Sabtu, Maret 21, 2009

SEPUTAR SPT

Ini dialog yang kurekam dari suatu milis, ketika mereka membahas SPT.

TM :
Kenapa mesti bikin SPT lagi? Bukankah mestinya saya yang menerima tanda terima dan laporan penggunaaan pajak yang saya bayarkan?

AP :
Lagian kalo salah ngisi SPTnya malah nambah denda.
Hehehehe....

"Lunasi pajaknya, awasi penggunaannya": gitu katanya :)

DL :
carane ngawasi kepie?
[bagaimana caranya mengawasi?]

AP :
Mungkin Mas Aditya van Kebumen bisa membantu kasih saran... :)

AN :
Saya sih nggak berminat mengawasi, serahkan aja ma LSM, DPR, KPK, Press (media), Inspektorat, BPKP, BPK.

Saya hanya minta pelayanan publik yang lebih baik buat para pembayar pajak. Jadi besok2 aparat negara itu cara pikirnya meraka adalah pelayan masyarakat (karena gajinya dibayar pembayar pajak), bukan lagi majikan masyarakat (karena dikasih wewenang mengatur).

DL :
wah..berarti iklan pajak yg di tivi tsb sangat menyesatkan
kalo memang tugas pengawasan hanya bs dilaksanakan oleh institusi
tertentu, ndak perlu lah ditayangkan di media massa dan menjadi
konsumsi publik.
Jak..jak wong pajak, pie ki iklanmu menyesatkan masyarakat. Mengko tak
laporke MUI lho ben atas laporan penyebaran ajaran sesat lewat media
massa :-)

AA :

Saya jugak bingung kenapa harus bikin SPT.
Selain cuma menambah banyaknya pohon yg terbakar (seperti yg disinyalir Albert), itu cuma bikin double job aja.
Lha waktu mbayar emang nggak dicatat sama petugas?

Lagipula, jaman komputerisasi gini khan mustinya banyak data sudah bisa dikomputerisasikan.
Jika sudah bayar pajak lewat bank, biar bank saja yg melapor lewat sistim komputernya.
Ngapain tiap orang harus bikin laporan sendiri?

Ah, negara sudah merdeka 60 tahun lebih kok masih pakai sistim administrasi majapahit.

salam,

LD :
pembayaran pajak di bank langsung online dengan kantor pajak kok.
jadi mestinya kantor pajak sudah punya data pembayar pajak.
saya juga ndak ngerti kenapa harus bikin SPT lagi.
mana kalo telat kena denda lagi.
kalo telat mbayar pajak trus kena denda okelah.
tapi kalo sudah mbayar, trus telat ngelapor, dan kena denda, kayaknya aneh.
atau saya yang ndak ngerti masalah perpajakan.

--
salam,

IKD :
ini memang negri yang aneh .. :-(

ES :
aku ngisi SPT aja mumet
sudah selesai masih saja ada yang salah
akhirnya, salah benar yang penting dikirim saja
kalau bermasalah nantinya
yowis risiko

podho2 mumete
lebih baik mumet suk-suk aja
syukur dianggap bener sama kantor pajak.

salam

==== EOF

He..he..he.. untung aku sudah selesai membuat dan mengirimkannya.

Tadinya mau antri di kantor pajak, tetapi ternyata ramainya bukan main [pada sadar pajak atau takut denda ya?].

Akhirnya jalan-jalan di JB Plaza dan ada tempat untuk menerima SPT disitu. Ya sudah lunas sudah tugas tentang SPT ini.



Mari kita awasi penggunaannya.

Ada yang tahu cara ngawasinya?

10 komentar:

Edhi Heriyaman mengatakan...

saya juga binun bang..kalau harus ngisi SPT berarti harus mudik dulu...
wahh..cape dehh...

Anonim mengatakan...

waduhhh
kalo saya mah kagak tau atuh
bagaimana cara mengawasinya
:)

Belajar Blog mengatakan...

hmmmm soal pengawasan pajak emang bikin bingung,soalnya pemerintah ga pernah terbuka dengan masyarakat,kita cuma bisa merasakan ketika banyak gedung dijual berarti walikotanya sdang cari duit kembali stelah kampanye..tapi kalau banyak pembangunan berari pajaknya digunakan dengan baik...
kalao saya merindukan sebuah iklan..dimana seorang Pejabat pemerintah kelas atas sedang mengepel lantai atau sedang menciumi kaki seorang rakyat...
hehehehe..proyek mimpi kaleeeee
=========================================
mass....aku ga bisa download PC-MAv nya...
gimana nuwwww????thank's mas..

Eko Eshape mengatakan...

@Edo dot Com

emang harus mudik ngisinya?

Eko Eshape mengatakan...

@Rusa Bawean

sam adonk dengan kita2
bingung gimana cara ngawasinya

Eko Eshape mengatakan...

@Dee Dee

yang lain gak bermasalah tuh ngunduh file itu
filenya kecil dan gak pakai password kok

bisa diceritakan dimana sulitnya?

salam

Unknown mengatakan...

Wah ternyata masih perlu banyak belajar tentang pajak yaa karenaternyata masih banyak yang belum memahami "sistem" yang tercermin dari komentarnya. DJP itu adalam yang mengadministrasikan pajak makanya harus ada pelaporan (SPT) supaya ada pengawasan siapa yang sudah membayar dan siapa yang belum dsb. Kalau penggunaannya yaa bisa dilihat di APBN/D. Jangan sampai pajak yang dibayar, dengan enaknya dihambur-hamburkan atau kebocoran yang ada di proyek pemerintah. Contoh pagar nggak slah langsung dibongkar dan diganti baru, itu kan pemborosan, dll (saya kira para blogger lebih faham)
Apa saya diundang nanti saya jelaskan mekanismenya....

Eko Eshape mengatakan...

@Big Sugeng

Iya mas,

banyak yang belum "ngeh" dengan SPT tuh.
Padahal mereka minimal lulusan S1 juga, beberapa malah S2.

Masalahnya, apa mereka malas cari tahu atau memang gak ada waktu untuk tahu.

Salam

G. Sujatmiko mengatakan...

Wah.. baru liat pa. Hari ini saya sudah sampaikan SPT saya. Ngga tahan antri, ± 5 menit saya ambil lagi. Trus ngacir ke Ruko Roxy. Jam 09.38 dateng, jam 09.45 baru buka langsung dilayani, jam 09.58 sudah sampai rumah. Jam 10.38 sudah ngisi blognya dafa terakhir...jam 11.08 sudah kasih koment di sini.

Eko Eshape mengatakan...

Ha..ha..ha.. ternyata enak ya ngirim SPT.

Salam