Selasa, Oktober 27, 2009

Bapak [tidak] Jahat

"Kenapa pulang malam?", protes LiLo padaku.

"Jalan macet nak, jadi gak bisa cepat pulang", jawabku sambil mencoba tetap tersenyum, meskipun badan rasanya capek dihajar kemacetan di depan pertamina Cikarang.

"Kenapa tidak naik sepeda saja ke kantor, jadi tidak kena macet", Lilo terus mengejar.

"Wah bapak tidak kuat kalau harus naik sepeda dari Cikarang ke Cawang"

"Kawan-kawanku bapaknya naik sepeda ke kantor. Ikut B2W saja biar sehat !"

"Yah...mereka kantornya kan di sekitar Cikarang, jadi bisa cepat pulang biar naik sepeda. Kalau bapak naik sepeda ke Cawang, jam 12 malem baru nyampai di rumah nak..."

Lilo terdiam mendengar semua penjelasanku. Aku lihat dia masih belum mau terima penjelasanku, tapi dia sudah males ngomong, jadi kulihat dia diam dalam kemarahan yang tertahan.

Kupeluk erat Lilo dan kurasakan tidak ada pelukan balasan dari Lilo.

"Ya Allah, jangan jadikan Lilo sebagai anak yang tidak bsia menerima keadaan ini. Mudahkan hati Lilo menerim akenyataan ini. Aku bukan bapak yang jahat dan semoga Lilo mengetahuinya"

Perlahan-lahan kurasakan pelukan balasan dari Lilo. Aku tidak tahu apakah ini balasan doaku atau kesadaran Lilo memang sudah sampai pada taraf memahami perasaan bapaknya yang sangat mencintainya.

"Percayalah nak, bapak selalu ingin cepat pulang dan bermain dengan Lilo"

Alhamdulillah, akhirnya larut malam datang dan membawa angin syukur di keluargaku.

2 komentar:

Belajar Blog mengatakan...

yah..mau bilang apalagi...
dan saya masih bersyukur mempunyai teman seperti mas eko...
ang selalu mengingatkan pentingnya keluarga...
meski saya belum berkeluarga..
hehehehe

niQué mengatakan...

semoga swamiqu pun nanti bisa meniru mas eko bila kami punya anak kelak :) amin!