Sabtu, Februari 16, 2008

SaBtU CeRiA


SABTU CERIA

Habis sholat subuh berjamaah, aku diskusi sama anak dan istri tentang acara hari ini. Ternyata pada gak punya acara, jadi kita putuskan untuk masak nasi goreng saja untuk sarapan pagi. Kita buat nasi goreng versi Montana 2008 !

Istriku nyiapin “material” untuk bumbu dan meletakkannya di “cowek”, dan tugasnya adalah menggilasnya supaya jadi bumbu yang istimewa (versi Montana 2008). Resepnya biasa saja, persis resep yang umum. Bedanya untuk versi Montana 2008 ini bawang merahnya dibuat extra banyak dan tidak ada gula merah disana, tapi nanti saat digoreng kecapnya dibanyakin.

Begitu bumbu mulai dimasukkan ke penggorengan ketahuan kalau telur abis, ya terpaksa kompor dimatiin dulu dan aku berdua sama anak kedua beli telur dulu di warung sebelah komplek Montana. Nyebrang sedikit, melalui pintu butulan antar kompleks, sampailah di warung yang ternyata masih tutup (emang kepagian sih!:-).

Beli telur 1 kg dan kacang katom 1 bungkus, wah bakal enak nich makan pagi hari ini.

Sampai di rumah langsung beraksi sesuai skenario. Bumbu dimatangkan, margarine ditbahkan dan nasi di masukkan penggorengan (setelah mampir dulu sebentar di “cowek” untuk mengkaissisa bumbu yang masih ada).

Istriku memecah telor dan menampungnya di gelas terus diserahkan ke koki untuk dicampur dengan nasi goreng. Ada yang lupa disini, aku lebih “prefer” kalau telur itu diaduk dulu dan diberi sedikit garam, tapi telur yang ini hanya diaduk tanpa diberi garam.

Model resep ini ternyata sangat cocok dengan anak pertamaku yang memang kurang suka garam, untuk anak terkecil kayaknya dia kesukaannya sama dengan aku, ada manisnya tapi garam juga perlu.

Hanya beberapa menit (lihat gambar) nasi goreng langsung laris manis, akupun meski lebih suka resep nasi goreng yang lain, artinya ada tambahan garam di telur ternyata nambah juga (padahal aku termasuk orang yang nggak suka nambah nasi). Begitulah, pagi ini kami makan bersama dengan menu nasi goreng Montana 2008. Suatu hal yang agak langka di rumahku.

Biasanya aku sarapan sebelum subuh atau (kalau telat) abis subuh sebelum jam 5.00, sementara anak-anak masih males-malesan abis subuhan. Paling anak nomor dua saja yang suka ngawanin makan pagi, kadang dia ikut sahur untuk puasa senin kamis. Anak nomor duaku memang badannya tidak besar, agak kecilan, tapi malah dia yang paling rajin puasa (‘kali terpengaruh ama sahabatnya yang juga sering puasa senin kamis)

Jadi Sabtu ini benar-benar isitmewa buat keluargaku dan semoga tidak hanya hari Sabtu ini saja yang istimewa buat keluargaku, tapi semua hari menjadi istimewa, sepanjang kita nikmati bersama-sama.

Insya Allah, amin.

2 komentar:

Anonim mengatakan...

kok foto nasi gorengnya da tinggal sesendok pak? da keburu laper lupa motretnya ya :)

Eko Eshape mengatakan...

He..he..he... ketika makan baru kepikiran untuk nulis di blog, jadi ya sakenanya saja.

Oo... aku ketahuan (kalau laper lupa segala...!:-)