Sabtu, April 03, 2010

LiLo tebar Virus TDA

"Gimana rasanya ikut demo mas LiLo?", sapa mas Hekso pada Lilo yang baru saja datang di acara arisan keluarga ibunya Lilo.

Acara arisan ini memang bertepatan harinya dengan acara Tebar [pesona] virus TDA di Bunderan HI yang diadakan dalam rangka Milad IV TDA berupa rangkaian acara Pesta Wirausaha 2010.

Lilo dan aku datang pagi-pagi ke lokasi acara tebar virus TDA dan disana sudah kulihat mas Didin dan Mas Oni serta beberapa teman TDA yang belum kukenal secara akrab. Beberapa saat kemudian teman-teman TDA lainnya mulai berdatangan dan riuh rendah suara mereka saling bersahutan dengan pokok bahasan yang berbeda-beda.

Agak lain dari biasanya, teman-teman TDA Bekasi tidak banyak yang nongol di acara ini. Pak Dewanto sedang tidak enak badan, mas Andhika malah kontak-kontakan via SMS membahas pakaian batik buat istriku. Pak Ato dan mas Irfan yang biasanya aktif dalam berbagai macam kegiatan TDA juga tidak kelihatan batang hidungnya.

Akupun akhirnya ikut larut dalam pembicaraan mereka. Ikut tertawa geli karena biasanya kita saling sapa di BBM tapi begitu ketemu malah saling tidak kenal. Begitulah dunia maya, terasa begitu akrab tapi begitu masuk dunia offline malah saling kagok.

Blackberry sering disebut sebagai gadget yang mampu mendekatkan orang yang saling tidak mengenal bagai saudara dekat, tapi dibalik itu kadang membuat teman dekat ataupun keluarga di rumah jadi terlupakan.

Pernah terlihat dalam suatu meja makan di suatu resto di sebuah mall, sebuah keluarga sedang asyik makan dengan tangan kanan dan main ponsel di tangan kirinya. Bapak, ibu dan anaknya saling berkomunikasi dengan orang yang jauh dan saling melupakan orang yang begitu dekat dengan dirinya.



Lilo akhirnya nyari kegiatan sendiri karena bapaknya malah asyik dengan teman-teman TDA-nya. Akupun akhirnya menyadari kalau LiLo bosen menyadari acara yang diikutinya tidak sesuai dengan harapannya.

Akupun meninggalkan kerumunan teman-teman TDA dan mengikuti Lilo berjalan-jalan. Lihat-lihat sepeda patroli polisi, nyari-nyari kaos ukuran "S" buat dia sampai akhirnya malah naik MOGE-nya pak polisi.



Dasar Lilo, tidak pernah bisa diam. Jalan terus kemana-mana, sampai akhirnya berhenti juga di toilet, karena ada yang perlu dibuang dari tubuhnya. Di toilet itu berkumpulah para gladiatris dan panitia dari EO yang bertanggung jawab terhadap kelancaran acara pagi ini.

"Om gak boleh ngerokok", kata para gladiatris yang sexy-sexy itu.

"Mana? Emang ada tandanya?", si Om rupanya penasaran tetap mau merokok, sampai akhirnya dia melihat tanda dilarang merokok.

Para gadis itupun saling cekikikan melihat kekecewaan si Om.

"Makanya tadi aku sudah merokok sebelum ke sini", kata salah satu dari gladiatris yang berpakain super seksi karena modelnya yang super ketat.

Wah rupanya mereka, para gladiatris itu, suka merokok dalam kesehariannya. Untung istriku tidak seperti mereka. Meskipun merokok masih diperdebatkan halal dan haramnya, tetapi aku termasuk golongan mereka yang lebih suka melihat orang yang tidak merokok, cewek maupun cowok.

Aku lebih suka dianggap "ndeso" bin "katrok" daripada harus merokok untuk diterima dalam suatu komunitas.



Hari makin siang dan tanda-tanda acara dimulai belum juga kelihatan. Kaos sudah dibagikan dan briefing sudah dilakukan tetapi pasukan belum juga bergerak. Acara menunggu inipun dimanfaatkan untuk saling bernarsis ria denagn segala macam bentuk dan model.

Saat Lilo di puncak kegelisahannya diadakan lagi briefing final.



"Kita akan mulai tepat jam 09.15 saat lalu lintas sudah lebih ramai", begitu kata koordinator acara.

Rupanya pasukan ini bergerak menunggu ramainya lalu lintas. Itu sebabnya dari tadi kok nggak juga bergerak ke bundaran HI.



Pak Iim, presiden TDA, akhirnya memimpin doa untuk kesuksesan acara ini. Para TDAers sudah terlihat tidak sabar ingin segera menuju ke tengah bunderan HI.

"Gladiator bertugas sesuai posisi yang sudah ditentukan, demikian juga para gladiatris. Selebaran kan dibagikan oleh tim khsuus, teman-teman dari TDA situasional saja. Biar tidak terkesan jadi crowded, biarkan petugas pembagi selebaran saja yang membagikan selebaran ini", begitu arahan koordinator acara dan para TDAers terlihat manggut-manggut tanda memahami aturan yang disampaikan.

"Teman-teman TDA silahkan membuat setengah lingkaran agar terlihat kompak dan tidak terlihat seperti gerombolan liar", lanjut sang koordinator dan disambut dengan senyum para TDAers. Mereka senyum sambil manggut-manggut, meskipun aku tidak tahu pasti apakah mereka itu memahami dan mau melaksanakan atau sekedar manggut-manggut saja untuk menyenangkan sang koordinator.

Begitulah, akhirnya sebelum jam yang ditentukan para TDAers sudah melangkah menuju bunderan HI. Mau sepi mau ramai sudah tidak menjadi pemikiran para TDAers, mereka hanya ingin segera menuju ke bunderan dan saling bernarsis ria disana.

Pengarahan dari koordinator rupanya sudah mereka lupakan. Apalagi ada pelawak terkenal di lokasi tebar virus TDA ini. Meski malu-malu, terlihat banyak teman-teman TDA yang mengajak host acara "Assalamu'alaikum ustadz" ini untuk berfoto bersama.



Baru beberapa saat berada di bunderan HI sudah mulai terdengar keluhan dari para gladiatris.

"Aduh panas sekali di sini", begitu kata mereka.

Kulihat Lilo juga kepanasan dan wajahnya tidak mencerminkan suatu keceriaan yang sedari tadi sudah muncul. Aku sendiri merasakan udara di pagi ini sangat panas. Matahari begitu perkasa bersinar di atas sana. Panasnya terasa membakar kulitku yang baru saja terbakar mengelupas gara-gara matahari Bogor saat out bound minggu lalu.



Pada kondisi seperti ini, maka yang paling baik adalah menganggap panas matahari sebagai pembakar semangat kita, sehingga dapat mengurangi ketersiksaan kulit kita.

Bener juga, saat aku menganggap matahari panas ini kuanggap sebagai pembakar semangat, maka panasnya jadi terasa berkurang. Apalagi ketika angin bertiup dan membawa butiran air mancur ke tubuhku. Basahlah badan ini dan terasa kesejukan yang nikmat di siang yang seharusnya panas ini.

Lilo yang tadinya sudah pingin pulang untuk nonton TV dan ikut acara arisan keluarga jadi lupa waktu dan pingin terus berada di tengah bundaran HI sambil mandi air mancur.

Saat siang makin panas, maka akhirnya aku harus meninggalkan lokasi tebar virus ini dan menuju ke Cikarang untuk mengikuti acara arisan keluarga.

Sakses buat acara #pestawirausaha 2010 dalam rangka Milad IV TDA [tangan di atas]



+++

2 komentar:

Anonim mengatakan...

bener pak eko, memang harus di latih anak-anak kita untuk berdagang, anak saya yg kelas 6 SD sekarang tiap pagi membawa juice buah mangga / jeruk sekitar 10~15 gelas, alhamdulillah selalu habis terjual. Memang cukup baik juga kalo mempunyai peralatan yang produksi di saat-saat tertentu agar bisa jualan.

Eko Eshape mengatakan...

kangen sama Yumnibiz nih.
Semoga besok bisa ketemuan di acara Pelatihan Mie Sehati.

Salam Sehati