Pagi-pagi aku dibuatkan ayam bacem. Sebuah menu kesayanganku yang lama kuidamkan, meskipun rencananya aku yang akan masak sendiri untuk anak-anakku.
Seusai menyajikan menu masakan kesayangan ini, yang cukup lama dibuatnya, sampai aku teler nunggunya, tapi semua jadi terlupakan ketika lidah ini mengecap rasa nikmatnya ayam bacem khas bu Eko. Inilah ayam bacem SEHATI ! Dibuat dengan hati bukan dengan kaki.
Istriku masih di belakang ketika aku pelan-pelan, mengendap-endap mengambil sekuntum mawar merah yang kusimpan di tas ranselku. Kulihat kondisi mawar masih bagus dan tidak rusak sedikitpun meskipun sudah mengarungi perjalanan cukup jauh.
Tanpa kalimat panjang kuserahkan mawar merah untuk istriku yang sedang berjalan keluar dari dapur.
"Untuk ibu yang kusayangi"
Akibat kalimat singkat itu, akupun diberi sebuah pelukan hangat dan mesra. Ah... anda tahu sebelumnya, aku akan tiap hari membawa bunga mawar merah agar mendapat pelukan seperti ini. (*lebay mode ON).
Pelukan sudah didapat, apa lagi ya yang akan kudapat dari istriku (wah.. malah mode tidak ikhlas yang muncul).
Benar juga, gara-gara mode nggak ikhlas muncul, akhirnya aku malah disuruh nyuci piring seabrek.
"Gakda pembantu hari ini dan cucian semua numpuk. Bapak cuciin ya?"
Akupun tersenyum manisssss banget (kubuat seikhlas mungkin) dan akupun menuju tempat cuci piring. Lengkaplah sudah cucian hari itu kuselesaikan berdua dengan istriku. Mulai dari gelas, piring, wajan, semua alat masak jadi bersih kinclong kembali.
Alhamdulillah, aku bisa ikhlas menjalaninya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar