Kamis, Februari 03, 2011

Munas Kampung(an) di Citos

Acaraku bubar berantakan gara-gara munculnya mantan pacarku di Jakarta. Rupanya ada rapat mendadak yang membuat istriku harus ke Jakarta dan semua jadwal acarapun digeser atau bahkan dibatalkan (demi hukum).

Tiket Jakarta-Semarang pp batal sudah. Sayang juga, karena harus dijual lagi dalam waktu yang sangat mendesak dan pada saat penumpang sepi. Coba saat penumpang rame, bisa-bisa malah dapat harga bagus untuk dijual lagi.

Akupun akhirnya siap mengikuti dua acara yang tadinya kupastikan tidak akan bisa kuikuti. Kunjungan ke Angkringan Cekli yang sudah masuk agenda terpaksa ikut bergeser. Aku jadinya menghadiri acara Munas Kampung UGM di Tartine Resto dan Kopdar Alumni UGM di Excelsio Coffee.

"Siapa yang jadi bandar hari ini?", mas Nukman Luthfie begitu datang langsung nyerocos.

"Anung mas!", serempak terdengar suara koor dari mereka yang mendengar pertanyaan mas Numkan.

"Wah ini kejutan. Harus pilih makanan yang paling mahal!"

"Sirloin Wagyu mas yang paling mahal"

"Yes. Pilih yang itu!"



Aku hanya beradu pandang saja dengan istriku. Soalnya masih kekenyangan sehabis sarapan siang di Kafe Betawi. Namun ketika ditanya terus sama pramusaji, akupun akhirnya memilih Wagyu juga. Kayak apa sih kok sampai semahal itu (penasaran dot com).

Ternyata Wagyu yang datang porsinya cukup besar, sehingga masih cukup besar untuk berdua.



"Wah pak Eko sepiring berdua nich..."

Seperti biasa untuk komentar seperti in iaku hanya senyum saja. Tak perlu menjelaskan pada mereka bahwa kita sudah kekenyangan dan sepiring berdua adalah penyelesaian yang pas buat kita. Aku harus ingat-ingat bahwa di sebelah resto ini ada juga kopdar alumni yang pastinyha aku harus pesan lagi ke pramusaji.

"Ooo itu istrinya to. Makanya aku kok heran, pak Eko makan di piring orang lain"

"Ya jelas gitu to, pasti istrinya pak Eko, mana berani pak Eko makan di piring orang lain selain piring istrinya"



Gelak canda terus mewarnai acara munas ini. Seperti biasanya, maka tokoh sentral adalah mas Nukman, kang Hasan dan mas RDP. Tiga tokoh ini sudah lebih dari cukup untuk membuat diskusi jadi hangat dekat-dekat ke panas.

Ki Broto yang jago debat, hari ini terpaksa mengalah. Materi debat hanya dibaca oleh tiga orang tersebut, sehingga semua peserta munas berperan sebagai penggembira saja, meskipun mas Anung terlihat mencoba ikut nimbrung.



Di sela-sela diskusi, akupun berdiskusi di kelompok yang duduk berdekatan denganku. Ada beberapa kelompok yang saling diskusi di ruang ini. Ruang utama sudah diduduki oleh Mas Nukman, Kang Hasan dan Mas RDP. Di sebelah dalam ada lagi kelompok diskusi lainnya, sayang karena terlalu jauh aku tidak menyimak apa yang menajdi topik mereka.. Di sebelah luar ada aku dan kelompokku, topiknya seperti biasa mie sehati dan fotography.

Ada lagi dua meja yang diisi oleh anggota keluarga para peserta munas ini.



Di luar ruangan, terlihat peserta Kopdar Alumni UGM berdiskusi seru sambil menunggu peserta lainnya. Mas Indarto yang ternyata punya kegiatan yang mirip denganku (management system consulting) dan mas Sudarmaji yang ternyata adik kelasku di Teknik Sipil.

Selesai acara Munas, maka peserta bubar dan melanjutkan acara masing-masing. Mas Anung, Ruri, dan Mas THS kayaknya langsung meluncur ke Bogor untuk mencoba cita rasa teh dari mas Bambang lare Solo.



Aku ikut gabung dengan kopdar Alumni UGM  yang topiknya membahas masalah KLP V yang sampai saat ini masih belum terrealisir. Yang hadir dalam pertemuan ini benar-benar tunas muda UGM yang siap tempur di segala medan.

"Kalau KLP dianggap sulit terbentuk dalam waktu dekat ini, bagaimana kalau kita contoh konsep komunitas TDA (Tangan Di Atas) dengan membuat kelompok-kelompok mastermind saja?"

"Bagaimana konsepnya mas?"

"Kita buat satu kelompok kecil, beranggota 5-8 orang. Mereka tidak harus satu fakultas atau harus sudah punya usaha, tapi siapapun boleh bergabung di kelompok kecil itu, yang penting lokasi geografisnya berdekatan, sehingga kalau mau mengadakan pertemuan lebih enak koordinasinya"

"Boleh enggak kalau kelompok itu hanya beranggota orang yang ahli IT semua, atau ahli properti semua?"

"Boleh, jelas boleh, tapi tidak harus. Komunitas yang anggotanya terdiri dari berbagai macam disiplin ilmu dan berbagai macam jenis usaha, maka akan terjadi pengkayaan dari masing-masing anggota"

"Wah bener itu mas. Nanti kita tiru juga model MLM, sehingga komunitas ini tidak hanya bisa cuap-cuap via milis tapi punya kegiatan offline yang nyata. Kuncinya ACTION mas!"

Kami tersenyum bersama, saling memberi energi positip (EPOS) dan berpisah dengan jabat erat yang seperti kawan lama, padahal ada yang baru ketemuan di hari kopdar ini.


7 komentar:

Irma Senja mengatakan...

steaknya menggoda sekali,...hihii, jadi pengen steak...tp mahal bgt ya :(

ke steak 21 di MM aja deh :D

Eko Eshape mengatakan...

kadangs empat terpikir juga,
makanan kok sampai harganya segitu mahal.

Kalau dibelikan krupuk sudah bikin kenyang serumah.

Hehehe...
Masih demen bronkos koyor deh..

Makasih komentarnya mbak Senja.

Salam sehati

Anung mengatakan...

Untung cukup duitnya, sudah tak niati nodong satu-per-satu hadirin, jika duitnya nggak cukup :-)


Terimakasih liputannya, Mas. Jadi saya bisa numpang tenar B-)

Linda mengatakan...

munas kesekian yang saya lewatkan hehe.. Ini malah baru buka email, liat ada thread munas, lgsg cek blog pak eko karna penasaran critanya. Nuwun utk critanya pak :)

Eko Eshape mengatakan...

@Mas Anung,

hahaha...
untung cukup duitnya ya?
aku sengaja nunggu sampai peserta terakhir keluar, siapa tahu harus urun
ternyata bisa diatasi mas Anung

di kopdar satunya, waktu aku mau bayar juga langsung ditahan oleh mas Ryan
rupany amas Ryan bandarnya

salam sehati

Eko Eshape mengatakan...

@Linda
lama gak dengar ceritanya mbak Linda

salam kangen selalu ya,

salam sehati

pak muliadi mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.