama.



Langsung kita meluncur ke lokasi Gubug Derita dan membuka makanan bekal di lokasi itu. Tidak usah menunggu lama, makanan yang tadinya aman tersimpan dalam tas plastik itupun berpindah ke perut masing-masing.



Selesai acara makan, maka istriku punya ide untuk bercerita, sehingga akupun tidak jadi melangkah pulang. Kitapun asyik mendengarkan cerita ibunya anak-anak tentang persiapan acara demo masak mie di Yogya.

Seperti biasa, cerita selalu dimulai dari jauh. Cerita yang terjadi di sore hari itu harus diawali dengan cerita di pagi hari dulu agar nyambung dengan cerita di sore harinya.

Cerita yang tadinya datar akhirnya menemukan klimaks saat sampai pada adegan ibunya anak-anak berdialog dengan seorang tukang ojek.

Lilo yang paling keras berkomentar tentang cerita itu.

"Wah suara ibu sampai terdengar oleh semua orang lho.."

"Waduh ibu, kasihan donk tukang ojeknya"

"Tukang ojeknya yang mana sih?"

Ceritapun jadi makin meriah ketika masing-masing anak-anak punya pendapat sendiri-sendiri tentang cerita itu. Akupun asyik mendengarkan cerita mereka dan seperti biasa langsung masuk ke plurk.

Saat panas mulai menjelang, maka ceritapun habis dan kitapun kembali ke rumah. Di pos ojek, tidak lupa kita bayarkan ongkos ojek yang belum sempat dibayar saat persiapan demo mie minggu lalu.



Ternyata makan pagi di Botanic Garden ini banyak mendatangkan kegembiraan di hati kami. Memang bahagia itu ada dimana-mana tak perlu jauh-jauh mencarinya. Dia ada di hati kita masing-masing.

Tidak ada komentar: