Senin, November 29, 2010

Nikmatnya Thiwul Pakem

Pagi ini waktunya tidak pas untuk jalan-jalan, tapi aku kalau berjanji kok sering susah melingkarinya ya? (istilah lilo untuk mengingkari janji).

Dengan segala kekuatan dan daya upaya yang ada aku selalu mencoba untuk dapat memenuhi janji apapun yang pernah kuucapkan dari mulutku. Laki-laki itu kalau mulutnya sudah gak bisa dipercaya, maka apa lagi yang bisa dia banggakan di depan orang lain dan di depan Tuhannya nanti?

Akhirnya setelah berembug panjang dengan istriku kuputuskan untuk berangkat berdua dengan istriku saja. Rencana "B" untuk berjalan-jalan bersama LiLo dibatalkan, karena Lilo baru pulang dari sekolah jam 13.00. Tentu agak repot kalau aku harus berangkat dari rumah jam 13.00.

Perjalanan ke Pakem memakan waktu sekitar 45 menit, sehingga aku harus balik lagi ke Jogya pada pukul 12.15 agar bisa menjemput Lilo. Tentu Lilo akan senang sekali kalau kujemput, seperti juga hari Sabtu yang lain. Senyumnya selalu membuat hatiku ikut tersenyum.

Perjalanan ke Pakem di hari Sabtu ini memang sangat menyenangkan. Aura nostalgia sangat kental, karena aku dulu sering melewati jalan-jalan aspal ini saat aku jadi Sekum PS HW Sleman.

Udara yang sejuk dan bersih seolah tidak memperlihatkan bekas erupsi merapi di daerah ini. Hanya spanduk-spanduk saja yeng menunjukkan kalau lokasi ini pernah masuk daerah BAHAYA.

Sehabis nostalgia dan beli bensin, akhirnya aku sampai di rumah mbak Destina. Langsung masuk rumah dan mumpung mbak Destina masih asyik di belakang, mungkin nyiapin makanan berat, aku langsung menyantap Thiwul yang sudah tersedia di meja.



Satu gelas teh langsung habis kuteguk. Saking nafsunya makan thiwul sampai gak sadar tahu-tahu ada orang yang ikut bergabung.

Ya sudah, thiwul yang sudah siap santap kutaruh lagi di meja dan kita ngobrol ngalor ngidul. Ternyata asyik juga ngobrol dengan bapaknya mbak Destina ini. Seru dan penuh nostalgia.

Akhirnya jam menunjukkan waktu untuk pulang dan akupun pamitan pulang. Tanpa malu-malu aku langsung SMP (Sudah Makan Pulang) dan segera berdiri. Kasihan Lilo kalau harus pulang jalan kaki lagi ke rumah.

Saat itu kulihat ada mobil masuk ke halaman mbak Destina dam aku langsung menebak.

"Itu pasti mbak Ratih..."

Bener juga. Ketika aku keluar, maka mbak Ratih masuk dan langsung memarkir kendaraannya. Seorang mbak Ratih keluar dari mobil bersama dua bidadari kecil dan satu orang teman mbak Ratih. Kayaknya ini pengasuhnya bidadari mbak Ratih.

Aku bener-bener surprise ketemu sama mbak Ratih, tenryata masih muda banget tapi sudah punya dua bidadari kecil yang cantik-cantik.

Ya sudah acara pamitan dilanjutkan dengan acara ngobrol lagi di halaman rumah mbak Destina.

Aku langsung saja bilang sama mbak Destina, "Apa arti Lovina, hayo?"



Sebelum kelamaan njawab aku langsung bilang, kalau Lovina adalah nama pantai tempat mbak Ratih dulu berbulan madu dengan suami tercinta. Waktu itu aku cerita kalau aku bulan madu di Berastagi dan Danau Toba, sedangkan mbak Ratih cerita tentang bulan madunya di Lovina.

Pembicaraan kemudian makin seru, apalagi ketika cerita tentang bisnis tiket. Akupun hanya ikut mengamini saja kalau para cewek ini sudah saling bertukar kata.

Akhirnya jam makin menunjukkan waktunya dan akupun harus ikhlas bin rela untuk berpisah dengan Pakem dan seisinya. Aku sempat foto dulu dengan mbak Ratih dan dua bidadarinya sebelum akhirnya harus meluncur ke Yogya.



Samnpai di rumah aku langsung menunrunkan istri di depan warung mie sehati dan kemudian langsung tancap gas ke sekolah Lilo.

Eh, sebelum gas lebih dalam kuinjak aku sempat melirik ke pintu warung yang terbuka dan kulihat ada wajah Lilo di balik pintu.

"Ups.. kok sudah pulang mas Lilo? Baru mau kujemput nih..."

Kulihat wajah lilo seperti menahan marah, akupun langsung puter balik dan parkir motor di depan warung mie sehati.

Kudekati lilo dan kutanyakan padanya, naik apa dia pulang ke rumah.

"Jalan kaki", jawab Lilo pendek.

Akupun langsung menimpalinya, "Wah hebat nih mas Lilo. Berani jalan kaki sendiri pulang ke rumah. Aku salut deh sama mas Lilo"

Lilopun kemudian memelukku sampai aku terjatuh dan kamipun bergulingan di lantai warung mie sehati.


"Alhamdulillah"

Lilo bisa memahami perasaanku dan memaklumni keterlambatanku menjemputnya.Hari inipun berlalu dengan penuh suka cita.

+++

Pelajaran hari ini :
1. Naik motor berduaan ke PAKEM sama istri ternyata memang nikmatnya sampai di hati
2. Mbak Destina dan Mbak Ratih ternyata adalah alumni UGM yang bisa dipegang kata-katanya (dan semoga akupun bisa mencontoh mereka untuk selalu menepati apa yang keluar dari mulutku). Mbak Ratih pernah ingkar janji padaku dan sekarang tanpa dijelaskan secara alngsung, aku sangat memahami mengapa waktu itu mbak Ratih tidak bisa datang ke Munas UGM.
3. Lilo adalah anak yang sudah dewasa pikirannya meskipun badannya masih belum gehde (karena orang tuanya juga bukan raksasa, tapi hanya PASUTRI yang biasa-biasa saja).
4. Syukuri apa yang ada karena itulah yang harus kita lakukan.

Kursus Fot Kilat

4 komentar:

Unknown mengatakan...

Perjalanan jogja pakem nya pasti mengasyikkan penuh nostalgia serasa masih mahasiswa dan mahasiswi ya mas? Sepanjang perjalanan sambil pegang2an (kalau nggak bisa jatuh) dan bercanda ria.
Jadi pingin

Irma Senja mengatakan...

sepertinya harus byk belajar ttg kehidupan berumah tangga pada pasangan pak eko dan ibu ^^

memiliki anak2 yg sdh besar tp tetap harmonis sekali.....

salam untuk ibu,pak...:)

*pengen nyobain makanan diatas

Eko Eshape mengatakan...

@Big Sugeng.

Bener mas.

Perjalanan yang penuh nostalgia dan penuh dengan pemandangan yang sangat berbeda dengan sepuluh tahun lalu.

Pegangan?

Pasti donk !:-)

Salam Sehati

Eko Eshape mengatakan...

@Mbak Senja

Aku juga harus banyak belajar ke mbak Senja,
gimana caranya supaya sering masuk koran

(fotonya close up dan gedhe banget ya)

Yang penting bukan koran lampu merah ya mbak?
Aku sangat percaya kok kalau masalah itu.

Salam Sehati