Tampilkan postingan dengan label iklhas. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label iklhas. Tampilkan semua postingan

Selasa, Agustus 19, 2008

MAti Lampu Ketika Mandi

Ketika sedang asyik mandi, tiba-tiba lampu kamar mandi mati. Aku jadi inget dengan cerita lampu mati yang tadi siang diceritain oleh direkturku.

Tersebutlah sebuah keluarga yang pada suatu malem dapat giliran pemadaman listrik oleh PLN. Meskipun sudah diberitahu, tetapi ketika akhirnya listrik padam betul (kadang sudah diberitahu ada pemadaman tapi lampu tetep nyala juga) munculah kejengkelan dari sang istri.

Dengan bersungut-sungut dia memerintahkan dihidupkan genset dan mengumpulkan semua anggota keluarganya untuk masuk di suatu kamar. Di kamar itulah listrik dari genset dialirkan, sehingga perangkat elektronik khusus di ruangan itu bisa berfungsi dengan baik.

Sang suami dengan tetap tenang, menyelesaikan bacaannya, anak-anak nonton TV dengan hembusan angin dari AC yang sejuk banget. Sementara itu, sang istri masih tetap bersungut-sungut dan sesekali menengok keluar rumah. Siapa tahu ada tetangga yang sudah hidup lampunya, sehingga dia juga bisa menghidupkan semua AC, semua TV, kulkas dsb.

Ketika akhirnya listrik menyala, sekitar jam 2-3 lewat tengah malam, maka barulah sang istri mengakhiri kejengkelannya dan tidur (entah nyenyak atau tidak ya).

Bagi sang istri kondisi itu dianggap sebagai kondisi yang sangat menjengkelkan, sehingga mulai jam 8 malem sampai jam 2-3 dini hari dia tersiksa oleh kejengkelannya sendiri.

Bagi sang suami, maka tidak ada hal yang perlu dipermasalahkan. Dia bisa membaca, anak-anak bisa nonton TV, minum air dingin juga masih bisa (tinggal ngambil di kulkas).

Begitulah suatu kondisi yang sama persis tetapi karena ditinjau dari perasaan (sudut pandang) yang berbeda, maka hasilnya jadi lain. Ini mirip dengan cerita Setengah Isi Setengah Kosong. Kita bisa bilang gelas yang berisi separonya dengan air dengan sebutan setengah isi, namun bisa juga dengan sebutan setengah kosong. Dua-duanya benar tetapi maknanya sangat berbeda.

Jadi kenapa aku pusing dengan lampu yang mati?

Akupun tetep saja menikmati mandiku dengan senyum yang terkembang. Selesai mandi, pakai baju dengan kondisi mati lampu tanpa terbalik. Ada kepuasan tersendiri ketika aku keluar dari kamar mandi dengan pakaian yang utuh dan senyum yang terkembang.

Anakku yang tadinya mengira aku akan marah-marah (insya Allah dugaanku ini salah) ikut tersenyum melihat aku keluar kamar mandi dengan tetap tersenyum.

Ketika lampu akhirnya bisa dihidupkan kembali, akupun foto bersama LiLo untuk mengenang saat mati lampu yang tidak membuat hati sengsara.

Pelajaran hari ini :
1. Selalu baik sangka terhadap apapun yang menimpa kita. Yakinlah, Allah swt hanya akan memberi cobaan pada kita sejauh kita mampu menerimanya.
2. Kondisi yang kepepet, sering menimbulkan isnpirasi untuk melakukan "improvement". Pada waktu lampu hidup, kadang salah atau terbalik pakai kaos, tetapi ketika lampu mati malah pakaian dalam gak ada yang kebalik.

Salam.



Selasa, Juli 29, 2008

KenTuT (maaf)

Hampir nggak ada orang yang sedang rapat kemudian dia dengan bangga memperlihatkan kemampuannya menghasilkan gas berbau dari pantatnya.

Selalu ada cara untuk melakukan kentut dengan diam-diam atau dengan bersembunyi dari "penciuman" orang lain. Di rumah, mungkin saja, dia bisa kentut saat sudah kebelet, tapi di luar rumah, dalam suatu pertemuan, atau di ruang kerja yang penuh orang, maka kentut rasanya jadi tabu (banget).

Di toko, dia masih bisa menyembunyikan kentutnya dengan "mode" desis dan kemudian segera menjauh dari lokasi dia kentut agar tidak dituduh. Begitu juga di angkot, mungkin saja dia terpaksa kentut, dan sepanjang perjalanan dia akan dihantui rasa bersalah karena tidak berani ngaku bahwa dia yang telah menyebabkan bau nggak enak itu.

Kalau buang air kecil diibaratkan orang yang bersedekah, buang air besar orang yang berzakat, maka buang angin adalah seperti oarng yang berhutang.

Orang yang sedang berhutang selalu merasa malu diamanapun dia berada. Dia selalu berusaha agar orang lain tidak tahu bahwa dia sedang punya hutang. Bahkan saat membayar hutangpun kalau bisa jangan sampai orang lain tahu.

Begitu kasihannya orang yang berhutang itu. Sampai-sampai mau tersenyum saja rasanya masih salah juga.

Sungguh kasihan orang yang punya hutang. Diperlukan perjuangan ekstra keras agar mereka mampu membayar hutangnya secepat mungkin dan kembali dapat tersenyum dengan lega.

Apapun yang terjadi, memang hanya kepada Tuhan kita bisa berkeluh kesah. Kerja keras, bedoa pada Tuhan agar selalu menunjukkan yang benar adalah benar dan meminta Tuhan untuk memberi kita kekuatan untuk melaksanakan kebenaran itu.

Berdoa agar Tuhan menunjukkan yang salah adalah salah danmemberi kita kekuatan untuk menjauhi hal-hal yang salah itu. Niscaya hutang kita segera lunas.

Hanya kepada Tuhan  kita menyembah dan hanya kepada Tuhan kita mohon pertolongan. Semoga rencana kita sesuai dengan rencana Allah swt. AMin.