Kamis, Oktober 14, 2010

Perjalanan Sang Air

Kisahnya terjadi tahun 1978 di Taman Mini Indonesia Indah. Berarti kejadian ini sudah 32 tahun yang lalu lamanya. Sayangnya aku tidak ingat secara detil kejadiannya, tapi aku ingat dengan jelas apa yang menjadi topik utamanya. AIR !


Inilah kisah seorang polisi (?) yang dipaksa untuk mewakili daerahnya dalam ajang pentas Humor Nasional. Dia adalah wakil dari pulau Sumatra bagian selatan (tepatnya dimana aku sudah lupa). Mungkin dari Lampung, mungkin juga dari Palembang. Aku tidak ingat betul.

Kutuliskan kembali yang kuingat dan kuberi tambahan kalimat agar lebih cocok untuk ditulis di blog ini.

"Aku adalah air"

"Aku mengalir kemana aku suka asal tempatnya lebih rendah dari tempatku sekarang"

"Aku juga bisa ke tempat yang lebih tinggi dengan bantuan pompa"

"Aku bisa memadamkan api yang menyala dan aku juga bisa membawa banjir yang memporak porandakan desa ataupun kota"

"Aku bisa masujk ke washtafel artis-artis cantik. Aku bisa mengusap wajah lembut mereka"

"Aku bisa masuk ke bak mandi mereka dan mengusap semua kulit halus mereka. Kuusap rambut mereka, telinga, wajah, bibir, leher jenjang yang mulus, perut dan kaki mereka"

"Aku betah menjamah para artis yang berendam. Aku bersatu dengan sabun dan menggosok badan mereka pelan-pelan. Kadang aku menggosok agak cepat kemudian pelan lagi"

"Betapa nyamannya jadi air, sampai akhirnya aku harus ikut membersihkan toilet ketika tombol flush dipejet"

"Aku berlarian bersama kotoran manusia, masuk ke parit-parit kotor bersama sampah-sampah yang harusnya tidak ada di parit ini"

"Kemana para pembuang sampah ini. Kenapa mereka tidak menggunakan otak mereka untuk berpikir sejenak sebelum membuang sampah di parit"

"Aku tertahan di parit bersampah ini. Kotor dan bau !"

"Aku tak bisa lagi jalan-jalan. Aku semakin hitam dan semakin kotor, sampai akhirnya teman-temanku berdatangan"

"Mereka adalah teman-temanku dari gunung. Air gunung yang segar dan menyegarkan menemaniku di parit kotor ini"

"Aku bertanya pada mereka. Mengapa tak ada lagi senyum teman air gunungku?"

"Aku menangis ketika melihat air gunung yang segar itu ternyata juga tidak kalah kotornya. Lumpur-lumpur telah melumuri air gunung temanku dengan warnanya yang kecoklatan"

"Pohon-pohon telah tercabut bersama akar-akarnya dan tak ada lagi tempat bercanda air gunung dibalik akar itu"

"Bersama air gunung yang terus bertambah banyak aku akhirnya keluar dari parit dan meluncur menuju ke tempat lain yang lebih rendah. Kubawa rumah-rumah penduduk di sekitarku, bahkan mobil-mobil yang parkir di jalan kuseret bermeter-meter"

"Akupun sampai di laut yang begitu luas. Kunikmati keindahan satwa laut yang begitu bersahabat. Mereka berlarian kesana kemari dengan kecepatan mereka masing-masing"

"Dentuman bom membuat kawanan satwa laut terkapar tak berdaya dan menyerahkan dirinya menjadi santapan manusia sang penguasa dunia"

"Akupun hanya bisa menyaksikan saja. Tubuhku kepanasan dan akhirnya aku melayang ke udara, mengikuti sang angin dan akhirnya bersatu dengan air gunung yang penuh ceria dan penuh kesegaran"

"Kusaksikan para manusia yang begitu mengerti akan perlunya aku di sisi mereka dan betapa mereka tetap saja menghancurkan rumahku, menghancurkan keluargaku dan mengurangi tempatku bersemayam"

"Aku adalah kehidupan manusia dan aku adalah kematian manusia. Semoga mereka memahaminya"


+++
sumber gambar : Blog Citography disini dan disini

Tulisan ini dipersembahkan untuk mendukung "Blog Action Day 2010"

2 komentar:

Irma Senja mengatakan...

filosofi air ya mas,...bagus bgt,aku suka :)
mksh sdh berbagi mas ^^

Eko Eshape mengatakan...

Dalam rangka mendukung gerakan cinta air bersih dan sehat mbak.

Makasih komentarnya.

Air adalah hidup dan kehidupan.

Salam Sehati