"Hape ibu dicopet orang pak!", kata istriku di ujung telepon.
"Ibu kenapa gak ati-ati sih?", kataku dalam hati
"Gimana ceritanya?", ucapku yang terlontar lewat telepon
"Pasarnya rame banget dan ibu didesak-desak olah banyak orang. Didorong-dorong dan tahu-tahu dompet ibu sudah hilang"
"Tahu pasar ramai kok dimasukin. Kok nggak nyari tempat yang nggak rame sih? Dari tadi pagi aku kan sudah bilang nggak mau ke pasar Jatinegara, barang yang dijual murah tapi copetnya bikin ngeri", kataku masih dalam hati
"Ibu kok gak ati-ati sih", akhirnya terlontar juga ucapan yang ada di dalam hatiku tadi
"Dompetnya sudah kupegangi, tapi tetap juga tahu-tahu hilang tanpa terasa"
"Ya sudah kirim SMS saja apa yang hilang nanti kita urus. Segera lapor kantor polisi dan aku akan telepon ke Mandiri untuk blokir kartu ATM itu"
"Aku gak apal nomor hape bapak"
"Halah...lha tadi kok bisa kirim SMS ke aku"
"Itu nomor Litha. Aku kirim SMS ke Litha dan Litha yang kirim SMS ke Bapak"
"Lho? Aku kok nggak ada data nomor Litha yang ini?", kataku dalam hati
"Kalau begitu ibu kirim lagi SMS ke Litha dan tulsi apa saja yang hilang yang bis asegera kita blokir", kataku via telepon sambil tetap bertanya-tanya "kok aku nggak punya nomor Litha ya?"
Akupun kemudian telepon ke Bank Mandiri 14000 dan setelah lama menunggu antrian, akhirnya bisa juga bicara dengan operator Bank Mandiri.
Wow, ternyata lapor kehilangan kartu ATM Mandiri ini benar-benar "njlimet" karena pihak Bank memberi pertanyaan yang sangat teliti. Mbak Lila, sang operator dari bank Mandiri, begitu telaten bertanya segala macam pertanyaan standard yang aku kadang-kadang kebingungan menjawabnya.
Kapan transaksi terakhir, berapa saldonya, dimana buka tabungan pertama kali, dan pertanyaan semacam itu yang membuat aku harus memeras otak dulu untuk mengingatnya.
Akhirnya sukses juga melakukan blokir ATM Mandiri. Tinggal melakukan blokir untuk kartu-kartu yang lain.
Jadilah hari ini penuh dengan acara lapor ke kepolisian, telepoon ke Bank, Gerai Provider Fren dan segala tetek bengeknya masuk foto copy laporan ke Polisi.
Yang bikin suasana jadi meriah adalah hilangnya nomor ponsel Kak Bimo yang hari ini harus mengisi acara di Islamic Centre bekasi.
Sebuah tajuk acara "Ceria Bersama Anak-anak" digelar oleh Komunitas Tangan Di Atas (TDA) Bekasi dengan mendatangkan Pendongeng Sejuta Anak, Kak Bimo dan yang menarik adalah tidak ada yang tahu nomor ponsel kak Bimo, sementara itu kak Bimo juga tidak melihat statusku di FB kalau nomor ponsel istriku tidak bisa dihubungi karena dicopet orang.
Alhasil, perlu bantuan dari anak-anakku yang di Jogja untuk main ke rumah kak Bimo untuk menanyakan nomor Kak Bimo.
Fuih...!
Akhirnya, dapat juga SMS dari anak-anakku berisi nomor ponsel kak Bimo. Alhamdulillah. Terima kasih pada kedua anakku yang mau berjalan kaki di tengah panasnya cuaca menuju rumah Kak Bimo.
Puji syukur kupanjatkan ke pada Allah swt. Acara "Ceria bersama Anak-anak" sukses luar biasa berkat penampilan para pengisi acaranya yang memang pilihan.
Penampilan kak Bimo juga layak diacungi jempol. Hampir semua anak-anak tersihir oleh ucapan dan gerak-gerik kak Bimo yang sangat atraktif. Bahkan orang tua yang ikut hadir di acara itupun ikut terkekeh-kekeh melihat aksi kak Bimo di Panggung.
Selesai acara Lilo haerus pulang lagi ke Jogja, bersama kak Bimo dan istriku. Malam semakin larut ketika akhirnya aku tinggal sendirian lagi di Jakarta.
Tanggal 7 September 2010 insya Allah bisa mudik dan berkumpul bersama handai taulan di Jogja. Ada mudik Waskita, mudik Sipil, temu Cimart, Munas Katgama (versi internet) dan kopdar TDA Jogja menungguku. Belum lagi acara pertemuan dua keluarga besar kami (keluarga istriku dan keluargaku) di rumah Cungkuk.
Semoga aku bisa mengikuti semua acara itu dengan baik. Amin.
2 komentar:
Hari panjang di ujung Ramadhan, semoga hanya hikmah yang didapat.
Amin
Makasih komentarnya mas.
Salam Sehati
Posting Komentar