Kamis, September 10, 2009

Perjalanan Mencari KTP

Hari ini kuluangkan waktuku untuk mengganti KTP-ku yang sudah mau selesai masa tugasnya. Kuambil cuti dan kusiapkan semua data yang diperlukan.

Istriku menelpon pak RT untuk memastikan beliau ada di rumah.

"Saya langsung ke situ pak", kata istriku di akhir pembicaraannya.

Kamipun meluncur ke rumah pak RT. Pembicaraan yang hangat membuat lupa waktu. Sekalian akupun minta pak RT untuk menjadi salah satu teman yang ikut memberikan testimoni atas peluncuran bukuku, tanggal 13 September 2009 di Resto Samikuring.

Alhamdulillah, pak RT menyanggupi.

"Ada yang ngasih kultum enggak pak?", kata pak RT.

"Ada pak", jawabku. Seingatku ada teman yang bisa memberi kultum, jadi kujawab dengan jawaban itu. Sampai di rumah, aku baru berpikir. Bukankah pak RT ini suka ngasih kultum juga ya? Okelah, besok tak mohon sekalian ngisi kultum di acara peluncuran buku itu.

Pak RT ini memang serba bisa. Dulu waktu acara pernikahan teman, dapet orang bule, ternyata pak RT juga sanggup ngasih sambutan dalam bahasa campuran.

Perjalanan mencari KTP baru, akhirnya sampai ke rumah pak RW. Kulihat jam menunjukkan pukul setengah delapan. Semoga saja pak RW tidak bepergian.

Alhamdulillah, pak RW ada di rumah, tapi sedang mandi. Terpaksa nunggu dulu deh.

Lama kemudian, barulah muncul pembantu pak RW menanyakan keperluanku. Wah hampir setengah jam dan mandinya mungkin baru selesai, tapi pak RW mungkin merasa gak nyaman mau nemuin tamu, sehingga pak RW menyuruh pembantunya.

Jangan-jangan karena waktu pemilihan RW dulu aku gak milih pak RW ini, maka dia nggak mau menerimaku secara langsung ya? Padahal waktu jadi KPPS kemarin kita gak ada masalah, malah kompak abis deh.

Ya sudah, kita positip tinking saja, maksudnya khusnudzon saja. Pasti ada alasan khusus sehingga pak RW tanda tangan surat pengantar blanko KTP-nya di dalam rumah.

Perjalanapun berlanjut ke kantor kelurahan. Di persimpangan jalan dengan KA, kulihat palang pintu bergerak ke bawah, artinya ada kereta api yang mau lewat.



Ternyata para pengguna jalan pada gak sabaran, penjaga pintunya sampai capek meniup peluit, tetep saja para pengguna jalan itu menyeberang, padahal pintu palang kereta sudah ditutup.

Baru setelah kelihatan KA-nya, para pengguna jalan itu menghentikan aksinya.

Persimpangan jalan di stasiun Lemah Abang ini memang sangat rawan kecelakaan. Dulu saat kondisi jalannya belum sebaik sekarang, banyak sekali sepeda motor yang jatuh di persimpangan itu.

Sekarang kondisi jalannya sudah mulus, sehingga kecelakaan karena jatuh dari motor berkurang. Namun melihat kelakuan para pengguna jalan disini, kayaknya kecelakaan terserempet KA tinggal menunggu waktu saja. Semoga menjadi perhatian para pengguna jalan di daerah persimpangan itu. Amin.



Memasuki kantor kelurahan, kulihat suasana masih sepi. Rupanya pak Lurah belum datang, sehingga aku harus menunggu pak Lurah datang baru blankonya diproses.



Untunglah pada saat itu kulihat ada dua orang yang memasuki kantor kelurahan. Yang pria kayaknya petugas kelurahan dan yang wanita adalah orang yang akan mengurusi KTP juga [habis blankonya sama sih, jadi mudah ketebak].

Jadinya langsung diteken dan mbayar 20 ribu. Akupun langsung meluncur lagi ke kantor kecamatan, dengan bekal surat dari kelurahan ini.



Sampai di kecamatan, setelah mbayar 15 ribu [lebih murah di kecamatan ya], akupun langsung menuju ke ruang pemotretan. Cepet ya...



Selesailah sudah pengurusan KTP-ku. Sayangnya tidak bisa langsung selesai hari itu juga.

Akupun pulang dan menikmati hari cutiku berduaan sama istriku. Meluncur pelan-pelan menyusuri sepanjang jalan yang menghubungkan kantor kecamatan dan rumahku.

Hmm....Indahnya kebersamaan.

Tidak ada komentar: