Minggu, Juni 28, 2009

FoGGinG, bermanfaat gak sih...?

Tindakan yang jamak dilakukan bila suatu daerah terkena serangan nyamuk Demam Berdarah [DB], adalah melakukan pengasapan. Setelah disosialisasikan ke semua warga, maka didatangkanlah tim pengasapan yang biasanya satu atau dua orang petugas dari DinKes.

Sebagian warga ada yang megeluh tapi sebagian sangat lega ketika melihat petugas datang membawa peralatan mesin pengasapan yang berdengung seperti suara motor Go Kart.

Satu demi satu rumah warga didatangi dan disemprot dan nyamuk yang terkena asap itu hampir dipastikan meninggal dunia dengan cepat.





Sayangnya, kesadaran warga yang tidak merata membuat pengasapan di kampung-kampung ini menjadi kurang efektif. Radius terbang nyamuk yang bisa sampai 150 meter lebih, wajib dipakai untuk dijadikan sebagai salah satu dasar melakukan pengasapan ini.
Jadi minimal kita harus melakukan penyemprotan dengan radius sampai 200 meteran.




Ini tentu membuat biaya pengasapan menjadi mahal, karena harus menyemrot daerah yang mungkin tidak mau ikut membayar biaya pengasapan ini. Akibatnya nyamuk dari luar daerah penyemprotan, yang segar bugar karena tidak ikut disemprot, akan datang ke lokasi penyemprotan, mereka kemudian akan kawin, kemudian bertelur dan akhirnya berkembang biak lagi dengan cepatnya.

Ketidak optimalan juga terjadi di rumah-rumah warga yang disemprot. Karena tidak semua senang dengan aroma asap ini, maka beberapa warga kadang-kadang memilih menutup rapat-rapat rumahnya atau salah satu kamarnya, sehingga tidak semua area terkena semprotan ini. Akibatnya tentu saja akan membuat nyamuk yang tidak terkena semprot tetap hidup dan berkembang biak dengan aman.

Yang paling sia-sia adalah frekuensi penyemprotan yang selalu tidak pernah menjadi bahan pemikiran saat melakukan pengasapan.

Jarang ditemui pengasapan yang berkesinambungan, artinya sepuluh hari setelah diasapi, petugas pengasapan datang lagi untuk melakukan pengasapan yang kedua.

Mengapa sih harus ada pengasapan yang kedua?

Pada pengasapan pertama, maka jika diasumsikan semua nyamuk mati, sebenarnya masih ada nyamuk yang belum mati. Ujud nyamuk itu berupa telur nyamuk yang masih belum menetas. Keika akhirnya nyamuk itu menetas, maka dia akan berkembang biak lagi dengan cepat dan membentuk komunitas nyamuk baru yang tidak kalah ganasnya dibanding generasi orangtuanya.

Kenapa kok harus 10 hari?

Pada hari yang kesepuluh, diharapkan semua telur nyamuk tekah menetas dan belum sempat kawin, sehingga jika diadakan pengasapan yang kedua maka matilah semua nyamuk yang ada di kawasan itu.

Jika tenggang waktunya lebih dari 10 hari, dikhawatirkan nyamuk-nyamuk yang menetas tadi sudah tidak jomblo lagi. Mereka sudah pada kawin dan bertelur lagi.

Bagaimana dengan lingkungan anda, sudahkah dilakukan fogging?

Untuk sugesti, fogging ini memang ampuh, tetapi yang paling baik adalah menjalankan pola hidup yang sehat dan jaga kebersihan lingkungan dengan baik. Jalankan 3M, dan itulah jurus yang paling ampuh.





...
.

6 komentar:

Vicky Laurentina mengatakan...

Fogging memang sangat bermanfaat. Tidak cuma membunuh nyamuk-nyamuk. Tapi juga membunuh tunas-tunas pohon yang baru tumbuh!

berpikir dan berjiwa besar mengatakan...

setuju ama yang di atas :)

rio2000 mengatakan...

setuju... barusan komplek rumah di semprot fogging

Eko Eshape mengatakan...

Salam

Rupanya teman-teamnku pada "sebel" juga ama Fogging ya?

Banyak mudharatnya dibanding manfaatnya [?]

Salam

Ciput Mardianto mengatakan...

Pak yang susah biasanya warung yang sedang jualan. Terus yang kedua itu adalah asapnya, saya rasa cukup mengganggu

eshape mengatakan...

@Ciput

emang susah sih, soalnya semua makanan kan memang harus ditutupin

apalagi kalau campuran obatnya kebanyakan solarnya
wah...
lengket semua deh !:-)

salam