Senin, September 28, 2009

Pengantar Tidur

Sudah lama gak dongeng sama LiLo, hari ini kusempatkan untuk tidur di kamar Lilo dan mulai mendongeng.

+++

Jaman dulu, ada seorang laki-laki bernama MiCel. Dia jualan Mie Pecel, sehingga dipanggil MiCel dan nama aslinya sudah tidak diapalin orang lagi.

Suatu hari, dia pergi ke hutan, tanpa tujuan pasti sampai masuk jauh banget ke dalam hutan. Maklum dia sedang stres berat karena jualan mie pecel gak pernah laku.

Tiba-tiba tanah yang dinjaknya longsor dan dia jatuh ke jurang yang tidak begitu dalam. Karena kesakitan, maka MiCel akhirnya tiduran di dasar jurang dan akhirnya tidur beneran.

Micel terbangun karena ada suara pembicaraan di dekat tempatnya jatuh.

"Kita taruh saja sapi ini disini. Pasti aman deh", kata yang satu

"Oke!", jawab yang satunya.

Kedua orang itupun pergi meninggalkan lima ekor sapi yang diikat di sebuah pohon.

Micel bangun dan melihat lima ekor sapi yang aneh.

+++

"Hayo anehnya dimana?", kataku menghentikan cerita

Lilo memandangku sambil berpikir, kemudian menjawab.

"Warna sapinya pink!"

"Hahaha...terus..?"

"Tanduknya dari emas!"

"Terus?"

"Ekornya dari besi!", makin semangat saja LiLo menyebutkan hal-hal yang aneh-aneh.

"Oke..cerita berlanjut !"

+++

Di salah satu sapi itu ada tulisan PIBO berwarna PINK. Artinya Sapi Bodoh !

Kemudian di sapi yang lainnya memakai topi ulang tahun dari kertas mas, demikian juga tanduknya diberi kertas emas yang dilem erat-erat.

Sapi yang lain, ekornya diberi gantungan kaleng susu.

Lengkaplah keanehan ke lima sapi itu.

Micelpun berjalan pulang meninggalkan sapi itu. Mau mengejar penjahat takut mau mbawa sapi juga takut nanti dikira dia pencurinya.

Sampailah Micel di pasar, tempat dia biasa minum dawet.

Sayang karena jalannya sempoyongan, kakinya ternatuk batu dan jatuhlah Micel ke arah penjual dawet.

Dua gelas dawet tumpah ruah.

"Celaka!", pikir Micel.

Terpkasa Micel berpura-pura gila agar tidak disuruh membayar dawet

Tukang dawet tentu saja marah-marah. Dia kenal betul Micel yang suka aneh-aneh. Akan tetapi melihat baju Micel yang lusuh dan penuh kotoran [bekas longsoran tanah di hutan], tukang dawet agak curiga juga.

"Jangan2 Micel ini gila beneran ya?", pikirnya.

Tiba-tiba muncul seorang juragan dan anaknya yang sedang menangis.

"Hai orang gila!", teriak juragan itu.

"Aku sudah nanya semua dukun di kota ini. Mereka semua tidak tahu dimana sapiku hilang. Kamu tahu tidak ?"

"Ha...?", Micel langsung inget sapi yang ada di hutan.

"Pibo, Pibo, Pibooooo!", teriak Micel.

"Ha? Benar itu. Dimana kamu lihat Piboku?", penasaran sang Juragan bertanya lagi

"Selamat ulang tahun kami ucapkan..."

"Bener-bener...sapi yanglain pakai topi ulang tahun berwarna emas", sang Juragan makin antusias

"Klontang...klontang..."

"Bener-bener...sapi lainnya dipasangi kaleng susu di belakangnya"

"Hutan...hutan...longsor...longsor....", Micel bergaya pura-pura kayak dukun yang sedang kerasukan. Tangannya menunjuk-nunjuk ke arah hutan.

Langsung saja, sang Juragan ngasih uang untuk Micel sebagai tanda terima kasihnya.

Micel membuang uang itu ke arah tukang dawet, maksudnya sebagai pembayar dawet yang tumpah. Sang Juragan manggut-manggut dan langsung menuju ke hutan.

Micelpun jadi terkenal sebagai tukang ramal. Yang lebih penting lagi sore itu dia dapat minum dawet gratis dan makan di warung [juga] gratis.

+++

"Lanjut gak ceritanya?", kataku pada Lilo yang matanya masih bulat besar meskipun badannya sudah mulai meringkuk.

"Lanjut pak.."

+++

Sejak saat itu Micel dipaksa saudaranya untuk menjadi tukang ramal. Micel sendiri tidak mau dipanggil tukang ramal. Dia lebih suka dipanggil tukang memberi nasehat. Ketakutannya pada kakaknya membuat Micel selalu menuruti kemauan kakanya.

"Aku sebenarnya tidak mau lho mbok Lombok jadi tukang nasehat ini. Aku tidak suka berbohong ataupun berpura-pura..."

"Halah..! Jangan sok kamu ya. Enak aja kamu ini mau nganggur tapi tiap hari minta makan. Lihat tuh jualan pecelmu gak laku-laku. Sekarang tiap hari ada saja yang datang minta nasehat. Uangnya lebih besar dari hasilmu jualan mie pecel"

"Mbok Lombok yang tanggung dosanya ya....", ucap Micel lirih, sehingga SIta yang dipanggil Mbok Lombok tidak mendengarnya.

Micel memang selalu memanggil Sita dengan Mbok Lombok, karena memang Sita sangat galak terhadap Micel yang kecil dan suka mengalah.

Suatu hari datanglah rombongan dari kerajaan yang ingin membuktikan kepiawaian sang Dukun Micel.

+++

"Loh kok ada raja segala pak?", tanya LiLo memotong ceritaku

"Kenapa?"

"Memang ini jaman sekarang atau jaman dulu sih. Kok ada orang jual dawet, tapi kok ada raja juga, Nggak salah cerita pak?"

"Mau denger enggak? Ini jaman dulu...kalau gak mau denger ya tidur saja"

Lilo diem dan memberi tanda agar aku melanjutkan ceritanya.

"Cerita ini tinggal sebentar lagi kok. Abis itu kita tidur. Oke?"

"Oke"

+++

Tentu saja Micel dan Sita ribut melihat kedatangan pasukan kerajaan itu. Merekapun saling menyalahkan.

"Ini gara-gara mbok Lombok yang terlalu memaksakan kehendak!", teriak LiLo tertahan-tahan

"Kamu juga kenapa mau. Menolak kan bisa. Sekarang tanggung sendiri akibatnya. AKu mau pergi..."

Pergilah Sita alias mbok Lombok meninggalkan rumah, meskipun kemudian dia datang lagi untuk mengintip apa yang terjadi dengan Micel.

Dengan terpaksa Micel mengikuti kehendak para pengawal Raja yang membawanya ke kerajaan.

[dialog antara Micel dan pengawal raja tidak ditampilkan karena agak sulit dituliskan]

"Selamat Datang Dukun Cilik", sambut Sang Raja ketika Micel dihadapkan padanya.

Dengan gemetar Micel menyambut ucapan sang Raja. Saking gemetarnya, tidak ada satupun ucapan Micel yang terdengar oleh para hadirin di ruang keraton itu.

"Aku hanya ingin kamu menebak apa isi kotak kayu yang ada di tengah ruangan ini. Jika bisa menebak maka kamu akan kuangkat menjadi penasihatku, tapi jika tidak .... berarti selama ini kamu hanyalah pembohong kelas kampret yang mengotori negara ini..!"

Keringat dingin membasahi kening Micel dan akhirnya seluruh tubuhnya basah oleh keringat.

"Ayo jawab Dukun Kecil!", perintah Raja.

Sang pengawal juga sudah merasa bahwa Micel akan gagal menjawab, sehingga diapun sudah siap-siap untuk menggelandang Micel ke luar ruangan, artinya Micel akan merasakan penjara yang paling tidak enak di kerajaan ini.

Semu akejadian ini bermula dari ide Sita yang begitu memaksakan kehendaknya, dan Micel sangat benci dengan keadaan ini.

Akhirnya dalam keputus asaannya, Micelpun berteriak

"Mbok Lombok...semua ini gara-garamu mbok Lomboooook...!!!!"

Teriakan histeris itu akhirnya membuat Micel lega dan tubuhnyapun terduduk lunglai di lantai.

"Plok...plok...plok..."

Dengan tersenyum raja bertepuk tangan.

"Hebat kau dukun cilik. Aku sendiri yang baru saja memasukkan lombok ke dalam kotak itu. Tidak ada yang tahu selain aku, dan ternyata kau dapat dengan benar menebaknya. Selamat ...selamat ...!"

"Mulai sekarang bersiaplah tingal di istana dan menjadi penasihatku. Besok kita bertemu lagi"

Seperti tak percaya, Micel memndangi punggung raja yang meninggalkan ruangan pertemuan ini.

Dalam hati Micel berjanji, "mulai sekarang aku akan memanggil mbak Sita dengan nama yang benar bukan dengan nama Mbok Lombok lagi..."

+++

Lilo tersenyum mendengar akhir cerita ini.

"Sekarang tidur ya nak, besok bapak cerita lagi"

+++

Tidak ada komentar: