Senin, Maret 16, 2009

Mencabut Uban

Puasa nelpon dan puasa "ngimil" rasanya seperti puasa merokok bagi para pecandu rokok.

Begitulah yang terjadi padaku ketika aku mengawal para karyawan baru. Lumayan juga, tiga hari dua malam, aku hanya bisa baca komentar di FB dan upload beberapa foto kegiatan outbound Rasamala.

Kebahagiaan datang ketika kulihat wajah-wajah penuh semangat yang menghiasi teman-teman kerja baruku itu.

Biarpun harus jatuh bangun, mereka tetap semangat mengikuti semua acara. Semua dilakukan dengan intensitas semangat yang tak pernah kendor. Luar biasa !

Yang paling membahagiakan tentu ketika bertemu dengan anak istri. Hmm .... susah dilukiskan.

Kerinduan mereka dan kerinduanku pada mereka satu demi satu kutuntaskan.

Sehabis sholat jamaah Maghrib, aku tiduran sambil telungkup dan anak-anakku pada mencabuti ubanku.

Rambut pendekku menyulitkan mereka mencabut ubanku, tapi ketika istriku cerita bahwa dia juga saat kecil suka mencabuti uban bapaknya, maka anak-anakku ikut semangat juga untuk terus mencabuti ubanku.

Apalagi ketika kusanggupi untuk membayar satu uban dengan harga seribu rupiah. Wah, LiLo dan Lita makin semangat.

Suasana makin meriah ketika istriku bercerita pengalaman dia ketika nyabuti uban. Bermacam-macam model pencabutan yang dilakukan istriku, kadang ada juga sedikit curang, yaitu mengganti uban dengan "ijuk". He..he..he.. pasti ketaghuan donk, masak ijuk diajukan sebagai uban.

Derai tawa tak henti memenuhi kamarku, sementara aku sambil mendengarkan gurauan mereka mulai menerawang ke alam lain.

Tuhan telah mengaruniai aku dengan rambut hitam sementara kawan-kawan seumuranku telah penuh dengan uban. Artinya kawan-kawanku sudah diingatkan bahwa usianya sudah senja dan aku tidak diberi peringatan itu.

Aku masih terlihat lebih muda dari usiaku, masih banyak petugas asuransi yang datang kepadaku memberi contoh aplikasi asuransi dengan mencantumkan umur yang 10 tahun lebih muda.

Aku sering tersenyum di luar dan tertusuk di dalam. Aku makin tertusuk ketika membaca syair lagu Chrisye. Itulah saat datangnya hari, dimana tangan dan kaki mulai berkata, sementara mulut mulai terkunci.

Telah siapkah aku menghadapi semua itu?

"Ya ALlah, tunjukkanlah yang benar sebagai hal yang benar dan berikan aku kekuatan untuk melaksanakannya. Amin"

"Ya ALlah, tunjukkanlah yang salah sebagai hal yang salah dan berikan aku kekuatan untuk menjauhinya. Amin"

Mari kita bersama mulai menghitung amalan baik dan dosa kita sebelum dihitung oleh Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang.


Chrisye - Ketika Tangan dan Kaki Berkata

Akan datang hari
Mulut dikunci
Kata tak ada lgi

Akan tiba masa
Tak ada suara
Dari mulut kita

Berkata tangan kita
Tentang apa yang dilakukannya
Berkata kaki kita
Kemana saja dia melangkahnya
Tidak tahu kita
Bila harinya
Tanggung jawab, tiba...

Rabbana
Tangan kami
Kaki kami
Mulut kami
Mata hati kami
Luruskanlah
Kukuhkanlah
Di jalan cahaya
Sempurna

Mohon karunia
Kepada kami
HambaMu
Yang hina

8 komentar:

Anonim mengatakan...

lohhh
mas eshape udah ubanan?

Unknown mengatakan...

Ketika malaikat maut mau mencabut nyawa, manusia protes kepada malaikat: "wahai malaikat, mengapa engkau datang begitu mendadak? Kenapa nggak pakai pemberitahuan lebih dulu?"
Jawab malaikat: " siapa bilang nggak ngasih tahu dulu... waktu usiamu 40 tahun pandanganmu mulai nggak jelas kan? sehingga engkau pakai kacamata +, ubanmu mulai tumbuh malah dicat biar tetap kelihatan muda, fisikmu nggak sekuat dulu..... itu semua adalh surat peringatan... tapi manusia cencerung nggak mbaca..."

G. Sujatmiko mengatakan...

Hari ini saya masuk siang pa. Sempetin liat pa Eko. Trims buat fasilitasnya kemarin. Kalau soal uban, saya juga mulai ada. Pigmen warna itemnya udah mulai kurang. Kalau tinta printer bisa refill, tapi uban???
Yang pasti semua sudah berjalan menurut Sang Pemberi Segalanya. Semoga kita semua selalu dalam lindunganNya. Amin.

Eko Eshape mengatakan...

@Rusa bawean

lho aku lahir tahun 1959
rak yo sudah wajar kalau ubanan kan?

Eko Eshape mengatakan...

@Big Sugeng

seneng lho kalau ada komentar dari yang satu ini
selalu menambah pencerahan pembaca

makasih ya

Salam

Eko Eshape mengatakan...

@Papanya Dafa

asyik ya kemarin kita bisa berjalan bersama-sama
sayang istriku nggak bisa ikut

kapan-kapan kita jalan lagi deh...
istri kita kayaknya cocok bergosip ria tuh
ha...ha...ha...

Anonim mengatakan...

Cuman punya pantun Melayu bikin suguan..
"Halia ini tanam-tanaman
Ke barat juga akan rebahnya
Dunia ini pinjam-pinjaman
Ke akhirat juga akan sudahnya"

CiMarT mengatakan...

@Sophie

makasih pantunnya mbak
indah dan kena di hati

Salam